
Wah, pagi ini terasa begitu berbeda ya? Rasanya baru kemarin kita mengantar si kecil ke sekolah, tapi sekarang dunia terasa bergerak begitu cepat, terutama dengan semua perkembangan teknologi seperti AI.
Pernahkah Anda memikirkan bagaimana sebagai orang tua kita bisa mempersiapkan pembelajaran seumur hidup untuk anak di tengah perubahan ini?
Saya punya cerita hangat tentang keterampilan masa depan yang ingin dibagikan, terinspirasi dari berita investasi perusahaan besar untuk tim mereka. Ini juga tentang keluarga dan persiapan anak kita!
Bagaimana Perusahaan Besar Mempersiapkan Karyawan Hadapi Perubahan?

Jadi, saya membaca berita tentang sebuah perusahaan teknologi besar yang baru saja menunjuk seorang ‘Chief Learning Officer’ baru. Kedengarannya memang agak ‘korporat’ ya? Tapi coba bayangkan ini: orang ini, yang punya pengalaman puluhan tahun di bidang pembelajaran dan pelatihan, sekarang punya tugas besar untuk memastikan semua karyawan di sana terus belajar dan berkembang. Kenapa? Karena dunia teknologi berubah DENGAN SANGAT CEPAT! AI, otomatisasi, kerja hybrid… semuanya mengubah cara kita bekerja. Perusahaan-perusahaan ini sadar betul, kalau tidak terus belajar, mereka akan tertinggal.
Bagi saya, ini bukan cuma soal kantor. Ini adalah PANGGILAN BESAR untuk kita semua sebagai orang tua! Anak-anak kita sedang tumbuh di dunia yang akan sangat berbeda dengan dunia kita dulu. Tugas kita adalah menjadi ‘Chief Learning Officer’ untuk keluarga kita sendiri! Kita perlu memikirkan cara mempersiapkan pembelajaran seumur hidup agar mereka tidak hanya beradaptasi, tapi benar-benar BERSINAR di masa depan yang penuh potensi ini!
Bagaimana Menjadikan AI Teman Belajar Anak?

Pernahkah Anda merasa sedikit ‘ketinggalan’ dengan semua hal tentang AI? Jujur saja, terkadang saya pun begitu! Tapi ada satu hal yang membuat saya SEMANGAT: AI itu bukan musuh, melainkan alat yang LUAR BIASA! Lihat saja, banyak laporan dari para ahli yang mengatakan bahwa sekitar 40% pekerja akan butuh ‘reskilling’ (pelatihan ulang) dalam beberapa tahun ke depan. Setengah dari kita perlu belajar hal baru dalam lima tahun ke depan. Ini BUKAN angka yang kecil! Dan anak-anak kita, mereka akan menghadapi ini lebih awal lagi!
Tapi jangan khawatir! Justru di sinilah keajaiban dimulai. Mari kita ubah rasa cemas menjadi energi! Saya membayangkan anak perempuan saya yang penasaran, yang suka bertanya ‘kenapa’ untuk segala hal, berinteraksi dengan AI. Bukan untuk menggantikan kreativitasnya, tapi untuk MENINGKATKANNYA! Bayangkan dia menggunakan AI untuk membantu menciptakan cerita-cerita baru yang luar biasa, atau merancang sebuah permainan edukatif yang seru. Rasanya seperti kita memberinya peta harta karun ke dunia yang penuh penemuan baru, bukan?
Kuncinya adalah keterampilan masa depan dan keseimbangan! Untuk pembelajaran seumur hidup, kita bisa mulai dengan hal-hal sederhana. Misalnya, saat anak sedang asyik menggambar, ajak dia mencoba sebuah aplikasi yang bisa mengubah gambarnya menjadi animasi singkat. Atau ketika dia sedang tertarik dengan dinosaurus, carikan video edukatif tentang dinosaurus yang dibuat dengan teknologi AI, yang bisa menyajikan informasi dengan cara yang interaktif dan memukau. Ingat, ini bukan soal ‘terlalu banyak layar’, tapi soal bagaimana kita MEMANFAATKAN teknologi ini secara CERDAS dan MENYENANGKAN untuk mendukung rasa ingin tahu alami mereka. Ini adalah petualangan belajar bersama, di mana Ayah dan si Kecil adalah tim yang tak terpisahkan!
Bagaimana Mengintegrasikan Kebijaksanaan Lokal dalam Pendidikan Anak?

