
Bayangkan si kecil sedang asyik menggambar matahari dengan pensil warna—terlalu besar, bersinar tak karuan. Di sanalah keajaiban: imajinasinya mengalir bebas, tanpa algoritma. Suatu sore saya melihat putriku secara tiba-tiba bisa menggambar dengan presisi yang memukau, baru kemudian saya sadar dia menggunakan aplikasi AI untuk menggambar. Ada campuran rasa bangga dan khawatir mendadak di dadaku! Kini hadir teknologi yang bisa mewujudkan gambar dari kata-kata saja. Seru? Tentu! Tapi jangan sampai kita lupa: senyum mereka saat mencetak lumpur jadi kue itu tak ternilai. Itulah kenapa parenting di era ini, meski penuh tantangan, bisa sangat membebaskan jika kita tahu caranya!
Bagaimana Jadikan AI Kawan Kreatif Anak, Bukan Penguasa Layar?

Baru-baru ini, Meta bermitra dengan Midjourney untuk memasukkan teknologi pembuat gambar dan video mereka ke produk AI. Kata Alexandr Wang dari Meta, ini bagian dari ‘pendekatan semua jalan’—menggabungkan talenta terbaik dan kekuatan komputasi. Tapi sebagai ayah yang setiap hari berurusan dengan data dan sistem cerdas, saya tuiiiik benar: kreativitas anak tak lahir dari klik tombol saja! Lihatlah putriku yang biasanya bermain daun kering di taman jadi kapal layar. Ituuuu pelajaran emas: ide tercipta dari hal sekecil remah roti di lantai! Teknologi AI boleh jadi alat bantu, tapi jangan sampai mengganti percobaan-percobaan berantakan yang justru memicu inovasi!
Suatu ketika, putriku meminta saya untuk menggambar naga menggunakan AI dan hasilnya sangat detail! Tapi alih-alih hanya memberinya gambar, saya bergegas mengajaknya ke kebun binatang mengamati biawak. “Lihat, sayapnya ada sisik kecil seperti apa, sayapnya bagaimana bergerak saat terbang?” putriku langsung terinspirasi dan mencoba menggambarnya sendiri di rumah. Bak kartun, wajahnya berubah ketika berhasil membuat sketsa naga dengan ekor meliuk! Di situlah roh kreativitas sejati tumbuh—dari pengalaman nyata, bukan hanya layar. Seperti dalam mitra Meta ini, tujuannya bukan menggantikan seni manusia, tapi memperkaya cara bercerita kita. Banyak orang tua mencari tips parenting digital yang praktis, tapi kadang lupa bahwa prinsipnya tetap sama: ada saatnya teknologi bisa memberi inspirasi, tapi eksekusinya harus dengan tangan sendiri!
Mengapa Orang Tua Harus Jadi Garda Imajinasi Keluarga di Era Digital?

Midjourney disebut sebagai ‘standar emas’ oleh VentureBeat untuk 20 juta pengguna karena kemampuannya menciptakan visual yang menyentuh rasa manusia. Kita pun ingin anak merasakan keindahannya, tetapi dengan kesadaran penuh. Saat si kecil terpukau oleh gambar AI, ajaklah diskusi ringan: “Menurutmu, bagaimana cara burung itu bisa terbang? Ayo kita bikin pesawat kertas!” Lalu—keluar ke teras rumah! Cari ranting yang mirip tulang, gambar jejak kaki di pasir. Beginilah kami menjaga keseimbangan: 5 menit eksplorasi dengan kawan digital, lanjut 10 menit eksplorasi alam. Di sinilah keajaiban terbentuk—saat teknologi jadi jembatan, bukan tembok!
Ada hari dimana putriku sangat bosan dan menjadi terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar. Alhamdulillah saya ingat saran teman kita harus selalu memastikan bahwa teknologi tidak mengalahkan pengalaman nyata. Jadi saya bilang, “Baiklah, kita hentikan dulu ya sekarang coba kita buat sendiri gambar kehidupan bawah laut dari barang-barang bekas di rumah!” Tanpa disadari, kita sudah menghabiskan 2 jam mencari barang, memotong, menempel dan melihat ide-ide baru muncul dari imajinasi si kecil. Paling hebat, dia lupa sama sekali tentang layar itu!
Ingat waktu liburan kemarin? Peta digital memang berguna, tapi yang tak terlupakan justru saat kita tersesat dan menemukan warung es kelapa muda di pinggir jalan bersama. Mengapa begitu mungkin karena itulah keseimbangan sejati: teknologi memandu, tapi kebahagiaan lahir dari kebersamaan spontan. Dengan mempraktikkan cara ini, parenting di era AI menjadi lebih bermakna karena kita tidak hanya mengatur waktu layar, tapi membuat pengalaman yang lebih berharga di luar layar!
Bagaimana Menanam Benih Ketangguhan Digital pada Anak?

