
Pernah duduk sendirian setelah anak-anak tidur, memandangi layar ponsel dengan perasaan campur aduk? Aku melihatmu minggu lalu, dengan kerutan kecil di dahi yang biasanya muncul saat kamu khawatir. ‘Aku baru baca berita tentang bocornya data keluarga-keluarga… Bagaimana kalau suatu hari data kita…?’ Suaramu bergetar halus, dan aku langsung paham—ini bukan soal teknologi semata, tapi tentang naluri kita sebagai orangtua yang ingin melindungi anak-anak, bahkan di dunia maya yang tak terlihat.
Dunia Baru, Kekhawatiran yang Sama
Kita sudah mahir melindungi keluarga di dunia nyata—mengunci pintu, memasang pagar, mengajarkan anak untuk tidak bicara dengan orang asing. Tapi dunia digital? Rasanya seperti hutan belantara tanpa peta, kan?
Aku ingat bagaimana kamu selalu memeriksa jendela sebelum tidur, ritual yang sama sekarang kita butuhkan untuk data digital kita.
51 persen orangtua merasa kekhawatiran yang meningkat tentang keamanan online anak mereka. Itu angka yang besar, tapi bukan berarti kita tak berdaya. Seperti memiliki sistem alarm yang belajar kebiasaan keluarga, kita bisa membangun perlindungan digital yang memahami pola kita.
Lebih dari Sekadar Password dan Firewall
Keamanan digital bukan cuma soal pengaturan teknis yang rumit. Ini tentang budaya keluarga yang kita bangun—percakapan di meja makan tentang berbagi informasi, kesepakatan waktu layar, check-in digital seperti kita mengecek apakah anak sudah mandi.
Seperti saat kita mengingatkan anak untuk tidak jajan sembarangan di warung, begitu pula dengan berbagi informasi online.
Aku tersenyum ingat bagaimana ‘password’ keluarga kita malah jadi bahan candaan ketika si kecil dengan polosnya memberitahu tetangga bahwa kata sandi kita adalah nama kucing! Tapi itulah keindahannya—di balik semua teknologi, yang paling penting adalah kepercayaan dan komunikasi yang kita jaga setiap hari.
Ajarkan anak cara membuat sandi yang kuat dan tidak mudah ditebak. Diskusikan bahaya berinteraksi dengan orang asing di ruang maya. Hubungan yang sehat antara anak-anak dengan teknologi dimulai dari orangtua.
Ketika Anak Tak Sengaja Melihat Konten Negatif
Tapi bagaimana kalau anak sudah terlanjur melihat sesuatu yang tidak pantas?
Anak juga beresiko terpapar konten pornografi dan kekerasan dari internet—gimana ya cara jaga mereka? Jangan panik apabila mendapati anak yang tak sengaja menonton konten asusila. Yang penting adalah bagaimana kita merespons.
Aku melihat caramu berbicara dengan anak-anak tentang keamanan online dengan bahasa yang mereka pahami. Kamu tidak menyerah pada ketakutan—kamu belajar, beradaptasi, dan menemukan cara melindungi keluarga dengan cara yang paling manusiawi.
Orangtua bisa menggunakan berbagai pendekatan lain untuk menumbuhkan kebiasaan digital yang sehat dan baik pada keluarga. Aktifkan kontrol orangtua, tapi jangan lupa—perlindungan terbaik bukan berasal dari firewall yang paling kuat, tapi dari rumah yang dipenuhi percakapan.
Bersama Menghadapi Tantangan Digital
Besok pagi, ketika kita kembali menghadapi layar dan notifikasi, ingatlah bahwa kita tidak sendirian. Kita punya naluri yang telah teruji waktu, dan sekarang kita juga punya alat-alat yang bisa membantu kita.
Tapi yang paling penting, kita punya satu sama lain—partner yang saling mengingatkan, saling mendukung, dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman untuk keluarga. Data kita bisa dengan mudah tersebar kalau kita kurang hati-hati berinternet, tapi dengan pola asuh digital keluarga yang tepat, kita bisa mengurangi risikonya.
Terima kasih sudah menjadi ibu yang selalu waspada dan partner yang selalu belajar bersamaku.
Kita pasti bisa menghadapi era digital ini dengan bijak, karena yang paling penting bukan teknologi tercanggih, tapi keluarga yang paling kita sayangi!
Sumber: Announcing Data Intelligence for Cybersecurity, Databricks, 2025-09-30