
Pernah memperhatikan caranya menyusun bekel sambil menyelesaikan laporan kerja? Atau bagaimana dia tenang saja saat rencana harian berantakan karena anak mendadak demam. Bukan tentang jadi supermom, tapi tentang jutaan keputusan kecil yang diambil dengan intuisi saja.
Kekuatan macam ini tak ada di buku parenting manapun. Ia tumbuh dari bangun pagi saat kopi belum habis sudah harus menyiapkan seragam sekolah, sampai malem ketika cerita pengantar tidur tetap dibacakan meski suara mulai serak. Yuk kita telusuri seni sederhana memberi apresiasi yang benar-benar sampai ke hati.
Apresiasi yang Berdetak dalam Diam
Lihat caranya tahu persis suhu susu cukup dengan sentuhan pergelangan tangan. Atau keajaiban bagaimana dia selalu menemukan kaus kaki yang hilang entah dimana. Ini bukan ilmu sihir, tapi akumulasi perhatian yang terus diasah.
Pernah mencoba bilang ‘Ibu istirahat dulu, aku yang urus ini’ tapi dibalas ‘Sudah, ibu saja yang tahu cara menyusunnya’? Itu bukan penolakan, itu bahasa kasih sayang yang berbeda: ‘Ibu sudah hafal semua preferensimu yang unik’.
Bahasa Tubuh yang Lebih Jujur dari Kata-Kata
Perhatikan tangannya yang tetap menggambar lingkaran di punggung anak meski sedang telepon kerja penting. Atau senyum kecutnya saat menyembunyikan kekecewaan karena masakannya tak habis. Tubuhnya ngomong pakai feeling: keras kepala soal anak, tapi lembut kayak balon sabun.
Coba suatu kali duduk diam di sampingnya saat ia merapikan mainan berantakan. Tanpa kata, ambil beberapa keping puzzle dan susun bersama. Kadang pendampingan dalam sunyi lebih bermakna dari pujian meriah.
Teknologi Pendukung Paling Canggih: Mata Hati
Ada alarm internal yang berbunyi tiga menit sebelum janji dokter anak. Atau GPS mental yang tahu lokasi boneka kesayangan meski terkubur tumpukan cucian. Ketika aplikasi parenting menawarkan fitur tracking, siapa sangka sistem operasinya sudah terinstal alamiah?
Pernah coba mengingatkan ‘Nanti jam 11 ada zoom meeting ya’ tapi ternyata dia sudah siapkan camilan dan headphone tanpa diminta? Itu saat tepat untuk sentuhan lembut di pundak – bahasa universal ‘Terima kasih, aku melihat usahamu’.
Logistik Kasih Sayang ala Ibu Rumah Tangga Super
Ritual paginya seperti operasi militer: takaran susu pas, bekel berbentuk karakter kartun, jadwal antar-jemput yang dipetakan dalam kepala. Padahal kita tahu, ia baru tidur jam 2 karena menyelesaikan pekerjaan kantor.
Sesekali ambil alih penuh jadwal pagi tanpa diminta. Biarkan dia melihat langsung betapa kompleksnya sistem yang selama ini dijalaninya sendiri.
‘Ternyata ribet juga ya’ yang terucap darimu akan jadi apresiasi terbaik.
Kursus Kilat Diplomasi Keluarga
Perhatikan jurusnya meredakan pertengkaran soal bagian kue: ‘Kalo adik dapat yang coklat, kakak yang strawberry, besok kita tukaran ya’. Bukan teori negosiasi dari textbook, tapi seni memenangkan hati tanpa pemenang.
Coba di akhir hari sambil ngemil, tanyakan ‘Tadi kakak tantrum trus ibu ngatasinya gimana sih? Aku mau belajar’. Pengakuan atas keahliannya ini bisa menghangatkan hati lebih dari karangan bunga.
Teka-Teki Kecerdasan Emosional
Heran gak sih, dia bisa tahu anak demam hanya dari cara bernapas? Atau merasa ada yang salah hanya dari raut wajah saat menjemput sekolah. Sensor khusus ini hasil dari bertahun-tahun ‘kuliah’ kehidupan.
Saat membantu pekerjaan rumah, jangan segan bertanya ‘Dulu waktu awal-awal ngurus bayi, ibu belajar ini darimana sih?’. Mendengarkan perjalanannya adalah bentuk apresiasi yang mengakui perjuangan.
10 Detik Apresiasi yang Mengguncang Hati
Pagi ini ketika melihatnya menyiapkan sarapan sambil menjawab pertanyaan konyol anak, diamlah sejenak. Tatap matanya dan katakan ‘Terkadang aku takjub melihatmu melakukan semua ini’. Biarkan kalimat itu menggantung di udara tanpa tambahan penjelasan.
Boleh banget nulis di catatan kecil HP: ‘Hari ini ibu bersihin muntah tengah malem tanpa komplain’. Setahun lagi di hari itu, datengin aja donat favoritnya plus sticky note ‘Aku inget’. Tidak ada apresiasi yang lebih personal dari ini.