AI di Tempat Kerja: Lelahkah Karyawan Baru Beradaptasi dengan Teknologi?

Ilustrasi keluarga dan teknologi dalam pekerjaan sehari-hari

Kita sering dengar cerita tentang AI menggantikan pekerjaan manusia, ya? Tapi di balik semua kekhawatiran itu, ada hal kecil yang menggelitik pikiran saya: Bagaimana jika sebenarnya teknologi ini justru memberi kita ruang bernapas?

Saya perhatikan saat rekan kerja baru sedang belajar sistem otomatisasi, matanya berkaca-kaca antara harap dan cemas. Mirip seperti saat kita pertama kali menggendong bayi—bingung tapi penuh tekad. Adaptasi itu memang melelahkan, tapi percayalah, setiap langkah kecil pasti akan terbayar.

Kekhawatiran yang Wajar: Apakah Pekerjaan Kita Akan Hilang?

AI idealnya untuk membantu pekerjaan manusia, bukan menggantikan. Tapi kekhawatiran itu wajar, ya? Terutama untuk pekerjaan tingkat pemula yang rutin.

Saya ingat obrolan dengan seorang teman yang baru saja direkrut. “Apa nanti lima tahun lagi posisi saya masih ada?” tanyanya. Mirip kekhawatiran kita saat pertama kali punya anak—”Apakah saya bisa menjadi orang tua yang baik?”

Teknologi memang berubah cepat, tapi manusia punya sesuatu yang tak bisa ditiru mesin: empati dan kemampuan beradaptasi sambil terus belajar.

Tips Adaptasi: Belajar dari Cara Rekan Kerja

Cara terbaik untuk cepat beradaptasi? Perhatikan bagaimana rekan kerja melakukan sesuatu. Saya perhatikan seorang ibu di kantor yang selalu mencatat proses kerja dengan warna berbeda—merah untuk tugas AI, biru untuk yang harus dikerjakan manual.

“Ini cara saya membedakan mana yang bisa dihemat waktunya untuk keluarga,” katanya sambil tersenyum. Saat berusaha beradaptasi, kita sekalian bisa melatih kecerdasan emosional, lho.

Seperti ketika kita mengajari anak bersepeda: perlahan, penuh kesabaran, dan siap memberi semangat saat terjatuh.

Berani Jujur saat Salah: Kunci Kepercayaan

Jangan harap kesalahan bisa disembunyikan. Justru dengan mengakuinya kita membangun kepercayaan.

Sering saya lihat karyawan baru yang panik saat sistem AI memberi peringatan kesalahan.

‘Anggap saja seperti GPS yang mengoreksi jalur kita saat nyasar.’

Jika bingung atau kesulitan, jangan ragu minta masukan. Setelah tahu masalahnya, buat solusi jangka panjang. Adaptasi seperti membangun kepercayaan di tim kerja — perlu transparansi dan kemauan saling memperbaiki diri.

Masa Depan Bersama AI: Ancaman atau Peluang?

Kekhawatiran AI menggantikan pekerjaan memang masuk akal. Namun, saya yakin ada hal yang tak bisa digantikan teknologi: kreativitas dan kehangatan manusiawi.

Lihatlah para ibu yang tetap bisa membaca emosi anak saat mainan robot tidak bisa merespons. Pekerja yang beradaptasi dengan AI menunjukkan ketangguhan tersendiri.

Mungkin ini justru kesempatan untuk lebih fokus pada hal-hal yang sungguh berarti—seperti percakapan penuh tawa saat makan malam tanpa distraksi pekerjaan.

Bukankah itu yang kita perjuangkan selama ini?

Source: Workday acquires Sana Labs for $1.1B to upgrade agentic AI work experiences, Silicon Angle, 2024/09/16 16:00:26

Latest Posts

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top