
Pernah nggak sih, lihat anak main tablet dengan seriusnya—jari kecilnya menggeser-geser layar, mata tak berkedip—lalu tiba-tiba kepikiran: ‘Dunia seperti apa yang akan mereka hadapi nanti?’ Teknologi AI sudah merambah ke mana-mana, bahkan dalam cara mereka belajar dan bermain. Tapi di tengah semua kecanggihan ini, yang sering kita khawatirkan justru hal sederhana: apakah mereka akan tetap bisa tersenyum, berempati, dan tetap menjadi manusia yang utuh?
Ketika Belajar Online Bikin Malas—Tapi Ibu Makin Rajin

Kita semua pernah lihat kan? Anak duduk depan laptop, tapi matanya sudah melayang ke mana-mana. PJJ memang cukup menantang ya.
Tapi yang bikin hati hangat justru lihat ibu-ibu yang jadi makin kreatif—cari cara agar belajar tetap menyenangkan, eksperimen dengan aplikasi AI pendidikan, sampai rela jadi ‘asisten teknisi’ dadakan.
Lucu ya, kadang justru di saat anak agak males, kita malah ditempa jadi lebih sabar dan lebih pintar. Pelajaran berharga nih—growth mindset itu nggak cuma untuk anak, tapi buat kita juga lho!
Gadget Bukan Musuh—Tapi Juga Bukan Teman Terbaik

Kekhawatiran anak kecanduan gadget itu nyata. Tapi yang perlu diingat: teknologi AI bisa jadi alat yang powerful kalau kita tahu cara memakainya.
Coba deh ajak anak eksplorasi aplikasi AI yang interaktif—yang mendorong kreativitas, bukan cuma konsumsi. Seru banget liat mereka eksplorasi! Tapi ingat, setelah pakai gadget, ajak mereka main di luar, ngobrol, atau masak bersama bikin martabak.
Keseimbangan itu kuncinya. Dunia digital dan dunia nyata harus berjalan beriringan. Momen-momen kayak gini yang bikin hati melebur!
Bekerja dari Rumah Sambil Dampingi Anak? Bisa Kok!

Tips buat orangtua yang WFH sambil dampingi anak sekolah daring: jadwal fleksibel itu penting. Manfaatkan AI untuk bantu atur waktu—ada aplikasi yang bisa ingetin kapan waktunya belajar, istirahat, atau bahkan waktu quality time.
Yang paling penting, komunikasi. Jelaskan pada anak bahwa ada waktu di mana Ayah/Ibu harus kerja, dan ada waktu khusus untuk mereka. Mereka lebih paham daripada yang kita kira.
AI mungkin akan mengubah banyak hal, tapi karakter manusia tetap ditentukan oleh bagaimana kita dibesarkan.
Mempersiapkan Mereka untuk Dunia yang Belum Kita Kenal
Kadang aku berpikir: kita ini generasi yang menjembatani dunia lama dan dunia baru. Kita tahu apa itu main layangan, tapi juga paham cara pakai Zoom.
Manfaatkan keunikan ini untuk ajarkan anak nilai-nilai dasar: empati, kerja keras, kejujuran—hal-hal yang tetap relevan meski teknologi berubah cepat.
Teknologi AI dalam pendidikan memang penting, tapi yang paling mendasar adalah membangun manusia yang berkarakter kuat dan berhati baik.
Jangan Takut Gagal—Karena Kita Belajar Bersama

Pernah merasa seperti gagal jadi orangtua? Welcome to the club. Setiap orangtua pasti pernah merasakannya.
Tapi ingat, ketidakpastian masa depan AI justru mengajarkan kita satu hal: yang penting bukan punya semua jawaban, tapi mau terus belajar.
Ajak anak diskusi tentang teknologi, eksplorasi bersama, dan akui kalau kita juga nggak tahu segalanya. Justru di situlah bonding terjadi—ketika kita tumbuh bersama, mencoba bersama, dan kadang gagal bersama.
Yang Paling Mereka Butuhkan Tetap Sama: Kehadiran Kita
Di akhir hari, setelah semua berita tentang AI dan teknologi, setelah semua kekhawatiran dan eksperimen, yang paling mereka ingat bukanlah seberapa canggih gadget mereka.
Tapi momen ketika kita mendengarkan cerita mereka, memeluk saat mereka sedih, atau tertawa bersama saat mencoba hal baru.
Teknologi datang dan pergi, tapi kehadiran dan cinta kita tetap konstan. Itulah yang benar-benar mempersiapkan mereka untuk masa depan—apapun bentuknya.
Sumber: AI Companies Face $800 Billion Funding Shortfall, Says Bain Report, Biztoc, 2025-09-23
