
Pagi itu, matanya masih sembap. “Dia bangun tengah malam lagi kecup-cepet HP-nya lagi,” bisiknya sambil menguap. Tapi kita bisa berbalik arah…
Pernah nggak sih, lihat anak asyik sendiri dengan tabletnya sampai lupa waktu? Saya juga sering geleng-geleng kepala. Tapi suatu sore, waktu dia lagi sibuk potong-potong kertas buat prakarya, tiba-tiba saya sadar: “Loh, kok HP-nya nggak dipegang?” Rupanya aplikasi pembelajaran yang kita pasang minggu lalu bekerja lebih baik dari yang dibayangin. Teknologi nggak selamanya musuh, kok. Kalau dipilih-pilih, justru bisa jadi temen kita mengurangi screen time.
Daripada Melarang, Arahkan dengan Aplikasi yang Mengajak Bergerak
Ingat waktu kecil dulu kita main lompat tali atau gobak sodor? Sekarang zamannya berbeda. Tapi ada aplikasi keren yang ngajak anak-anak menari ikut gerakan di layar—yang bikin kamera ikutan reaksi. Jadi, gadget yang biasanya bikin diam di tempat justru jadi ‘pelatih pribadi’. Saya perhatiin pas anak ikut gerak-gerak itu, senyum ibunya langsung keluar. “Akhirnya nggak cuma jempolnya yang olahraga,” katanya sambil ketawa. Ini salah satu cara teknologi membantu perkembangan motorik sekaligus mengurangi waktu layar pasif.
Tapi memang perlu selektif. Carinya yang interaktif banget—yang nggak cuma nonton doang. Ada aplikasi di mana anak harus menyentuh layar untuk “menangkap” huruf sambil belajar membaca. Efek jangka panjangnya? Mereka nggak nganggep gadget cuma buat hiburan doang.
Batasi dengan Bijak Pakai Fitur ‘Penjaga Waktu Digital’
Waktu itu anak merengek minta main game lagi padahal sudah 2 jam. Ibunya langsung buka pengaturan parental control di router. “Nanti jam 7 malem sinyal WiFi otomatis mati ya,” bilangnya pelan. Teknologi sekarang bisa jadi ‘pengawal dadakan’ yang nggak perlu kita jadi orang jahat. Fitur screen time limit di HP juga bisa kasih alert 5 menit sebelum waktu habis—jadi anak bisa siapin diri untuk berhenti.
Yang menarik, beberapa aplikasi parenting malah ngasih laporan perkembangan bicara anak. Ada yang analisa kosakata dari rekaman suara selama main game edukasi. Jadi sambil membatasi, kita sekalian bisa pantau perkembangannya. Dua manfaat sekaligus!
Ganti Konten Pasif dengan yang Stimulatif
Ketimbang khawatir anak telat bicara karena terlalu banyak nonton, kenapa nggak coba podcast anak-anak? Ada yang interaktif banget—mereka harus jawab pertanyaan dari speaker. Saya perhatiin anak jadi lebih aktif ngomong. “Itu suara bebeknya lucu ya,” bisik istri suatu malam pas denger anak ngobrol sama ‘teman’ di podcastnya.
Untuk balita, coba cari aplikasi yang nyuruh mereka meniup layar buat memadamkan api virtual—ini sekalian latih pernapasan buat bicara lebih jelas. Teknologi nggak harus musuh. Dengan pilihan yang pas, gadget justru bisa jadi alat bantu perkembangan yang asyik. Yang penting, kita tetap menemani dan nggak asal kasih gadget biar anteng aja.
Jam Main Gadget Jadi Ajang Bonding Keluarga
Sabtu kemarin kami cobain aplikasi masak virtual. Anak yang pilih menunya, saya sama istri tiruin gerakan di layar bikin smoothie sungguhan. Gadget yang biasanya bikin kita sibuk sendiri malah jadi pemicu obrolan. “Wah buahnya harus dipotong kecil-kecil ya biar cocok sama di game,” celotehnya sambil praktik beneran. Eh, tumpah dikit kena t-shirt, tapi tetep seru!
Ketimbang melarang total, mending gunakan teknologi sebagai jembatan. Anak belajar kontrol diri karena tahu waktu gadgetnya terbatas, kita pun bisa tenang karena kontennya aman dan edukatif.
Perlahan-lahan, kecanduan itu bisa dialihkan jadi kebiasaan sehat. Dan yang paling keren: kita nggak perlu jadi orangtua galak yang terus-menerus ngebet. Cukup atur sistem, temani prosesnya, lalu saksikan anak tumbuh dengan percaya diri—siap jelajah dunia, baik secara daring maupun secara nyata.
Siapa bilang teknologi cuma bikin rebutan? Kebetulan ini bikin kita lebih deket, kan?
Sumber: NEO Battery Secures $4.5 Million Purchase Order for High-Performance Silicon Battery Solutions from Asian Drone Manufacturer, Financial Post, 2025-09-12