
Apakah pekerjaan kita akan digantikan mesin? Percaya gak? Laporan terbaru menunjukkan jutaan pekerjaan di Malaysia akan berubah wajah akibat AI! Angka-angka itu bisa bikin dahi berkerut—63% pekerja di Malaysia bahkan mengaku khawatir pekerjaannya hilang dalam 3–5 tahun ke depan. Tapi di balik kegelisahan, ada juga cahaya harapan: peluang baru, peran-peran segar, dan keterampilan yang bisa membuat generasi berikutnya melesat ke arah masa depan. Nah, di sinilah kita sebagai orang tua diajak untuk merenung—bagaimana kita bisa menyiapkan anak-anak kita menghadapi dunia kerja yang bahkan kita sendiri masih berusaha pahami? Mungkin jawabannya terletak pada pengembangan keterampilan AI sejak dini.
AI Gantikan Pekerjaan: Ancaman atau Peluang?

Menurut laporan Ipsos AI Monitor 2025, 63% orang Malaysia takut pekerjaannya akan digantikan AI dalam beberapa tahun. Itu angka besar, dan wajar kalau membuat banyak kepala pusing. Tapi menariknya, laporan yang sama menyebutkan 53% pekerja percaya perusahaan mereka akan memberi peluang belajar dan berkembang di bidang teknologi. Jadi ada dua wajah dalam cerita ini: ketakutan akan kehilangan, tapi juga keyakinan bahwa ada jalan untuk bertumbuh The Star.
Kita semua pernah khawatir akan masa depan mereka, bukan? Tapi lihatlah anak-anak kita—masih penuh rasa ingin tahu! Imajinasinya bisa meledak-ledak! Kalau pekerja dewasa harus mengejar keterampilan baru agar tak tertinggal, anak-anak kita punya kesempatan untuk tumbuh dengan keterampilan itu sejak dini. Rasanya seperti menanam pohon: semakin cepat kita menanam, semakin kokoh akarnya saat badai datang. Di sini, keterampilan AI bisa menjadi salah satu akar yang kokoh.
AI: Penghancur atau Pembuka Peluang Kerja Baru?

Tapi jangan buru-buru panik—marilah kita lihat sisi lainnya! Sebuah studi lain menyebutkan sekitar 620.000 pekerjaan di Malaysia berisiko hilang karena otomatisasi. Namun, di sisi lain, 60 peran baru mulai muncul, dan 70% di antaranya terkait AI dan teknologi digital World Economic Forum. Jadi, AI ini bukan hanya “pencuri kerja”—ia juga seperti pemandu di jalan baru, membuka jalur-jalur yang sebelumnya tidak terlihat.
Di sinilah keterampilan AI menjadi kunci utama. Bayangkan kita sedang bepergian ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Tanpa peta, kita bisa tersesat. Tapi dengan panduan yang tepat, perjalanan berubah jadi petualangan seru. Begitu juga dengan AI. Kalau kita mengenalkannya pada anak-anak dengan cara yang sehat—sebagai alat bantu, bukan penguasa—mereka bisa menggunakannya untuk menjelajah dunia pengetahuan seluas-luasnya.
Mengapa Keterampilan AI Penting untuk Masa Depan?

Data lain menunjukkan, 97% pekerja Malaysia percaya keterampilan AI akan berdampak positif pada karier mereka, termasuk meningkatkan efisiensi, kepuasan kerja, dan percepatan karier. Bahkan, perusahaan memperkirakan produktivitas bisa naik 57% jika tenaga kerja terampil menguasai AI HR Asia.
Apa artinya buat kita? Anak-anak kita tidak perlu menguasai semua teknologi sejak dini, tapi mereka bisa belajar dasar yang membangun: rasa ingin tahu, keberanian bertanya, dan kreativitas. Keterampilan ini adalah fondasi yang akan membuat mereka mudah belajar hal baru, termasuk AI, saat waktunya tiba. Keterampilan AI bukan sekadar tools, tapi cara berpikir.
Bagaimana Menjaga Keseimbangan Digital dan Nyata?

Kalau kita bicara soal persiapan masa depan, tak selalu harus serius seperti seminar teknologi. Justru, keseimbangan sederhana di rumah bisa jadi latihan terbaik. Misalnya, setelah 30 menit menonton konten edukatif di tablet, anak bisa diajak ke luar untuk main lompat tali. Atau kita bisa membuat bentuk-bentuk lucu dari daun yang jatuh di jalan. Seakan-akan kita sedang bilang: dunia digital itu penting, tapi dunia nyata pun tak kalah serunya. Benar, kan?
Permainan kecil ini melatih anak untuk melihat teknologi sebagai bagian dari hidup, bukan seluruh hidupnya. Sama seperti pekerja yang harus tahu batas AI, anak-anak juga belajar bahwa layar punya tempatnya, dan imajinasi bebas di luar layar punya perannya sendiri. Penguasaan keterampilan AI harus sejalan dengan ini.
Menumbuhkan Mentalitas “Belajar Terus”

Para ahli di Malaysia menekankan pentingnya reskilling dan upskilling agar tenaga kerja tak tertinggal. Nah, konsep ini bisa kita terapkan di rumah dalam bentuk yang lebih ringan. Misalnya, setiap minggu kita bisa mengajak anak mencoba satu hal baru: hari ini membuat kue sederhana, minggu depan belajar nada baru di pianika, atau minggu berikutnya bermain teka-teki lucu.
Kebiasaan kecil ini menanamkan pesan besar: belajar itu tak pernah berhenti. Sama seperti pekerja yang harus terus belajar agar tetap relevan, anak-anak kita akan tumbuh dengan mentalitas terbuka menghadapi hal-hal baru. Dan ketika kelak mereka benar-benar harus berhadapan dengan dunia kerja yang berubah cepat, mentalitas ini bakal jadi pelindung sekaligus pendorong mereka. Keterampilan AI adalah bagian dari proses tiada henti ini.
Refleksi Akhir: Menyiapkan Anak untuk Dunia yang Belum Kita Kenali

AI jelas sedang mengubah wajah pekerjaan di Malaysia, dan cepat atau lambat dampaknya akan terasa di banyak tempat. Ada rasa cemas, tentu saja, tapi juga ada semangat baru yang menyala—karena di balik setiap ancaman, selalu ada peluang.
Sebagai orang tua, kita tidak bisa memprediksi pekerjaan apa yang akan ada saat anak-anak kita dewasa. Tapi kita bisa menanamkan hal-hal yang lebih dalam: rasa ingin tahu yang tak pernah padam, semangat belajar yang konsisten, dan keberanian untuk melangkah meski jalannya belum jelas.
Pada akhirnya, anak-anak kita mungkin akan menghadapi pekerjaan yang hari ini bahkan belum punya nama. Tapi dengan fondasi yang tepat, termasuk penguasaan keterampilan AI, mereka tidak hanya akan bertahan—mereka akan bersinar. Bayangkan 10 tahun lagi—pekerjaan yang tak terbayang hari ini mungkin jadi passion anak kita! Dan bukankah itu yang kita semua harapkan?
Source: AI and job transformation in Malaysia: What’s next?, The Star, 2025-08-24
