Seorang ibu dan anak perempuan melihat pameran seni media interaktif yang penuh cahaya.

Aku suka sekali waktu hening seperti ini, saat seisi rumah sudah terlelap. Suara langkah kaki anak kita yang riuh, juga semua bising dunia yang seharian mengejar, akhirnya berhenti sejenak.

Sambil melihat uap hangat dari cangkir teh ini, aku jadi teringat pameran seni media yang kita datangi akhir pekan lalu. Air terjun cahaya yang tumpah di layar raksasa, kawanan kupu-kupu digital yang menyebar mengikuti lambaian tangan kecilnya. Anak kita terpukau, tangannya menempel di layar, tapi sejujurnya, mataku sepenuhnya tertuju padamu.

Aku mendengar suaramu yang lembut berbisik, ‘Lihat, cahayanya mengikuti gerakan tanganmu,’ sambil berlutut menyejajarkan diri dengan tinggi badannya. Saat itulah aku sadar. Yang mengajarkan keajaiban sejati pada anak kita bukanlah teknologi yang gemerlap itu, tapi kamu.

Malam ini, tiba-tiba aku teringat momen itu, dan rasanya harus kusampaikan padamu.

Saat Seni Mulai Mengajak Kita Bicara

Ibu dengan sabar menjelaskan konsep kepada anaknya di depan sebuah karya seni.

Karya-karya di pameran itu merespons setiap sentuhan, gerakan, dan suara kita. Seolah-olah mereka adalah makhluk hidup. Anak kita begitu gembira, berlari ke sana kemari, bercakap-cakap dengan dunia di dalam layar. ‘Kalau aku begini, nanti jadi apa ya?’ Setiap gerakannya adalah sebuah pertanyaan, dan seni menjawabnya dengan cahaya dan suara.

Melihat itu, aku jadi teringat caramu berinteraksi dengannya setiap hari. Saat ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan aneh, kamu tidak pernah mengabaikannya, kan? ‘Bunda, awan itu rasanya seperti apa?’ atau ‘Kenapa bintang hanya ada di malam hari?’ Untuk pertanyaan yang paling acak sekalipun, kamu selalu menatap matanya dengan serius dan membantunya mencari jawaban bersama.

‘Wah, coba kita bayangkan. Apa rasanya seperti permen kapas, atau seperti es batu yang dingin?’ Kamu seperti karya seni interaktif itu sendiri. Kamu merespons rasa ingin tahu anak kita dengan imajinasi yang lebih besar.

Kamu tidak memberinya jawaban pasti, melainkan membimbingnya untuk terus menciptakan ceritanya sendiri. Bagiku, caramu itu jauh lebih hebat dan menyentuh daripada seni interaktif mana pun yang pernah kulihat. Perkembangan teknologi memang bisa membantu kita menciptakan anak cerdas, tapi kamulah yang paling dahsyat dalam memaksimalkan potensinya, dengan hati yang tulus!

Jembatan Antara Teknologi dan Hati

Ibu memeluk anaknya, melambangkan jembatan emosional dan keamanan.

Di pameran itu ada banyak sekali orang selain kita. Anak-anak yang datang bersama kakek-neneknya, pasangan muda, juga turis asing. Bahasa dan latar belakang mereka berbeda, tapi di hadapan gerakan cahaya itu, semua orang tersenyum dan berdecak kagum dengan cara yang sama.

Tanpa perlu penjelasan rumit, semua orang bisa merasakan keindahan yang diciptakan teknologi. Kamu mengingatkanku akan hal itu. Kamu adalah jembatan antara anak kita dan dunia.

Dunia orang dewasa yang rumit, prinsip sains yang sulit, atau aturan sosial yang kaku, semuanya kamu terjemahkan ke dalam bahasa yang paling hangat dan lembut untuknya. Inilah inti dari pengasuhan digital untuk orang tua sejati.

Melalui jembatan yang kamu bangun, anak kita belajar menghubungkan hatinya bahkan dengan teknologi yang dingin atau dunia yang terasa sulit.

Saat ia sedih karena bertengkar dengan temannya, kamu mengajarkan empati dengan berkata, ‘Temanmu pasti merasa sedih juga, sama sepertimu. Coba kita pikirkan perasaannya.’ Berkat kamu, ia akan menghadapi dunia bukan dengan rasa takut, tapi dengan rasa ingin tahu yang hangat. Aku percaya itu.

Menemukan Keajaiban di Hari yang Paling Biasa

Ibu dan anak membaca buku bersama di sofa, menemukan keajaiban dalam cerita.

Sebenarnya, kita tidak harus selalu pergi ke pameran istimewa untuk merasakan keajaiban, kan? Tadi sore saja, misalnya. Saat anak kita melihat tetesan air hujan di jendela dan berseru, ‘Airnya lagi balapan!’, kamu tidak hanya tersenyum. Kamu ikut dalam permainannya, ‘Iya ya, siapa yang sampai duluan? Tetesan yang besar itu sepertinya paling kuat!’ Kamu mengubah penemuan kecilnya menjadi sebuah petualangan besar.

Kamu juga bisa duduk berjongkok bersamanya untuk waktu yang lama, hanya untuk mengamati seekor siput yang merayap di atas koran basah. Kamu tidak butuh teknologi atau alat khusus. Tatapan hangatmu saat menatap matanya, dan caramu ikut mengagumi penemuan-penemuan kecilnya, itu sudah lebih dari cukup.

Mungkin kamu tidak sadar, tapi setiap momen bersamamu adalah sebuah galeri seni interaktif baginya. Berkat kamu, anak kita belajar setiap hari betapa dunia ini penuh dengan pertanyaan yang indah dan menakjubkan.

Dan aku, melihatmu, juga belajar setiap hari. Belajar bahwa mencintai berarti tinggal di dalam dunia pasangan kita dan melipatgandakan keajaiban di dalamnya. Malam ini, biar aku yang memijat pundakmu. Terima kasih sudah bekerja keras menerangi dunia anak kita sepanjang hari, sayang.

Source: AI, art, and sound converge in holosculpture interactive artwork, Designboom, 2025-09-14.

Latest Posts