
Pernah memperhatikan bagaimana mereka menatap layar dengan penuh rasa ingin tahu? Mata kecil itu bersinar, jari mungilnya menyentuh layar dengan hati-hati. Aku duduk di sampingmu, mengamati bersama. Kita tahu dunia mereka akan sangat berbeda dengan dunia kita dulu. AI bukan lagi sekadar cerita fiksi, tapi akan menjadi bagian dari keseharian mereka. Tapi yang selalu kuingat dari caramu mendampingi mereka: teknologi secanggih apapun tak akan pernah menggantikan kehangatan pelukan kita.
Belajar dari Rasa Ingin Tahu Alami Mereka

Lihatlah saat mereka bertanya tentang bagaimana Gojek bisa mengantar makanan, atau kenapa lampu bisa menyala sendiri. Pertanyaan sederhana itu justru jadi pintu masuk yang sempurna, kan?
Aku belajar darimu: jangan langsung jawab dengan penjelasan teknis yang rumit. Duduklah bersama mereka, ajak bereksplorasi dengan bahasa yang penuh kasih. ‘Coba kita cari tahu bersama, yuk?’ Kalimat sederhana itu lebih bermakna daripada segudang teori.
Rasa ingin tahu yang alami itulah yang akan menjadi fondasi mereka menghadapi era AI nanti.
Menjaga Nilai Kemanusiaan di Tengah Kecanggihan Teknologi

Di meja makan, kita sering bercakap tentang kejujuran, empati, dan tanggung jawab. Nilai-nilai yang tak pernah lekang oleh waktu. Kini, di era di mana AI bisa menjawab segalanya, nilai-nilai itu justru semakin penting.
Aku melihat caramu mengajari mereka untuk selalu memeriksa informasi, untuk tidak mudah percaya begitu saja. Bahwa di balik kecanggihan, tetap ada nurani yang harus dijaga.
Kita mungkin tidak bisa mengontrol seberapa cepat AI berkembang, tapi kita bisa memastikan bahwa anak-anak kita tumbuh dengan hati yang tetap tahu mana yang benar dan salah.
Dampingi Tanpa Tekanan, Ajar tanpa Paksaan

Pernahkah merasa khawatir mereka ketinggalan? Aku juga. Tapi kemudian kuingat caramu mendampingi mereka belajar naik sepeda. Tidak terburu-buru, tidak memaksa.
Prinsip yang sama berlaku ketika kita mengenalkan teknologi AI kepada mereka. AI bukan soal siapa yang paling cepat, tapi bagaimana kita menikmati prosesnya bersama, ya kan? Kadang mereka perlu waktu, kadang mereka butuh jeda.
Yang penting kita ada di sana, siap mendukung tanpa judgement? Karena yang mereka butuhkan bukan ahli teknologi, tapi orang tua yang memahami.
Membangun Kepercayaan Diri di Era Digital

Aku perhatikan bagaimana kau selalu memvalidasi perasaan mereka. Saat mereka ragu, kau beri semangat. Saat mereka gagal, kau ajarkan bahwa itu bagian dari proses.
Inilah yang akan menjadi bekal terbesar mereka. AI mungkin bisa memberikan jawaban, tapi tidak bisa memberikan kepercayaan diri. Hanya kita, sebagai orang tua, yang bisa membangun pondasi itu.
Dengan pelukan, dengan kata-kata penyemangat, dengan keyakinan bahwa mereka mampu menghadapi dunia baru ini.
Masa Depan yang Kita Rajut Bersama dengan Kasih Sayang

Terakhir kali kita jalan-jalan sore, kau memegang tangan mereka erat-erat, bercerita tentang bagaimana dunia berubah. Aku mendengarkan, dan hatiku terasa hangat.
Kita tidak perlu menjadi ahli teknologi untuk mempersiapkan masa depan mereka. Yang kita butuhkan hanya hadir, mendengarkan, dan percaya bahwa dengan cinta dan bimbingan kita, mereka akan siap menghadapi apapun.
AI mungkin akan membawa banyak hal baru, tapi yang tetap abadi adalah keyakinan kita pada kemampuan mereka—dan pada kekuatan kita sebagai keluarga untuk melalui semuanya, bersama-sama.
Percayalah, dengan kasih sayang dan pendampingan kita, mereka pasti bisa menghadapi masa depan AI dengan percaya diri dan hati yang tetap manusiawi!
Sumber: Netweb Technologies India shares in focus on order win worth Rs 450 crore, Economic Times, 2025-09-22
