
Malam sudah larut, sayang. Anak-anak sudah terlelap, dan hanya suara jangkrik di luar jendela yang menemani kita.
Rasanya baru kemarin sore, saat makan malam, si kecil tak henti-hentinya bertanya ‘Mengapa langit biru?’, ‘Mengapa nasi harus dimasak?’, atau ‘Mengapa cicak bisa menempel di dinding?’. Kadang, kita hanya bisa tersenyum lelah, ya. Kamu, dengan segala kesibukanmu di kantor, tetap saja punya energi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan sabar, meski aku tahu betapa penatnya harimu.
Tapi di balik rentetan ‘mengapa’ itu, tersimpan percikan api yang sangat berharga: rasa ingin tahu. Sebuah dorongan alami yang, jika kita pupuk dengan baik, bisa menjadi bekal petualangan belajar seumur hidup mereka.
Aku sering merenung, di tengah hiruk pikuk kesibukan kita sehari-hari, bagaimana caranya kita tetap bisa menjadi pemandu terbaik bagi rasa ingin tahu mereka, tanpa merasa kewalahan atau kehilangan momen berharga?
Aku membaca sesuatu hari ini tentang bagaimana teknologi, khususnya AI, bisa menjadi teman kita dalam perjalanan ini. Mungkin ini bisa jadi ide praktis yang bisa kita coba bersama, agar setiap ‘mengapa’ menjadi pintu gerbang ke dunia baru bagi mereka, dan bagi kita juga, sebagai orang tua yang selalu ingin melihat mereka tumbuh cerdas dan bahagia.
Mengubah Pertanyaan Menjadi Petualangan Berkeluarga

Tadi, saat kamu menjawab pertanyaan si bungsu tentang kenapa daun bisa hijau, aku melihat matamu berbinar, seolah kamu sendiri sedang menemukan sesuatu yang baru. Itu yang aku suka dari kita, sayang. Kita tidak selalu harus tahu semua jawabannya. Justru, momen ‘Ayo kita cari tahu bersama-sama!’ itu yang paling berharga, kan? Seperti membuka peta harta karun langkah demi langkah. Setiap pertanyaan yang mereka lontarkan, dari yang paling sederhana sampai yang paling ‘ajaib’, adalah undangan untuk sebuah petualangan. Aku ingat dulu, aku sering merasa terbebani dengan pertanyaan beruntun mereka, seperti permainan kentang panas yang tak ada habisnya, dan aku merasa harus selalu punya jawaban instan. Tapi kamu selalu mengingatkanku, itu bukan beban, melainkan kesempatan. Kesempatan untuk berhenti sejenak dari rutinitas, menggenggam tangan mereka, dan menjelajah dunia kecil mereka yang penuh misteri. Kamu selalu bilang, ‘Belajar itu bukan hanya tentang jawaban, Mas, tapi tentang proses mencari dan kebersamaan kita dalam setiap penemuan.’ Dan itu benar sekali. Momen-momen seperti itulah yang membentuk fondasi rasa ingin tahu mereka, dan sekaligus mempererat ikatan kita sebagai keluarga. Ini bukan hanya tentang menemukan fakta, tapi tentang mengajarkan mereka bahwa belajar adalah perjalanan yang menyenangkan, yang bisa kita lalui bersama. Kadang, hanya dengan duduk bersama mencari tahu, kita sudah memberikan mereka pelajaran paling berharga: bahwa keingintahuan itu patut dirayakan, dan bahwa kita ada di sini, selalu mendukung setiap langkah kecil mereka.
Menjelajahi Informasi dengan Aman dan Bijak

