
Pernah duduk di tepi tempat tidur anak, melihat mereka asyik dengan gadget sementara kita bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka lihat? Aku juga. Sebagai ayah yang memperhatikan, aku melihat bagaimana teknologi semakin masuk ke dalam kehidupan kita. Tapi yang lebih kuhargai adalah caramu, sebagai ibu, tetap menjaga kehangatan itu tetap ada. Di era di mana AI bisa melakukan banyak hal, kita justru belajar bahwa yang paling berharga adalah sentuhan dan perhatian yang hanya manusia yang bisa berikan.
Anak Main Internet, Khawatirnya Orangtua
Kita semua pernah merasakannya, kan? Lihat anak scrolling tanpa henti, hati bertanya-tanya: konten apa yang mereka konsumsi? Apakah aman? Aku ingat bagaimana kalian dengan lembut mengajak mereka bicara tentang apa yang mereka lihat, bukan melarang tapi memahami. Seperti AI yang bisa mendeteksi suara palsu, kita pun belajar untuk lebih waspada tapi tetap percaya.
Tips sederhana yang selalu kulihat darimu: luangkan 10-15 menit duduk bersama mereka, tanyakan tentang hari mereka, tentang apa yang seru di internet hari ini. Bukan nanya-nanya kayak polisi, tapi obrolan santai yang membangun kepercayaan.
Teknologi Bantu, Tapi Jangan Ganti Kehangatan Keluarga
AI memang makin canggih, bisa bantu banyak hal. Tapi aku belajar darimu bahwa teknologi seharusnya mempermudah kita untuk lebih terhubung, bukan mengganti kehangatan itu. Seperti saat listrik padam dan kita main bayangan di dinding, justru saat itulah kita paling tertawa bersama.
Keluarga toxic memang bikin mental down, tapi dengan komunikasi yang baik, kita bisa hadapi tanpa harus ribut.
Caramu mendengarkan sebelum bereaksi, itulah yang membuat rumah tetap jadi tempat paling nyaman.
Jaga Keamanan Informasi, Juga Keamanan Hati
Selain khawatir dengan keamanan informasi anak, kita juga perlu jaga keamanan hati mereka. Bagaimana mereka berinteraksi di ruang maya, apakah merasa kesepian? Aku perhatikan bagaimana kalian selalu punya cara untuk membuat mereka merasa didengar, bahkan saat sibuk sekalipun.
Menanamkan kejujuran pada anak itu penting banget, dan kalian melakukannya dengan menjadi contoh. Bukan dengan ceramah, tapi dengan tindakan sehari-hari yang mereka lihat.
Membangun Koneksi yang Lebih Dalam
Anak lebih dekat dengan keluarga ibu? Mungkin karena ibu memang lebih jago nyambungin perasaan. Tapi sebagai ayah, aku belajar bahwa kedekatan itu dibangun dengan kehadiran, bukan hanya fisik tapi juga secara emosional. Duduk di tepi tempat tidur mereka, mendengarkan cerita hari mereka, itu yang membuat perbedaan.
Dukungan emosional yang kita siapkan untuk keluarga, itu yang paling penting. Saat ada musibah, yang paling dibutuhkan adalah pelukan dan kata-kata penyemangat.
Keluarga Tangguh: Bukan Sempurna, Tapi Saling Mendukung
Jadi, keluarga tangguh di era digital seperti apa? Bukan yang sempurna dalam menggunakan teknologi, tapi yang tahu kaktu mematikan gadget dan saling memandang. Yang tetap menjaga kehangatan meski dunia luar berubah cepat.
Seperti yang selalu kalian ajarkan: teknologi adalah alat, tapi hubungan manusia adalah intinya. Terima kasih sudah mengingatkanku bahwa di balik semua kecanggihan, yang paling berharga adalah pelukan, tawa, dan obrolan santai kita bersama.
Sumber: AWS head of Energy & Utilities: AI is the grid’s turning point—and its salvation, Fortune, 2025-09-27