
Pernah duduk sendiri setelah anak-anak tertidur, memandangi layar gadget yang masih menyala, dan merasa ada sesuatu yang… kurang? Bukan tentang fitur atau kecanggihannya, tapi tentang kehangatan yang seharusnya ada. Sebagai orangtua, kita semua pernah merasakan kekhawatiran itu – tentang screen time yang berlebihan, tentang konten tidak pantas yang mungkin mereka akses, tentang bagaimana menjaga privasi mereka di dunia maya. Tapi di tengah semua kekhawatiran itu, ada rahasia sederhana yang sering kita lupakan.
Teknologi Bukan Pengganti, Tapi Sahabat Setia
Bayangkan saat anak-anak sedang asyik dengan gadget mereka. Mata mereka terpaku pada layar, jari-jari kecil bergerak lincah. Tapi pernah memperhatikan bagaimana mereka sesekali melirik ke arah kita, mencari persetujuan atau sekadar memastikan kita masih ada? Itulah momen yang sering terlewatkan. Teknologi terhebat pun tidak akan pernah bisa menggantikan kehangatan pelukan atau senyuman penuh kebanggaan dari orangtua.
Jadi, digital parenting itu bukan soal larangan, lho. Lebih tentang bagaimana kita mendampingi mereka. Seperti waktu kita menggunakan AI untuk mencari ide aktivitas keluarga, tapi kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang benar-benar milik kita – dengan sentuhan khas orangtua yang tahu persis apa yang membuat anak-anak bersemangat. Teknologi membantu, tapi kitalah yang memberinya jiwa.
Screen Time yang Bermakna, Bukan Sekadar Waktu
Kita sering khawatir tentang berapa jam anak menghabiskan waktu di depan layar. Tapi mungkin yang lebih penting adalah bagaimana mereka menghabiskan waktu itu. Pernah memperhatikan bagaimana mereka tertawa saat bermain game edukasi bersama? Atau bagaimana mata mereka berbinar saat menemukan sesuatu yang baru di internet? Itulah yang membuat screen time menjadi bermakna.
Komunikasi terbuka memang kunci utama. Tanyakan pada mereka tentang apa yang mereka lihat, apa yang mereka pelajari. Jadikan teknologi sebagai jembatan, bukan tembok. Karena yang paling mereka butuhkan bukanlah larangan, tapi pemahaman bahwa kita selalu ada untuk membimbing mereka melalui dunia digital yang begitu luas.
Menjaga Privasi dengan Kasih Sayang
Kekhawatiran terbesar orangtua memang tentang keamanan informasi anak. Tapi perlindungan terbaik bukan berasal dari aplikasi atau software, melainkan dari edukasi yang kita berikan. Ajarkan pada mereka tentang batasan, tentang apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan. Bukan dengan menakut-nakuti, tapi dengan memberikan pemahaman.
Seperti waktu kita duduk bersama membahas tentang pentingnya menjaga data pribadi. Bukan sebagai lecture, tapi sebagai obrolan ringan yang penuh kepercayaan. Karena yang paling mereka ingat bukanlah aturan ketat, tapi rasa aman yang kita berikan melalui perhatian dan pengertian.
Keseimbangan antara Digital dan Nyata
Ada keindahan dalam ketidaksempurnaan aktivitas offline. Seperti sore itu ketika hujan tiba-tiba turun dan kita semua berlarian ke teras, menari-nari di bawah rintik hujan alih-alih menonton film seperti rencana awal. Itulah momen yang tidak bisa direplikasi oleh teknologi mana pun.
Aplikasi AI mungkin bisa memberikan ide aktivitas, tapi yang memberi warna adalah tawa kita bersama, adalah percakapan spontan, adalah pelukan hangat setelah bermain. Teknologi boleh canggih, tapi sentuhan manusiawi tetap yang paling berharga.
Menulis Cerita Keluarga Kita Sendiri
Di era dimana segala sesuatu bisa disimpan di cloud, kenangan terindah justru tersimpan dalam aroma masakan rumahan, dalam coretan tangan kecil di kertas, dalam cerita yang diulang-ulang sampai kita semua hafal di luar kepala. Teknologi membantu merekam, tapi kitalah yang menciptakan momen.
Kita mungkin tidak bisa menghentikan laju kemajuan, tapi bersama-sama, kita bisa memastikan bahwa di rumah ini, teknologi selalu melayani kemanusiaan kita, bukan sebaliknya. Karena di akhir hari, yang paling mereka ingat bukanlah betapa canggihnya gadget yang kita miliki, tapi betapa dalamnya cinta yang kita bagikan melalui setiap interaksi – baik digital maupun nyata.
Sumber: Werner Herzog on AI-Generated Movies: ‘They Look Completely Dead’, Gizmodo, 2025-09-29