
Bayangkan sore hari ketika matahari mulai turun. Anak asyik memainkan aplikasi menggambar digital sementara kita menyelesaikan pekerjaan rumah. Tiba-tiba dia berteriak ‘Bunda liat! Aplikasinya bisa bikin gambarku jadi bergerak!’
Di situ, teknologi berubah jadi jembatan: bukan hanya mainan, tapi pemantik obrolan seru tentang imajinasi. Gawai pintar bukan pengganti quality time, tapi bisa jadi alat yang diam-diam merajut cerita bersama.
Dari Layar Kecil ke Dunia Nyata
Coba perhatikan ketika anak terpesona melihat simulasi pertumbuhan tanaman di aplikasi edukasi. Bukan animasinya yang berkesan, tapi pertanyaan polos yang muncul setelahnya: ‘Kalau tanam beneran pakai biji apa juga bisa gede, Bunda?’
Teknologi terbaik adalah yang memancing rasa ingin tahu untuk dijawab bersama-sama di alam nyata.
Mulai dari hal sederhana: ‘Ayo kita foto bentuk awan terus cari namanya pakai aplikasi!’ Lalu lanjutkan dengan berbaring di halaman sambil menunjuk awan sungguhan. Proses berpindah dari dunia digital ke fisik ini yang membuat gadget jadi alat pendamping, bukan pusat perhatian.
Eh, ibu-ibu pasti pernah ‘kebobolan’ pas anak iseng pencet-pencet layar sampai muncul iklan? Daripada panik, bilang saja: ‘Wah ternyata tombolnya ajaib, yuk kita temukan tombol kembali ke permainannya!’
Bikin Aktivitas Seru Tanpa Ribet
Tidak perlu menguasai fitur canggih untuk membuat interaksi bermakna. Cukup manfaatkan timer untuk permainan: ‘Ayo hitung bersama berapa kali kamu bisa melempar bola sebelum alarm berbunyi!’
Atau gunakan voice recorder untuk membuat petualangan: ‘Kita rekam suara hantu lucu yuk!’ Kelak, kumpulan rekaman itu bisa jadi album tawa yang diputar ulang saat hujan deras melanda.
Saat aplikasi menunjukkan grafik pertumbuhan virtual, alihkan ke percakapan nyata: ‘Kalau adik mau tinggi seperti ini di dunia nyata, harus makan apa ya?’ Biarkan teknologi mengolah data, sementara kita mengolah imajinasi dan tawa.
Rahasianya sederhana: izinkan gadget mengerjakan bagian teknis supaya lebih banyak waktu untuk hal yang penting—mengamati ekspresi lucu saat anak berpikir keras.
Teman yang Tahu Batasan
Fitur pembatas waktu malah bisa jadi penyelamat. Saat layar otomatis menggelap setelah 20 menit, itu saatnya kita beraksi: ‘Wah waktunya habis! Sekarang yuk kita bikin tarian dari gerakan yang tadi di game!’
Teknologi ideal itu hadir saat diperlukan, lalu mundur saat kita butuh ruang kasur untuk berguling-guling.
Pilihlah aplikasi yang tak meminta data pribadi berlebihan—seperti tetangga baik yang tak mengintip rumah kita. Teknologi ideal itu hadir saat diperlukan, lalu mundur saat kita butuh ruang kasur untuk berguling-guling.
Dan saat ia bertanya “Tablet nggak bisa mengelus kucing, Bunda?” kita langsung tersadar: benda secanggih apa pun takkan sehangat tangan kita yang mengepal jarinya saat melangkah pulang.
Source: Arm Launches Lumex Compute Subsystem Platform for Next-Gen Devices, TechPowerUp, 2025-09-10
Semua trik di atas nggak butuh ponsel mahal atau kuota segede gunung, kok.