
Ini gila, sih! Ada anak kuliahan umur 21 tahun di Yale, tapi sambil sibuk ngerjain tugas, dia berhasil ngumpulin dana $3,1 JUTA buat startup AI-nya! Beneran, ini bikin saya sebagai ayah langsung mikir… Gimana ya caranya kita bisa besarin anak yang punya semangat kayak Nathaneo Johnson ini?
Siapa Nathaneo Johnson dan Startup AI-nya?

Nathaneo Johnson—mahasiswa Yale ini bersama Sean Hargrow bikin Series, platform sosial berbasis AI yang fokus ke pertemanan bermakna, bukan cuma ngejar follower! Startup baru berumur beberapa bulan ini bisa dapet pendanaan $3,1 juta cuma dalam 14 hari! Johnson cerita, dia bisa kerja 120 jam seminggu! Gila, kan? Tapi yang paling bikin salut, di tengah kesibukan itu, dia tetap bisa menikmati masa kuliahnya. Gimana caranya coba?
Kunci Sukses: Disiplin dan Delegasi yang Cerdas
Terus, apa sih rahasianya? Ternyata, kuncinya satu: manajemen waktu yang super disiplin. Simpel, tapi luar biasa dampaknya. Dia bilang kuliah itu santai aja—datang kelas, lulus, sambil sisihkan waktu buat startup. Tapi yang keren…
Nah, ini bagian yang paling ‘kena’ buat saya sebagai orang tua. Ternyata, dia jago banget mendelegasikan tugas! Ini pelajaran penting banget: gimana ya, cara kita ngajarin anak buat fokus sama kelebihan mereka dan mau kerja bareng tim?
Apa Artinya bagi Masa Depan Anak-Anak Kita?

Cerita ini bukan cuma soal duit, lho—tapi soal pola pikir: berani beda, pantang nyerah, dan melek teknologi. Di era AI kayak sekarang, anak kita perlu diajarin empati dan kreativitas—hal yang justru jadi jantung Series biar orang makin terhubung beneran. Johnson sendiri udah mulai bikin proyek sejak umur 8 tahun! Ini nunjukin kalau semangat berkreasi bisa ditanamin sejak kecil.
Tips untuk Orang Tua: Menumbuhkan Semangat Kewirausahaan dan Keseimbangan

Membaca kisah ini mungkin bikin kita sedikit cemas, ya? ‘Apa anakku harus sekera itu?’ Tenang, bukan itu intinya! Kita bisa ambil semangatnya tanpa harus meniru jadwal 18 jam kerjanya, kok.
Fokus ke hal dasar dulu: kasih anak kebebasan eksplorasi, stimulasi rasa penasaran lewat mainan edukatif, dan ajarin mereka berbagi peran. Kayak Johnson yang bagi tugas dengan co-founder-nya. Juga, tunjukkan contoh hidup seimbang—sampai sibuk-sibuknya dia, masih sempat makan malam bareng tim. Di rumah, mungkin berarti atur screen time sambil perkenalkan tech untuk hal produktif kayak coding dasar.
Kata Johnson, “sukses itu bukan cuma soal pinter ato kerja keras”—tapi butuh support system kuat. Maka, ciptakan rumah sebagai tempat aman untuk anak mencoba, gagal, dan bangkit lagi. Siapa tau besok mereka bisa kalahkan Series!
Refleksi Akhir: Mempersiapkan Generasi Penerus yang Tangguh dan Inovatif
Kisah Johnson ini buka mata kita: masa depan itu penuh peluang bagi anak-anak yang melek teknologi tapi tetep punya hati. Tugas kita sebagai orang tua? Bimbing mereka pakai AI secara bijak sambil jaga hangatnya hubungan manusia. Series sendiri dibuat buat prioritaskan pertemanan beneran, bukan sekadar likes—bukti kalau di balik kecanggihan AI, manusia tetap jadi inti segalanya.
Pada akhirnya, buat saya, ‘sukses’ itu bukan soal anak kita jadi miliarder. Tapi saat melihat mereka tumbuh jadi orang yang baik hati, penuh semangat, dan mau membuat dunia ini sedikit lebih baik. Itu ‘investasi’ yang paling berharga, kan?
Ini bukan soal mencetak ‘Nathaneo Johnson’ berikutnya, tapi tentang menyalakan api semangat di dalam diri anak kita. Siap kan, jadi ‘angel investor’ untuk mimpi besar mereka?
Sumber: I raised $3 million for my AI startup as a full-time Yale student. Here’s how I manage my time so I can do both., Business Insider, 2025/09/06 09:33:01