Sebagai ayah yang tumbuh dengan perpaduan budaya, saya selalu percaya bahwa ada kebijaksanaan dalam tradisi kita yang bisa kita bawa ke masa depan. Di rumah kami, misalnya, makan malam bukan hanya soal mengisi perut, tapi momen berharga untuk bertukar cerita. Kadang, saya sengaja menyelipkan pertanyaan seperti, ‘Menurutmu, robot bisa jadi teman main yang baik nggak ya?’, atau ‘Kalau nanti kerja, enaknya jadi apa ya yang seru dan bikin bangga?’ Pertanyaan-pertanyaan ini, yang mungkin terdengar sederhana, sebenarnya sedang membuka pintu percakapan tentang masa depan, tentang AI, dan tentang peran mereka di dalamnya.
Saya teringat suatu sore, saat kami baru saja pulang dari taman. Si kecil bercerita tentang temannya yang baru saja mendapat hadiah mainan robot yang bisa berbicara. Dia penasaran sekali! Daripada melarang atau mengabaikannya, saya malah mengajaknya duduk bersama. ‘Wah, hebat ya robotnya bisa ngobrol! Kira-kira, bagaimana ya caranya dia bisa belajar bicara?’ Saya tidak langsung memberinya jawaban, tapi kami bersama-sama mencari tahu lewat internet, melihat video sederhana tentang bagaimana teknologi pengenalan suara bekerja. Momen seperti itulah yang saya maksud dengan ‘pembelajaran seumur hidup’ yang otentik. Tidak harus formal, tidak harus mahal, yang penting adalah rasa ingin tahu yang terus dipupuk dan rasa percaya bahwa kita bisa mencari jawabannya bersama.
Kitalah ‘Chief Learning Officer’ mereka, dan percayalah, semangat kita yang positif akan menular dan menjadi pondasi terkuat bagi keterampilan masa depan mereka!
Pertanyaan Orang Tua tentang Persiapan Anak & Teknologi

- “Tapi Yah, bukankah terlalu banyak gadget itu buruk untuk anak?”
Benar sekali! Itu sebabnya keseimbangan adalah KUNCINYA! Seperti makan sayur, kita perlu porsinya. Kita bisa menetapkan waktu bermain yang terstruktur, dan ketika anak menggunakan teknologi, pastikan itu interaktif, edukatif, atau justru membantu aktivitas lain. Misalnya, menggunakan aplikasi untuk merencanakan ‘petualangan keluarga’ virtual yang seru, atau menggunakan AI untuk membantu membuat jadwal kegiatan akhir pekan bersama. Ini soal memanfaatkan teknologi sebagai ‘asisten’ cerdas, bukan ‘pengganti’ interaksi dan aktivitas dunia nyata. Ingat, kita yang memegang kendali! - “Saya khawatir anak saya tidak akan punya ‘skill’ yang cukup untuk pekerjaan di masa depan.”
Ini kekhawatiran yang wajar sekali, kok! Tapi justru inilah saatnya kita membekali mereka dengan ‘kemampuan belajar untuk belajar‘. AI dan otomatisasi memang akan mengubah banyak pekerjaan, tapi itu juga berarti akan muncul banyak pekerjaan baru yang belum pernah kita bayangkan! Keterampilan seperti kreativitas, pemikiran kritis, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi akan JAUH LEBIH PENTING. Caranya? Dengan membiarkan mereka bereksplorasi, mencoba hal baru, tidak takut salah, dan terus didukung dalam setiap langkahnya. AI bisa jadi teman dalam proses eksplorasi ini, bukan ancaman! - “Bagaimana cara saya memulai percakapan tentang AI tanpa membuat anak takut atau bosan?”
Mulailah dari hal yang mereka sukai! Kalau anak suka menggambar, coba ajak dia membuat ‘seni digital’ dengan bantuan AI. Kalau suka musik, cari tahu bagaimana AI bisa membantu menciptakan melodi. Kalau suka cerita, ajak dia membuat ‘cerita interaktif’ di mana AI bisa menjadi salah satu karakternya. Gunakan analogi sederhana, seperti AI itu seperti ‘teman super pintar’ yang bisa membantu kita melakukan hal-hal menakjubkan. Yang terpenting adalah menjaga energi positif dan semangat pembelajaran seumur hidup kita sebagai orang tua, karena itu yang akan menular!
Bagaimana Menjadikan Persiapan Masa Depan sebagai Petualangan Keluarga?

Melihat berita tentang penunjukan ‘Chief Learning Officer’ di perusahaan besar itu benar-benar menjadi pengingat yang kuat bagi saya. Dunia kita sedang bertransformasi dengan kecepatan yang luar biasa, dan sebagai orang tua, peran kita sangat krusial. Kita adalah nahkoda di kapal keluarga kita, membimbing para penumpang kecil kita menavigasi lautan perubahan ini. AI, pembelajaran seumur hidup, dan keterampilan masa depan bukanlah konsep abstrak yang hanya dibicarakan di ruang rapat; ini adalah fondasi bagi masa depan anak-anak kita!
Mari mulai dari sekarang! Jadikan ini petualangan keluarga untuk mempersiapkan pembelajaran seumur hidup dengan cara menyenangkan. Setiap pertanyaan ‘kenapa’ adalah bibit keterampilan masa depan. Bagaimana Anda akan memulainya hari ini?
Sumber: Cognizant menunjuk mantan pegawai Infosys Thirumala Arohi sebagai Chief Learning Officer, Economic Times, 22 September 2025