Aku tahu kamu selalu khawatir tentang apa saja yang mereka tonton atau akses di internet, sayang. Kekhawatiran itu wajar, dan justru menunjukkan betapa besar perhatianmu terhadap tumbuh kembang mereka. Kita ingin melindungi mereka dari hal-hal yang tidak sesuai, tapi di sisi lain, kita juga ingin mereka punya akses ke informasi yang luas dan relevan dengan zaman mereka. Ingat waktu si sulung bertanya ‘kenapa langit gelap di malam hari?’ dan kita sempat bingung mau menjelaskan mulai dari mana, agar mereka mengerti tanpa terlalu rumit? Dulu, mungkin jawabannya hanya sesederhana ‘karena awan’ atau ‘matahari sudah terbenam’. Tapi sekarang, dengan begitu banyak informasi yang tersedia, kita bisa menjelaskannya dengan cara yang lebih menarik, bahkan visual yang bisa membuat mereka terkesima. Kuncinya memang pada bagaimana kita memilih ‘pemandu’ informasi yang terpercaya. Aku sering melihatmu teliti sekali memilihkan buku cerita atau tontonan edukatif untuk mereka, memastikan isinya berkualitas dan sesuai usia. Nah, prinsip yang sama bisa kita terapkan saat menggunakan AI. Kita bisa mencari platform atau aplikasi AI yang menyediakan materi berkualitas tinggi, yang disajikan dengan cara yang mudah dicerna anak-anak, bahkan dengan animasi atau suara yang interaktif. Bayangkan, mereka bisa bertanya tentang tata surya, dan AI bisa menunjukkan simulasi planet-planet berputar, lengkap dengan narasi yang mendidik. Ini seperti memiliki ensiklopedia hidup yang bisa diajak berinteraksi. Anggap saja ini petualangan mencari ‘harta karun pengetahuan’ di gua digital yang luas, dan kita berdua adalah penjelajahnya, memastikan jalan yang aman, mendidik, dan penuh makna bagi mereka.
Dengan begitu, teknologi bukan lagi hal yang perlu ditakuti, tapi menjadi alat yang memberdayakan
.
AI sebagai Teman Belajar yang Kreatif

Aku tahu kamu selalu berusaha keras untuk membatasi waktu layar mereka, sayang. Dan itu sangat penting, agar mereka tidak kecanduan dan tetap memiliki waktu untuk bermain di luar, bersosialisasi, atau membaca buku fisik. Tapi aku juga melihat bagaimana mata mereka berbinar saat kita mencari tahu sesuatu bersama di tablet atau saat mereka melihat video edukasi yang menarik. Aku berpikir, bagaimana jika AI ini kita jadikan ‘teman’ yang bisa membantu memicu imajinasi mereka, tapi tetap mengutamakan kegiatan di dunia nyata? Misalnya, saat mereka bertanya tentang dinosaurus, kita bisa meminta AI menceritakan kisah dinosaurus yang lucu dan unik, bahkan dengan nama-nama baru. Setelah itu, kita ajak mereka menggambar dinosaurus itu, atau membuat patung dari plastisin, atau bahkan membangun ‘habitat’ dinosaurus dari balok-balok. Ini adalah cara merangsang rasa ingin tahu anak memakai AI yang tidak mengunci mereka di depan layar. Ingat waktu si kecil pernah bertanya ‘kenapa AI tidak bisa main petak umpet?’ Kita tertawa geli waktu itu, lalu kita coba cari tahu bersama. Ternyata, AI bisa membantu kita membuat teka-teki, cerita interaktif yang bisa mereka lanjutkan sendiri, atau bahkan ide-ide proyek sains sederhana yang bisa kita lakukan di rumah, seperti membuat gunung berapi mini dari soda kue. Kita bahkan bisa meminta AI menyarankan buku-buku atau eksperimen sederhana yang relevan dengan pertanyaan mereka. Intinya, AI ini bukan pengganti interaksi kita dengan mereka, bukan pula pengganti kehadiran kita sebagai orang tua. Tapi justru bisa menjadi jembatan yang menghubungkan rasa ingin tahu anak dengan AI dan kreativitas serta kegiatan nyata. Ini adalah alat yang bisa membantu kita, sebagai orang tua, untuk terus menstimulasi pikiran mereka tanpa harus merasa kehabisan ide, dan tentu saja, tetap dengan pengawasan kita berdua. Melihatmu sabar dan kreatif dalam mendampingi mereka, membuatku semakin yakin bahwa kita bisa menavigasi dunia digital ini bersama, demi masa depan terbaik anak-anak kita. Kita bisa menggunakan AI sebagai teman belajar untuk petualangan bermakna bagi anak, bukan hanya sekadar hiburan semata.
Source: Redefining Research: Elsevier Announces Next-Generation AI-Powered Researcher Solution, PR Newswire, 17 September 2025Latest Posts
