
Kita duduk di sofa setelah anak-anak akhirnya terlelap, secangkir kopi hangat di tangan. Kamu bercerita tentang aplikasi belajar yang dijanjikan ‘terbukti meningkatkan nilai 40%’ tapi malah membuat si kecil frustasi. Aku mendengarkan, dan dalam diam, aku berpikir—berapa kali kita terjebak dengan angka-angka yang tak pernah benar-benar menceritakan kisah kita?
Angka yang Tak Pernah Menangis di Tengah Malam
Metrik itu seperti laporan cuaca yang mengatakan ‘cerah berawan’ sementara kita tahu hujan akan turun karena lutut Ibu sudah pegal-pegal. Mereka mengukur kecepatan, akurasi, efisiensi—tapi tak pernah mengukur bagaimana teknologi itu membuatmu tersenyum lega ketika melihat anak akhirnya memahami sesuatu, atau bagaimana rasanya ketika teknologi justru menambah beban di pundakmu.
Aku ingat pagi itu, ketika kau mencoba aplikasi bahasa yang ‘terbukti secara ilmiah’. Aku melihat matamu yang lelah memperhatikan si kecil yang semakin tidak sabar. Angka-angka itu mungkin benar di lab penelitian, tapi di ruang keluarga kita, yang penting adalah cahaya di mata anak kita, bukan persentase di layar.
Belajar dari ‘Kesalahan’ yang Paling Berharga
Tapi kita tak pernah menyerah, kan? Justru dari situ kita belajar. Kita telah belajar bahwa yang terpenting bukanlah mencari teknologi yang sempurna, tetapi teknologi yang tepat untuk momen kita. Seperti ketika kita memilih sekolah untuk anak—kita tak hanya melihat rankingnya, tapi apakah ada kehangatan di sana.
Aku memperhatikan caramu mengamati interaksi anak dengan teknologi. Kau memperhatikan hal-hal kecil: apakah mereka tertawa? Apakah mereka bertanya ‘kenapa’? Apakah setelahnya mereka ingin bercerita tentang apa yang mereka pelajari? Pernah gak sih merasa begitu? Itulah tolok ukur yang sebenarnya—bukan angka di spreadsheet, tapi percakapan di meja makan.
Membangun ‘Alat Ukur’ Kita Sendiri
Kita telah menciptakan cara kita sendiri untuk menilai teknologi. Pertanyaannya sederhana: apakah ini membuat hidup kita lebih ringan atau lebih berat? Apakah ini membantu kita menjadi orang tua yang lebih baik? Apakah anak kita tumbuh dengan bahagia?
Aku tersenyum ingat bagaimana cara paling jitu yang kita temukan adalah membiarkan anak-anak bermain dengan aplikasi itu sementara kita mengamati dari jauh. Tak ada yang lebih jujur dari sorotan mata anak yang penasaran, atau erangan frustasi ketika sesuatu tidak berjalan baik. Itulah laporan evaluasi yang sesungguhnya.
Perjalanan Menuju Kepercayaan yang Lebih Bijak
Dalam dunia yang semakin digital, yang paling berharga tetap adalah kebijaksanaan manusiawi kita.
Malam ini, sementara anak-anak tidur dengan pulas, aku berpikir tentang kebijaksanaan yang kita bangun bersama. Kita tak lagi terpesona oleh janji-janji angka besar. Kita telah belajar bahwa teknologi terbaik adalah yang melayani keluarga kita, bukan yang mengejar target metrik.
Dan mungkin itulah pelajaran terbesar—bahwa dalam dunia yang semakin digital, yang paling berharga tetap adalah kebijaksanaan manusiawi kita. Kemampuan untuk melihat melampaui angka, untuk merasakan apa yang benar-benar penting bagi keluarga kita.
Aku berjanji padamu—kita akan terus belajar bersama, menilai bersama, dan memutuskan bersama. Karena yang paling mengerti kebutuhan keluarga kita, adalah kita sendiri.
Sumber: AI Evals: Why Generic Metrics Hurt Your Product, Decodingml, 2025-09-23