Agency: Literasi Baru untuk Masa Depan Anak

Dari 'Saya Akan Belajar' ke 'Saya Akan Bertindak': Mengapa Agency Penting?

Pernahkah kita membayangkan bahwa suatu hari nanti, kemampuan untuk ‘bertindak’ akan setara pentingnya dengan membaca dan berhitung? Di tengah perkembangan pesat AI, Dr. Sabba Quidwai mengingatkan kita bahwa agency—kemampuan untuk mengambil inisiatif, memengaruhi, dan mencipta—adalah literasi baru yang tak boleh diabaikan. Sebagai orang tua, ini bukan sekadar tren, tapi fondasi untuk mempersiapkan anak menghadapi dunia yang terus berubah. Lalu, bagaimana kita mulai?

Apa Itu Agency dan Mengapa Ini Penting?

Apa Itu Agency dan Mengapa Ini Penting?

Bayangkan ini: anak kita tidak hanya bisa mengikuti instruksi, tapi juga mampu merancang solusinya sendiri. Itulah inti dari agency—keberanian memilih dan bertindak sesuai pilihannya sendiri. Menurut Dr. Sabba Quidwai, AI bukan sekadar alat, tapi “rekan tim” yang membantu manusia menyelesaikan masalah. Ini mengubah pola pikir dari “Saya tidak akan bisa” (fixed mindset) atau “Saya akan belajar” (growth mindset) menjadi “Saya akan bertindak” (AI mindset).

Data global menunjukkan, hanya 7% anak tumbuh dengan agency kuat—padahal teknologi sudah di sekolah! Artinya, kita mungkin sudah menutup kesenjangan teknologi, tapi kesenjangan agency malah melebar. Nah, di sinilah peran kita sebagai orang tua: membantu anak mengembangkan agency sejak dini, bukan hanya mengandalkan sekolah. Pernah lihat anak kita tiba-tiba berinisiatif memecahkan masalah?

Cara Membangun Agency dalam Keseharian Anak

Cara Membangun Agency dalam Keseharian Anak

Mulai dari hal kecil, seperti memberi anak pilihan. Misalnya, biarkan mereka memilih buku bacaan sendiri—penelitian tahun 2017 membuktikan bahwa pilihan dalam membaca meningkatkan pemahaman dan rasa kepemilikan. Atau, ajak anak merencanakan aktivitas keluarga akhir pekan. Biarkan mereka mengusulkan ide, lalu diskusikan bersama bagaimana mewujudkannya.

Contoh lain: saat anak bertanya tentang sesuatu, alih-alih langsung memberi jawaban, tanyakan balik, “Menurutmu bagaimana?” atau “Apa yang bisa kita lakukan?” Ini melatih mereka berpikir mandiri dan percaya pada kemampuannya sendiri. Seperti kata OECD dalam kerangka Future of Education and Skills 2030, agency adalah tentang bekerja sama—kolaborasi antara anak, orang tua, dan komunitas.

AI sebagai Rekan, Bukan Pengganti

AI sebagai Rekan, Bukan Pengganti

Di era di mana AI semakin canggih, penting bagi anak untuk melihat teknologi sebagai mitra, bukan pesaing. Dr. Quidwai menekankan bahwa AI bisa membantu anak mengeksplorasi ide-ide kreatif, memecahkan masalah, bahkan memahami dunia dengan cara baru. Tapi, agency-lah yang menentukan bagaimana mereka memanfaatkannya.

Misalnya, gunakan AI untuk merancang proyek seni atau eksperimen sains sederhana bersama anak. Tanyakan pada mereka, “Bagaimana kalau kita coba ini?” atau “Apa yang ingin kamu teliti?” Dengan begitu, anak belajar bahwa teknologi ada untuk mendukung agency mereka, bukan mengendalikannya.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski agency terdengar menggembirakan, tantangannya nyata: distraksi seperti ponsel, tekanan sosial, atau akses yang tidak merata bisa membatasi perkembangan agency. Tapi, jangan khawatir—kita bisa mulai dengan langkah-langkah praktis. Batasi screen time saat anak butuh fokus, pastikan tidur dan nutrisi cukup, dan ciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi.

Yang paling penting, ingatlah bahwa agency adalah perjalanan bersama. Sebagai orang tua, kita bukan hanya memberi arahan, tapi juga mendengarkan dan belajar dari anak. Di dunia yang penuh ketidakpastian, agency memberi anak bekal untuk tidak hanya bertahan, tapi juga berkontribusi positif.

Refleksi untuk Kita Semua

Di akhir hari, agency mengajarkan kita tentang harapan dan kepercayaan. Percaya bahwa anak-anak kita mampu menghadapi masa depan dengan keberanian dan kreativitas. Seperti analogi baru, “Mengajari cara mencari petunjuk, bukan hanya memberi tujuan”. Agency adalah tentang membekali anak dengan kompas, bukan peta.

Jadi, mari kita mulai dari sekarang: beri anak ruang untuk bertindak, dukung pilihan mereka, dan jadikan AI sebagai mitra dalam petualangan belajar. Lalu, apakah kita rela anak hanya jadi penonton teknologi, atau penentu arahnya?

Source: Why Agency Is The New Literacy, Forbes, 2025/09/09 07:54:25

Latest Posts

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top