
Malam ini, setelah anak-anak terlelap, saya duduk di sini, memandang wajahnya yang tenang.
Seharian tadi, ada banyak cerita. Tawa riang, rengekan kecil, dan momen-momen saat si kecil merasa frustrasi. Mungkin karena mainannya tidak bisa disusun, atau permintaannya tidak langsung terpenuhi.
Saya sering melihat bagaimana Ibu menghadapi itu semua, dengan caranya yang begitu menenangkan.
Ketika Badai Emosi Mengguncang
Pernahkah Bunda merasakan itu? Saat anak-anak tiba-tiba meledak dalam tangisan atau amarah karena sesuatu yang bagi kita mungkin sepele. Rasanya seperti ada badai kecil yang mengguncang rumah.
Saya ingat suatu sore, si kecil mencoba membangun menara balok, tapi terus roboh. Air matanya mulai menetes, lalu suaranya meninggi. Melihatnya seperti itu, kadang kita sebagai orang tua ingin segera menyelesaikan masalahnya, agar tangisan itu berhenti. Tapi ia tidak buru-buru. Ia mendekat, berlutut, mensejajarkan pandangannya dengan si kecil.
Saat anak frustrasi, jangan buru-buru. Berikan waktu dan kasih sayang.
Komunikasi Hati yang Menembus Amarah
Saya memperhatikan, ia tidak langsung menyuruh ‘Jangan nangis!’ atau ‘Ayah/Bunda bantu!’. Justru ia membiarkan si kecil mengekspresikan perasaannya.
Kemudian, dengan suara lembut, ia bertanya, ‘Ada apa, sayang? Bunda lihat kamu sedih dan marah, ya?’ Ini adalah komunikasi efektif dengan anak saat tantrum. Ia tidak mengabaikan emosi itu, tapi memberinya ruang.
Lalu, ia mulai membantu si kecil menamai perasaannya, ‘Kamu frustrasi karena menaranya roboh terus, ya?’ Pengakuan itu saja sudah membuat suasana sedikit mereda.
Kasih Sayang, Aplikasi Terbaik untuk Hati
Mungkin di luar sana ada berbagai aplikasi AI untuk bantu atasi frustrasi anak yang menjanjikan solusi cepat. Dan mungkin, alat-alat itu bisa membantu sebagai pendukung.
Cara terbaik mengatasi frustrasi anak adalah dengan kasih sayang, kehadiran, sentuhan, dan kata-kata dari hati.
Ia memeluk si kecil, membiarkan tangisnya reda di pelukan. Mengajak menata balok lagi, bukan dengan paksaan, tapi dengan ajakan lembut, ‘Kita coba lagi, yuk? Pelan-pelan saja.’
Itu bukan sekadar menyelesaikan masalah menara balok, tapi mengajarkan ketahanan, kesabaran, dan yang terpenting, bahwa ia dicintai dan dipahami, bahkan saat ia merasa dunianya runtuh.
Gema Kehangatan yang Tak Ternilai
Melihatnya begitu, membuat saya sadar.
Ada kekuatan luar biasa dalam kesabaran dan kasih sayang yang tulus. Itu bukan sesuatu yang bisa diukur dengan angka, atau ditemukan di berita utama.
Itu adalah energi yang membangun, yang menenangkan setiap badai kecil di rumah kita. Dan saya tahu, Bunda-bunda di luar sana juga pasti merasakan hal yang sama.
Momen-momen itu, saat kita berhasil menenangkan hati si kecil dengan cinta, itu adalah hadiah terindah yang tak ternilai harganya.
Gema kehangatan itu, masih terasa sampai sekarang…
