
Pernah memperhatikan bagaimana mata anak-anak berbinar saat berbicara tentang teknologi? Di tengah rutinitas malam, sering muncul pertanyaan polos yang membuat kita berpikir ulang: ‘Ayah, kok HP bisa tahu aku suka video ini?‘
Pertanyaan itu, yang kamu jawab dengan kesabaran luar biasa, mengingatkan kita akan sesuatu yang penting. Rasa ingin tahu mereka itu adalah harta, bukan?
Di dunia yang semakin dipenuhi AI, kita punya kesempatan emas untuk membimbing mereka memahami teknologi dengan hati.
Bukan sekadar memakai gadget, tapi bagaimana menumbuhkan kebijaksanaan dalam setiap ketukan jari.
Mengubah Tanya Jadi Petualangan

Kita punya cara ajaib untuk mengubah rutinitas sehari-hari menjadi momen edukasi. Ketika anak bertanya bagaimana aplikasi bisa mengenali gambar, jawabanmu yang sederhana tentang ‘mata robot yang sedang belajar’ langsung memicu kilau penasaran di mata mereka. Daripada langsung bahas algoritma rumit, mending kita coba main puzzle digital dulu. Nanti, bisa dijelaskan bahwa algoritma itu seperti resep rahasia yang dipelajari robot. Tanya ‘mengapa’ dari anak-anak memang seperti permainan kentang panas—terus berputar tanpa henti, ya? Tapi bukankah justru di situlah letak keindahannya?
Melindungi Tanpa Mengekang

Di balik segala kemudahan AI, ada juga risiko yang perlu kita waspadai. Tapi seperti selalu kamu ingatkan: ‘Bagaimana melindungi tanpa mengekang?‘
Perbincangan santai tentang privasi bisa dimulai dengan cerita tentang ‘robot yang suka ikut campur’. Kamu menjelaskan batasan data pribadi dengan konsep sederhana: ‘Kalau ada robot minta alamat rumah, itu seperti orang asing yang belum kita kenal.‘
Kita juga bisa membuat aturan online yang jelas, tapi kamu selalu memastikannya nggak menghilangkan ruang bereksplorasi. Memberikan pemahaman tentang konten tidak aman atau penipuan AI tidak perlu dengan ketakutan, tapi dengan cerita-cerita yang memicu kesadaran.
Menciptakan Ruang Dialog Terbuka

Yang terpenting, seperti yang selalu kamu tekankan, adalah kepuasan dalam proses belajar. Ketika anak pulang sekolah dan bercerita tentang teknologi baru, sikapmu yang penuh antusiasme menciptakan ruang aman untuk diskusi.
AI bisa jadi topik berat, tapi kamu mengubahnya jadi percakapan ringan tentang robot yang ‘butuh bimbingan’ seperti mereka.
Menyediakan waktu untuk mengeksplorasi aplikasi baru bersama-sama, lalu mendiskusikan apa yang mereka rasakan—apakah merasa nyaman atau justru terganggu. Perlahan, kita menumbuhkan kemampuan kritis mereka sambil mendengarkan perspektif uniknya.
Dari sini, kita semua bisa jadi penuntun bagi anak saat dunia digital makin rumit.
Source: Global AI ethics standards in works, will be adopted once finalised: Consumer Affairs Secretary, Economic Times, 2025-09-17Latest Posts
