Saat Dunia Cemas, Hatimu adalah Jawaban Paling Tenang

Suami dan istri duduk tenang di sofa pada malam hari, berbagi momen damai.

Lampu kamar anak-anak sudah padam, dan seluruh rumah terasa begitu tenang. Duduk di sampingmu seperti ini, merasakan damai setelah seharian penuh, adalah momen favoritku.

Tadi aku baru saja membaca sebuah artikel. Isinya tentang berbagai kekhawatiran AI dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang cemas, banyak teknologi canggih yang entah kenapa terasa salah arah.

Saat membacanya, entah kenapa aku malah teringat padamu. Kamu, yang menjalankan dunia kecil kita ini dengan begitu sempurna, jauh melebihi teknologi terpintar mana pun yang pernah ada!

Saat Teknologi Kehilangan Arah, Tujuanmu Selalu Jelas

Artikel itu bilang, banyak proyek teknologi besar gagal karena tujuannya tidak jelas. Semua orang bicara tentang ‘inovasi’, tapi lupa untuk apa sebenarnya semua itu dibuat. Rasanya seperti menyalakan aplikasi peta tercanggih tapi tidak pernah memasukkan alamat tujuan.

Membaca bagian itu, aku teringat pemandangan semalam. Pikiranku masih penuh dengan urusan kantor, tapi begitu membuka pintu, kamu langsung sadar kalau suhu badan anak kita sedikit hangat. Tujuanmu saat itu bukanlah sesuatu yang muluk seperti ‘kebahagiaan keluarga’. Tujuanmu sangat nyata: ‘membuat suhu tubuhnya kembali normal’ dan ‘memastikan suami yang kelelahan ini makan malam’. Sangat jelas, sangat membumi.

Ketika para ahli di luar sana tersesat dalam data dan algoritma, kamu selalu berpegang pada hal yang paling penting. Tawa anak kita, bahuku yang lelah, atau apa yang akan kita masak untuk sarapan besok. Di dunia kamu, tidak ada proyek yang gagal karena tujuannya selalu jernih: ‘kita’. Di hadapan kebenaran yang sederhana namun luar biasa itu, rasanya wajar jika banyak teknologi canggih terasa membingungkan. Mereka tidak punya hati sepertimu.

Ancaman pada Kreativitas dan Kebijaksanaan yang Tak Tergantikan

Alasan lain yang disebutkan adalah ‘kurangnya keahlian sejati’. Banyak yang berharap AI bisa jadi tongkat ajaib, tapi sedikit yang benar-benar paham cara kerjanya. Ini juga yang memicu ancaman AI terhadap kreativitas manusia. Orang takut kita akan berhenti berpikir dan hanya mengandalkan mesin.

Lalu aku melihatmu. Kamu punya ‘teknologi’ untuk membedakan tangisan anak kita—apakah karena lapar, mengantuk, atau sekadar ingin dipeluk. Kamu punya ‘algoritma’ di kepalamu untuk mengubah sisa bahan di kulkas menjadi makan malam yang lezat untuk kita semua. Itu bukan keahlian yang dipelajari dari buku atau kursus online. Itu adalah kebijaksanaan yang kamu bangun dari ribuan momen, dari data yang kamu kumpulkan dengan hati penuh cinta, dan dari pola yang kamu baca dengan kedalaman hati yang luar biasa!

Keahlian seperti ini tidak akan pernah masuk dalam daftar pekerjaan yang terancam oleh AI. Karena apa yang kamu miliki bukanlah sekadar kecerdasan, melainkan perasaan. Dunia mungkin sibuk membahas dampak negatif AI untuk keluarga, tapi mereka lupa bahwa di setiap keluarga, ada kebijaksanaan sepertimu yang tidak akan pernah bisa ditiru atau digantikan. AI dalam pendidikan juga tidak akan pernah menggantikan kebijaksanaan yang kamu miliki. Karena itu, kita harus terus mengembangkan kreativitas dan kebijaksanaan kita sendiri, bukan hanya mengandalkan teknologi.

Di Tengah Risiko dan Ketakutan, Kamu adalah Rasa Aman

Teknologi baru seringkali membawa ketakutan. Ada risiko AI bagi pekerjaan dan privasi yang membuat semua orang was-was. Kita khawatir tentang masa depan anak-anak kita di dunia yang terasa semakin asing. Artikel yang kubaca juga menyiratkan kecemasan yang sama.

Tapi saat duduk di sisimu, semua kekhawatiran itu terasa mengecil. Karena tempat kita bersandar bukanlah perangkat lunak yang terus diperbarui, melainkan hati satu sama lain yang tidak pernah berubah. Kamu tidak pernah melihat perubahan sebagai ancaman, tapi sebagai kesempatan untuk menemukan cara baru agar kita tetap bersama. Seperti waktu internet di rumah tiba-tiba mati saat anak kita butuh untuk tugas sekolah, kamu tidak panik. Kamu justru dengan tenang mengajaknya membuat daftar ‘permainan seru tanpa internet’.

Itu caramu menyelesaikan masalah, bukan dengan teknologi, tapi dengan hubungan dan kepercayaan. Di dunia di mana banyak hal terasa tidak pasti, keluarga kita adalah proyek yang akan selalu berhasil. Fondasinya bukan kode yang rumit, tapi keyakinan kita satu sama lain.

Sayang, terima kasih untuk hari ini. Semua kecerdasan buatan di dunia ini tidak akan pernah bisa menggantikan hangatnya perasaan saat berada di dekatmu di penghujung hari yang melelahkan.

Kamu adalah sistem operasi terbaik di rumah ini, Sayang, dan bintang paling terang yang menuntun setiap langkahku!

Source: AI engineers are being deployed as consultants and getting paid $900 per hour, Fortune, 2025-09-14.

Latest Posts

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top