Ketika Teknologi Tersendat, Kita Justru Bertemu

Keluarga duduk bersama di sofa dengan perangkat teknologi

Kita duduk di sofa, setelah akhirnya semua gadget terisi daya dan anak-anak tertidur. Kamu memegang remote, tapi matamu masih terpaku pada layar ponsel—masih mencoba menyelesaikan sesuatu yang seharusnya sudah selesai jam lima sore. Aku tersenyum, ingat bagaimana tadi siang kita berdua frustrasi karena aplikasi video call yang tiba-tiba crash tepat saat rapat pentingmu. Di dunia yang menjanjikan segalanya serba instan dan sempurna, justru di saat-saat seperti inilah kita paling banyak belajar.

Ketika Yang Pintar pun Tersandung

Anak penasaran melihat mainan teknologi yang tidak bekerja

Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana anak-anak bereaksi ketika mainan barunya tidak bekerja? Mereka tidak marah—hanya melihat dengan penasaran, mencoba menekan-nekan tombol lain, memutar-mutarnya. Seperti itulah seharusnya kita menghadapi teknologi yang kadang mengecewakan.

Aku membaca tentang demo teknologi mutakhir yang gagal di tengah presentasi. Bayangkan—di depan banyak orang, padahal persiapannya sudah matang banget, tetap saja ada yang tidak berjalan sesuai rencana. Tapi justru di situlah keindahannya: kita diingatkan bahwa di balik semua kecanggihan, tetap ada manusia yang belajar, mencoba, dan kadang keliru.

Seperti pagi tadi, ketika kita berdua berdiri di dapur mencoba memahami mengapa perangkat pintar tiba-tiba memutuskan untuk tidak pintar lagi. Kamu dengan sabar mencoba reset, sementara aku membuat kopi untuk kita berdua. Dalam kegagalan kecil itu, kita justru menemukan ritme bersama lagi.

AI dalam Kacamata Keluarga

Keluarga menggunakan kacamata pintar AI bersama-sama

Ngomong-ngomong soal adaptasi, ini mengingatkanku waktu kita dulu bereksperimen mencari cara ketika speaker pintar di rumah suka error.

Aku membayangkan bagaimana nanti, ketika teknologi seperti kacamata pintar benar-benar menjadi bagian dari hidup kita. Mungkin akan ada hari-hari dimana mereka ‘lupa’ bagaimana caranya menerjemahkan bahasa asing, atau tiba-tiba memberi arahan jalan yang salah saat kita sedang terburu-buru.

Tapi lihatlah bagaimana kamu menghadapi hal-hal seperti ini: dengan kepala dingin, dengan tawa kecil, dengan ‘Oke, mari kita selesaikan bersama-sama.’ Itu yang ingin kita ajarkan pada anak-anak, bukan? Bahwa menjadi pintar bukan berarti tidak pernah salah. Bahwa kecanggihan terbesar justru terletak pada kemampuan untuk beradaptasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Kecanggihan terbesar justru terletak pada kemampuan untuk beradaptasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana

Kadang aku memandangmu ketika kau membantu anak-anak memahami coding sederhana. Kau tidak marah ketika programnya error untuk kesekian kalinya. Kau hanya berkata ‘Mari kita perbaiki langkah demi langkah.’ Itulah pelajaran terbaik yang tidak tertulis di manual manapun.

Membangun Ketahanan di Era Digital

Keluarga bermain monopoli tanpa gangguan teknologi

Di keluarga kita, kegagalan teknologi telah menjadi semacam ritual bonding. Ingat ketika router mati total dan kita harus ‘kembali ke zaman batu’ tanpa WiFi seharian? Justru hari itulah kita akhirnya main monopoli sampai larut, dan anak-anak tertawa lepas tanpa distraksi notifikasi.

Kamu yang mengajarkanku bahwa setiap kali aplikasi crash atau gadget error, itu adalah kesempatan untuk berhenti sejenak. Untuk melihat satu sama lain dan bertanya ‘Oke, apa yang benar-benar penting saat ini?’

Teknologi akan terus berkembang, dengan segala kehebatan dan kekurangannya. Tapi yang tidak akan berubah adalah cara kita menghadapinya bersama—dengan kesabaran, dengan humor, dengan pengertian bahwa di balik semua chip dan algoritma, yang paling penting tetap manusia yang saling mendukung.

Melangkah ke Masa Depan dengan Tangan Terjalin

Keluarga berjalan bersama dengan tangan terjalin

Malam ini, sementara kita duduk di sini dengan perangkat yang sudah berfungsi normal kembali, aku ingin berterima kasih. Bukan pada teknologi yang akhirnya bekerja, tapi padamu yang tetap tenang ketika semuanya tidak bekerja.

Kamu mengajarkan kita semua bahwa ketahanan tidak berarti tidak pernah mengalami masalah, tetapi tentang bagaimana bangkit setelah terjatuh. Bahwa kebijaksanaan digital bukan tentang menguasai semua gadget, tapi tentang mengetahui kapan harus meletakkannya dan memeluk seseorang.

Di dunia yang terus berubah dengan cepat, kita mungkin tidak selalu menjadi yang paling melek teknologi. Tapi kita akan selalu menjadi keluarga yang paling tangguh—yang tahu bahwa di balik setiap blue screen kehidupan, selalu ada tombol restart bernama cinta dan dukungan.

Terima kasih sudah menjadi partner yang tidak pernah panik ketika teknologi gagal, karena kamu tahu bahwa yang paling penting—kita—tidak akan pernah gagal.

Sumber: Fox News AI Newsletter: Zuckerberg’s demo fail, Fox News, 2025-09-20

Posting Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top