
Wah, baru saja saya membaca berita menarik tentang AI di tempat kerja yang ternyata malah bikin orang stres dan produktivitas menurun! Katanya ada istilah baru, ‘workslop’, yang merujuk pada hasil kerja AI yang kelihatannya bagus tapi sebenarnya nggak berkualitas dan malah bikin pekerjaan orang lain jadi lebih berat.
Langsung deh, pikiran saya tertuju ke rumah! Gimana ya, teknologi keren ini bisa memengaruhi kita sebagai orang tua dan bagaimana kita mengajar anak-anak kita tentangnya, terutama di dunia yang serba cepat ini?
Apa Sih ‘Workslop’ Itu Sebenarnya?

Jadi, berdasarkan penelitian dari Stanford dan perusahaan konsultan kinerja, ‘workslop’ itu ibarat hasil kerja AI yang kelihatan keren di permukaan, tapi kalau dilihat lebih dalam, isinya kosong total, kurang substansi, dan nggak benar-benar membantu menyelesaikan tugas. Malah, banyak orang harus meluangkan waktu ekstra untuk memperbaiki atau memahami fenomena bahaya workslop AI ini. Survei menunjukkan hampir 40% pekerja pernah menerima ‘workslop’ ini, dan mereka mengaku menghabiskan hampir dua jam untuk memperbaikinya!
Bayangkan, hampir dua jam terbuang hanya untuk memeriksa email aneh atau laporan yang nggak jelas. Itu seperti menghabiskan waktu mencari parkir di hari yang ramai, padahal tujuannya cuma mau mampir sebentar! Nggak banget, kan?
Bagi kita orang tua, ini jadi pengingat penting. Kita semua suka kemudahan, tapi kemudahan yang justru menambah beban buat orang lain, apalagi kalau itu dari teknologi yang katanya mau mempermudah hidup kita?
Bagaimana Dampak ‘Workslop’ AI pada Pendidikan Anak?

Anak saya, di usianya yang penuh rasa ingin tahu, kadang suka banget melihat saya pakai teknologi. Dia sering bertanya, ‘Papa, itu apa?’ dan saya senang menjelaskan tentang bagaimana AI itu bisa meningkatkan produktivitas dan membantu kita menemukan informasi, atau bahkan menciptakan cerita baru.
Tapi, setelah baca soal ‘workslop’ ini, saya jadi kepikiran, jangan sampai kita justru memberikan pemahaman yang keliru tentang AI pada anak. Kita ingin anak-anak kita melek teknologi dan siap menghadapi masa depan yang pasti akan semakin terintegrasi dengan AI.
Tapi, kalau kita sendiri tidak bijak menggunakannya, bagaimana kita bisa mengajarkan mereka? Kalau AI digunakan tanpa pemikiran kritis, hasilnya bisa jadi sama saja: informasi yang salah, tugas yang nggak selesai dengan baik, atau bahkan kebiasaan yang tidak sehat. Ini seperti kita meminta anak belajar ‘berenang’ tapi kita sendiri tidak tahu cara berenang dan malah menenggelamkan diri! Konyol sekali, kan?
Saya membayangkan bagaimana anak saya bisa menggunakan AI untuk membantu belajar menggambar, misalnya. Tapi, kalau hasil AI-nya nggak jelas atau malah membingungkan, bagaimana anak saya bisa belajar dengan baik? Justru kita harus memastikan AI itu menjadi alat bantu yang memperkaya demi keseimbangan keluarga, bukan malah menambah pekerjaan atau kebingungan!
Cara Menemukan Keseimbangan: AI di Kantor & Keluarga?

Di tengah kesibukan sehari-hari, menemukan keseimbangan antara pekerjaan, teknologi, dan keluarga itu seperti menyeimbangkan piring-piring saat makan prasmanan. Mudah diucapkan, tapi butuh kehati-hatian luar biasa!
Penelitian ini bikin saya merenung. Mungkin kita perlu lebih sadar tentang ‘insentif’ di balik penggunaan AI. Di kantor, mungkin ada dorongan untuk terlihat produktif dengan memanfaatkan AI sebanyak mungkin, tapi kualitasnya terabaikan. Di rumah, kita mungkin tergoda untuk memberikan anak tablet atau gadget agar mereka sibuk, tapi apakah kita memastikan apa yang mereka konsumsi itu berkualitas dan mendidik? Ini sama saja seperti kita memberikan anak permen terus-menerus karena itu cara termudah untuk membuat mereka diam, padahal kita tahu itu tidak baik untuk kesehatan mereka dalam jangka panjang. Betul kan?
Saya percaya, kuncinya ada pada bagaimana kita ‘memandu’ AI, baik di tempat kerja maupun di rumah. Di kantor, ini berarti memberikan instruksi yang jelas, meninjau hasilnya dengan kritis, dan memastikan AI benar-benar membantu meningkatkan produktivitas, bukan malah menciptakan masalah baru.
Di rumah, ini berarti kita harus aktif terlibat dalam apa yang anak kita lakukan dengan teknologi. Bukan cuma membiarkan mereka terpaku di depan layar, tapi bersama-sama menjelajahi, belajar, dan kritis terhadap informasi yang mereka dapatkan. Bayangkan saja seperti kita merencanakan liburan keluarga. Kita bisa saja asal pesan tiket dan hotel, tapi kalau hasilnya kurang pas dengan keinginan keluarga, liburan jadi nggak menyenangkan. Sebaliknya, kalau kita riset dulu, bandingkan opsi, dan pikirkan apa yang terbaik untuk semua orang, liburan itu jadi pengalaman yang luar biasa!
Bagaimana Kita Menghadapi ‘Workslop’ dalam Kehidupan Sehari-hari?

Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, jadilah ‘pengawas’ yang bijak. Baik Anda menggunakan AI untuk pekerjaan, atau mengizinkan anak Anda menggunakannya untuk belajar atau bermain, selalu tinjau hasilnya. Jangan sungkan untuk mengedit, memperbaiki, atau bahkan membuang jika hasilnya tidak memuaskan. Ingat, AI itu alat, bukan pengganti kecerdasan dan penilaian manusia.
Kedua, komunikasikan dengan jelas. Kalau Anda punya tim, pastikan mereka mengerti bagaimana cara menggunakan AI dengan benar dan apa yang diharapkan dari hasilnya. Di rumah, ajak anak bicara tentang apa yang mereka temukan secara online atau melalui aplikasi AI. Bertanya, ‘Menurutmu, itu benar nggak ya?’ atau ‘Apa lagi yang bisa kamu cari tentang ini?’ adalah cara yang bagus untuk menumbuhkan pemikiran kritis.
Ketiga, jangan lupa pentingnya sentuhan manusia. Kehangatan, empati, dan kreativitas yang datang dari interaksi antarmanusia tidak bisa digantikan oleh AI.
Saya yakin, dengan pendekatan yang tepat, AI bisa menjadi kekuatan positif yang luar biasa, baik dalam karier maupun dalam membesarkan anak.
Ingat, tujuan akhirnya bukan hanya produktivitas semata, tapi menciptakan kehidupan yang lebih baik, lebih bermakna, dan tentu saja, lebih bahagia untuk kita dan generasi penerus kita!
Percakapan santai di akhir hari, bermain sama anak, atau sekadar berbagi cerita bisa jadi penawar terbaik dari segala ‘workslop’ yang mungkin kita temui. Tapi, kita harus tetap waspada dan bijak.
Source: AI ‘Workslop’ Is Killing Productivity and Making Workers Miserable, Biztoc, 2025-09-23Latest Posts