Yang paling menggembirakan dari kemitraan Meta-Midjourney ini adalah potensinya membuat teknologi lebih ‘manusiawi’. Tapi justru di sinilah tugas kita sebagai orang tua: melindungi kemanusiaan anak di balik layar cerdas! Midjourney mungkin bisa bikin gambar sempurna, tapi anak kita butuh belajar bahwa kesalahan itu bagian dari proses. Coba tantang mereka menggambar ulang hasil AI dengan tangan sendiri—biarkan cat tumpah, garis goyah. Saat putriku frustrasi karena gambarnya tidak sesuai imajinasinya, saya bilang, “Lihat, kesalahan di sini justru menciptakan karakter baru yang unik! Di dunia nyata, seringkali yang terbaik muncul dari kebetulan!”
Ajari mereka menjadi pengguna kritis: “Lihat, di gambar ini, apakah mobil bisa terbang?” Dari sini, mereka belajar berpikir logis sambil tertawa. Dan inilah yang tak tergantikan: saat kita duduk bersama, menikmati es krim sambil berdebat lucu tentang dinosaurus berbulu, bukan sekadar mengonsumsi konten. Seperti memasak rendang, prosesnya yang menghangatkan—bukan hasil instan. Teknologi akan terus bermunculan, tapi esensi parenting tetap sama: menemani setiap coretan pensil di buku gambar, karena di sanalah terang harapan untuk dunia besok.
Satu kali, putriku mendapat tugas sekolah tentang menggambar “rumah masa depan”. Dia sangat gugup karena semua temannya menggunakan AI untuk hasil yang sempurna. Setelah bercerita padanya tentang bagaimana saya melihat kerusakan rumah masa kecil saya dan bagaimana perbaikannya menciptakan inovasi sendiri, dia memutuskan membuat sketsa sederhana yang kemudian dikembangkan menjadi model dari kardus bekas. Ketika dia menunjukkannya ke kelas, gurunya sangat terkesan karena dia memiliki alasan di balik setiap desainnya. Ini membuktikan bagaimana AI di pendidikan bisa menjadi asisten, bukan pengganti!
Kesimpulan: Bergandengan Tangan Masuki Masa Depan
Parenting di era ini bukan tentang menolak teknologi, tapi tentang menemukan cara agar teknologi menghormati kemanusiaan kita. Mari kita jadikan AI teman eksplorasi sejati yang membuka dunia baru, bukan tirai yang memisahkan anak dari imajinasinya sendiri. Ingatlah, bahwa di balik setiap algoritma canggih, tetap ada tangan kecil yang butuh dituntun, hati kecil yang butuh dibimbing, dan pikiran kecil yang butuh diinspirasi.
Demi masa depan anak-anak kita yang cerdas dan berakhlak mulia, mari kita tunjukkan cara keseimbangan ini. Karena di ujungnya, yang terpenting bukanlah gambar sempurna yang terbuat dari artificial intelligence, melainkan senyum dan kebahagiaan yang tumbuh dari eksplorasi alam sejati beserta cahaya harapan di mata mereka! Jaga kreativitas anak di era digital adalah kunci.
Source: Meta partners with Midjourney to integrate AI image and video generation technologies, Digitimes, 2025/08/30 23:45:17
Latest Posts
