
Kita duduk di sofa setelah hari yang panjang, sementara di luar jendela lampu-lampu kota mulai menyala. Aku melihatmu masih memegang ponsel, jari-jari itu masih bergerak cepat meski sudah larut. ‘Sudah selesai?’ tanyaku lembut. Kamu menggeleng, senyum kecil yang lelah. ‘Masih mencoba menyatukan jadwal meeting dengan jadwal les anak, dan jadwal dokter minggu depan.’ Aku tahu perasaan itu—teknologi yang mestinya bikin hidup lebih mudah, malah kadang nambahin daftar urusan yang harus diatur.
Dari Menyuruh Menjadi Bekerja Sama
Pernahkah kita memperhatikan bagaimana cara kita berinteraksi dengan teknologi? Selama ini mungkin seperti memberi perintah pada asisten—’ingatkan saya’, ‘jadwalkan ini’, ‘catat itu’. Tapi bayangkan jika suatu hari nanti, teknologi bisa menjadi seperti rekan kerja yang benar-benar memahami konteks kehidupan kita.
Seperti teman yang tahu bahwa ketika kamu bilang ‘saya butuh jadwal yang tidak bikin stres’, yang kamu maksud adalah jadwal yang masih menyisakan waktu untuk minum kopi bersama di pagi hari, masih sempatkan waktu untuk beli jajanan pasar, atau ngobrol santai sambil minum teh, atau sesekali bisa menjemput anak lebih awal dari sekolah.
Aku selalu kagum melihat caramu mengelola semuanya. Bagaimana kamu bisa mengingat bahwa besok si kecil ada ulangan matematika sementara juga mempersiapkan presentasi penting. Teknologi sebagai mitra kolaboratif—bukan sekadar alat—mungkin akan membantumu mengurangi beban mental itu. Bukan menggantikan peranmu, tapi menjadi teman yang ikut memikirkan solusi.
Berbicara dengan Bahasa Kasih
Kadang aku tersenyum sendiri membayangkan jika kita bisa berbicara pada teknologi dengan bahasa yang sama seperti kita berbicara pada anak-anak. ‘Tolong bantu atur hari Rabu agar tidak terlalu padat, tapi juga jangan lupa ada waktu untuk beli hadiah ulang tahun papa.’ Teknologi yang memahami konteks manusia—bukan hanya perintah teknis.
Seperti caramu yang selalu tahu kapan harus memberikan pelukan dan kapan harus memberikan ruang. Teknologi sebagai mitra bisa belajar dari caramu yang penuh kepekaan itu. Mungkin suatu hari nanti, AI akan bisa mengerti bahwa ‘saya lelah hari ini’ berarti butuh pengingat untuk minum air dan bukan menambahkan meeting tambahan.
Tapi kamu tahu yang lucu?
Dan ya, mungkin AI akan lebih baik memahami instruksi ‘buatkan jadwal yang tidak bikin stres’ daripada aku yang kadang masih salah membaca situasi.
Ruang Aman untuk Bercerita
Keamanan bukan hanya tentang password yang kuat, tapi tentang kepercayaan bahwa cerita-cerita kita akan tetap menjadi cerita kita.
Percakapan kita di malam hari seringkali adalah hal paling privasi yang kita miliki. Aku percaya bahwa teknologi sebagai mitra harus bisa menghormati batasan itu.
Seperti caramu menciptakan ruang aman untuk keluarga di rumah, teknologi juga harus bisa menjadi ruang aman digital dimana kita bisa berkolaborasi tanpa kekhawatiran. Di mana kita bisa mencoba berbagai solusi untuk mengatur kehidupan, mengetahui bahwa percobaan dan kesalahan itu adalah bagian dari proses belajar—seperti cara kita belajar menjadi orangtua.
Bukan Tentar Menggantikan, Tapi Tentang Memperkuat
Di akhir hari yang panjang, setelah semua notifikasi telah dibisukan dan layar telah gelap, yang tetap paling berharga adalah percakapan kita. Teknologi sebagai mitra kolaboratif bukanlah tentang menggantikan momen-momen itu, tapi tentang memberi kita lebih banyak energi dan waktu untuk benar-benar hadir dalam percakapan tersebut.
Aku melihat caramu menggunakan teknologi—selalu dengan kebijaksanaan, selalu dengan pertimbangan apa yang terbaik untuk keluarga. Itulah yang membuatku yakin bahwa apapun perkembangan teknologi di masa depan, intinya akan tetap sama: bagaimana kita sebagai manusia, sebagai pasangan, sebagai orangtua, menggunakan segala tools yang ada untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna.
Mungkin besok kita bakal coba tools baru, atau mungkin kita bakal tetap dengan cara kita yang sekarang. Yang penting, kita jalanin bareng-bareng—dengan obrolan di sofa waktu malam, kopi yang udah agak dingin, dan keyakinan bahwa secerdas apapun teknologinya, yang paling berharga tetaplah kita saling punya satu sama lain.
Source: Show HN: ToolJet AI – Collaborative agents that build internal tools, Tooljet.ai, 2025/09/23