
Aku masih ingat sore itu, ketika kau duduk di sampingku sambil memegang ponsel, mata sedikit lelah namun masih tersenyum. ‘Coba lihat ini,’ katamu sambil menunjukkan layar. ‘Sepertinya lebih praktis beli kebutuhan bulanan lewat sini.’ Di luar, suara anak-anak bermain masih terdengar, dan aroma kopi hangat memenuhi ruangan. Inilah kehidupan kita—teknologi dan tradisi, efisiensi dan kehangatan, semua berbaur dalam harmoni yang kadang tak terucapkan.
Kemudahan yang Datang dengan Lembut
Aku perhatikan bagaimana kau mulai terbiasa dengan fitur belanja dalam chat itu. Bukan lagi harus membuka banyak aplikasi, cukup bertanya dan langsung bisa memesan. Tapi yang lebih membuatku kagum adalah caramu tetap melibatkan anak-anak dalam keputusan kecil—’Ini bagus tidak, Nak?’ sambil menunjukkan pilihan di layar. Teknologi hadir bukan buat gantiin obrolan kita, tapi malah bikin momen bareng keluarga makin mudah dan seru.
Aku suka lihat caramu, dengan segala kesibukan, masih bisa menemukan cara membuat kegiatan belanja jadi bagian dari pendidikan anak-anak. Kau ajari mereka membandingkan harga, memilih yang berkualitas, semua melalui layar kecil yang kini menjadi alat belajar baru.
Antara Efisiensi dan Kehangatan
Nah, yang bikin aku salut adalah bagaimana kau padu padankan efisiensi dengan kehangatan tanpa kehilangan sentuhan personal.
Terkadang aku tersenyum sendiri melihat caramu berinteraksi dengan teknologi itu. Kau masih memperlakukan mesin dengan sopan—’Terima kasih ya’ setelah selesai memesan, atau ‘Maaf, tadi salah pilih.’ Sifatmu yang selalu hangat tetap sama, bahkan pada perangkat digital.
Tapi yang paling berkesan adalah bagaimana kau tetap menjaga ritual kita. Meski bisa belanja lewat chat, kau masih ajak anak-anak ke pasar tradisional, masih ajak mereka merasakan langsung tekstur buah-buahan, masih ajarkan mereka tawar-menawar dengan penjual. Teknologi hadir bukan untuk menghapus tradisi, tapi untuk melengkapinya.
Dalam Diam, Kau yang Menjaga Keseimbangan
Aku tahu, dibalik kemudahan itu, kau tetap yang paling hati-hati mengatur keuangan keluarga. Meski bisa checkout instan, kau masih buat catatan di buku kecil, masih hitung ulang anggaran bulanan. Kemudahan teknologi tidak membuatmu lupa pada tanggung jawab.
Dan dalam diam, aku belajar darimu. Belajar bahwa kemajuan teknologi harus berjalan beriringan dengan kebijaksanaan.
Bahwa efisiensi tidak boleh mengorbankan nilai-nilai keluarga kita. Kau yang mengajarkanku bahwa di era serba digital, justru interaksi manusiawi yang harus kita jaga lebih ketat.
Bersama Menghadapi Perubahan
Kadang kita duduk berdua membicarakan masa depan anak-anak di dunia yang semakin terdigitalisasi. Ada kekhawatiran mereka akan kehilangan sentuhan manusiawi, ada kekhawatiran mereka tidak siap dengan perubahan. Tapi kemudian kita saling mengingatkan—kitalah yang akan mengajarkan mereka keseimbangan.
Seperti caramu memperkenalkan teknologi pada mereka—tidak menolak, tapi juga tidak menyerah sepenuhnya. Tetap ada waktu untuk main di luar, tetap ada waktu untuk berkunjung ke keluarga, tetap ada waktu untuk membaca buku bersama. Teknologi adalah alat, bukan pengganti kehidupan.
Kekuatan di Balik Kesederhanaan
Malam ini, melihatmu tertidur lelah setelah seharian mengurus keluarga, aku tersadar. Teknologi mungkin bisa memudahkan banyak hal, tapi tidak ada yang bisa menggantikan kehangatan perhatianmu pada detail kecil kehidupan keluarga.
Kau tetap yang mengingatkan kita untuk tidak terlena kemudahan. Tetap yang mengajak kita bersilaturahmi, tetap yang menjadikan teknologi sebagai pembantu, bukan penguasa.
Dalam dunia yang semakin canggih, justru nilai-nilai sederhana yang kau pertahankan itulah yang paling berharga.
Kekuatan kita justru ada di hal-hal sederhana ini—pelukan, obrolan sore, tawa bareng—yang teknologi tak bisa gantikan.
Sumber: OpenAI adds Instant Checkout shopping feature to ChatGPT, Silicon Angle, 2025/09/29