
Pernah nggak sih, lihat anak lebih sering cerita ke AI ketimbang ke kita? Atau khawatir banget mereka lihat konten nggak pantas di internet? Sebagai orang tua milenial yang menghadapi anak generasi alfa, rasanya memang perlu upgrade diri soal teknologi. Tapi yang kulihat dari dia, justru caranya menemukan keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata untuk anak…
Bukan Sekadar Gadget, Tapi Teman yang Memahami
Aku memperhatikan caranya berinteraksi dengan teknologi – selalu dengan pertimbangan matang, seperti memilihkan mainan terbaik untuk anak.
Dia tidak pernah melihat laptop sebagai sekadar perangkat, tapi sebagai alat yang bisa memahami. Seperti waktu dia menunjukkan bagaimana aplikasi AI parenting terbaik bisa membantu belajar dengan cara menyenangkan.
Matanya berbinar saat bercerita bagaimana teknologi itu menyesuaikan diri dengan tempo belajar anak. ‘Dia tidak frustrasi lagi,’ katanya, dan kulihat lega di wajahnya.
Itulah kekuatannya – kemampuan melihat potensi dalam setiap hal, bahkan dalam seperangkat teknologi.
Dalam Setiap Klik, Ada Perhatian yang Diberikan
Aku tahu, di balik setiap aplikasi edukasi yang dipilih, ada riset sederhana yang dilakukan. Dia selalu bertanya: ‘Apakah ini sesuai dengan nilai kita? Apakah ini akan membantunya tumbuh dengan baik?’
Seperti waktu mencari-cari cara untuk membuat belajar menjadi petualangan, bukan beban. Kulihat caranya menyaring konten, memastikan setiap pixel di layar membawa kebaikan untuk mereka.
Dan yang paling mengharukan, dia selalu ada di sampingnya – tidak membiarkan teknologi menggantikan kehadiran, tapi menjadikannya alat untuk memperdalam hubungan.
Keseimbangan yang Diajarkan dengan Teladan
Aku belajar banyak tentang keseimbangan. Bagaimana memanfaatkan teknologi tanpa terjebak di dalamnya. Dia yang mengajarkan bahwa screen time bukan musuh, selama ada quality time yang lebih berharga.
Aku ingat sore itu, ketika setelah belajar dengan AI, dia ajak mereka ke taman – menterjemahkan rasa ingin tahu digital menjadi eksplorasi nyata.
Dia menunjukkan bahwa teknologi terbaik adalah yang membantu kita hidup lebih penuh, bukan yang mengurung kita dalam layar.
Masa Depan yang Dibentuk Bersama
Terkadang di malam hari, setelah mereka tertidur, kita duduk dan berbicara tentang dunia yang akan mereka tinggali. Dia selalu optimis.
‘Teknologi ini,’ katanya sambil menunjuk laptop, ‘bisa menjadi cara kita menanamkan nilai-nilai baik pada mereka.’
Aku percaya padanya. Karena kulihat bagaimana dia menggunakan setiap tool bukan untuk menggantikan kasih sayang, tapi untuk memperkuatnya.
Bagaimana dia menjadikan AI sebagai partner dalam mengajarkan empati, kreativitas, dan keingintahuan.
Kekuatan yang Kulihat dalam Dirinya
Mungkin yang paling mengagumkan adalah bagaimana dia tidak takut dengan perubahan, tapi justru melihatnya sebagai kesempatan untuk menjadi orang tua yang lebih baik.
Di era dimana banyak yang khawatir teknologi akan menjauhkan, dia justru menemukan cara untuk mendekatkan. Dia mengajarkanku bahwa yang penting bukan alatnya, tapi niatan di balik penggunaannya.
Dan dengan niatannya yang tulus untuk kebaikan mereka, aku yakin apapun teknologinya, dia akan menjadikannya berkah untuk keluarga.