
Pernahkah terpikir bagaimana perusahaan seperti David Jones membangun ‘komunitas data’ internal mereka? Bayangkan jika prinsip yang sama kita terapkan dalam keluarga—menciptakan ruang di mana setiap anggota merasa didengar dan datanya bermakna. Ini awal transformasi komunikasi keluarga yang menakjubkan!
David Jones baru saja meluncurkan “Insights Avalanche”—keren banget, kan?—dan tim “penerjemah bisnis” yang menjembatani teknologi dengan operasional ritel! Ini bukan sekadar strategi korporat, tapi cerminan bagaimana kolaborasi berbasis data bisa mentransformasi cara kita berkomunikasi, bahkan di rumah.
Mengapa ‘Penerjemah Data’ Penting—Baik di Bisnis Maupun di Rumah?

David Jones menyadari bahwa data tanpa konteks ibarat puzzle yang tercecer—indah tapi tak bermakna. Mereka merekrut data business partners yang bertugas ‘menerjemahkan’ data teknis menjadi insight yang bisa dipahami oleh berbagai divisi. Nah, dalam konteks keluarga, kita pun punya ‘data’ sendiri: preferensi anak, jadwal sekolah, bahkan mood harian mereka! Tapi seringkali, data ini terpisah-pisah—Ibu tahu jadwal les, Ayah hafal menu favorit, tapi jarang disatukan.
Bayangkan jika kita punya ‘tim penerjemah’ mini di rumah—siapa tahu anak justru jadi juru bicara terbaik untuk ‘data’ mereka sendiri? Misalnya, ajak anak bercerita tentang hari mereka sambil mencatat hal-hal kecil: buku apa yang disukai, teman yang sering diajak main, atau bahkan kekhawatiran yang dirasakan. Dengan begitu, data bukan lagi angka dingin, tapi cerita hangat yang memperkuat ikatan.
Komunitas Data ala David Jones: Bukan Hanya untuk Perusahaan Besar

David Jones membentuk Insights Avalanche—komunitas internal tempat karyawan berbagi pengetahuan data. Ini mengingatkan kita pada konsep gotong royong ala Indonesia: bersama-sama, hasilnya lebih maksimal. Di keluarga, kita bisa menciptakan ‘komunitas data’ versi kita sendiri. Misalnya, lewat family meeting mingguan dimana setiap anggota bebas menyampaikan ide, keluhan, atau harapan.
Wah, seru banget lho! Anak-anak kita yang masih kecil pun bisa berkontribusi dengan ide brilian—lihat saja di rumah saya! Contohnya: putri saya yang masih 7 tahun pernah mengusulkan ‘data’ baru—dia ingin akhir pekan lebih sering jalan-jalan ke taman ketimbang nonton TV. Hasilnya? Kami jadi punya ‘insight’ berharga: anak lebih bahagia saat aktif bergerak. Seru banget, kan? Dari situ kita belajar kalau bahkan suara terkecil pun bisa mengubah pola keluarga. David Jones menggunakan data untuk membentuk strategi bisnis; kita bisa memakainya untuk membangun strategi pengasuhan yang lebih responsive.
Dari Silos ke Kolaborasi: Pelajaran yang Bisa Dibawa ke Rumah

Sebelum punya strategi data terpadu, David Jones mengakui bahwa data mereka terpisah-pisah (siloed). Situasi ini mirip dengan keluarga dimana Ayah dan Ibu mungkin punya pendekatan berbeda dalam hal screen time atau belajar. Tantangannya adalah bagaimana menyatukan ‘data’ pengasuhan ini tanpa menimbulkan konflik.
Solusinya? Tim penerjemah ala keluarga—komunikasi terbuka. Misalnya, gunakan aplikasi sederhana untuk mencatat jadwal anak atau preferensi makanan, lalu review bersama. Dengan begitu, tidak ada lagi ‘data’ yang tertinggal atau tidak konsisten. David Jones berhasil menyatukan data pelanggan untuk pengambilan keputusan; kita bisa menyatukan ‘data keluarga’ untuk keputusan yang lebih baik bagi anak.
Mempersiapkan Anak untuk Dunia yang Dipimpin Data
Berita tentang David Jones mengingatkan kita bahwa dunia semakin dipengaruhi oleh data. Tapi bukan berarti kita harus mengajari anak coding sejak dini. Justru, yang penting adalah menanamkan mindset bahwa data adalah alat untuk memahami dunia—bukan sekadar angka.
Contoh sederhana: ajak anak mengamati pola—misalnya, tanaman yang disiram teratur tumbuh lebih subur, atau buku yang dibaca berulang biasanya jadi favorit. Dengan begitu, anak belajar bahwa data bisa jadi teman yang membantu mereka mengambil keputusan kecil. David Jones menggunakan data untuk meningkatkan experience pelanggan; kita bisa gunakan data untuk meningkatkan pengalaman belajar dan bermain anak.
Tantangan dan Harapan: Menerapkan Prinsip Data dalam Kehidupan Sehari-hari
Meski terdengar sophisticated, penerapan prinsip data dalam keluarga tidak harus rumit. Tantangan terbesarnya justru konsistensi dan kemauan untuk berkolaborasi. David Jones berinvestasi pada SDM dan tools; kita bisa ‘berinvestasi’ pada waktu dan perhatian.
Mulai dari hal kecil: buat catatan harian tentang kegiatan anak, libatkan mereka dalam perencanaan menu makan, atau gunakan data cuaca untuk menentukan aktivitas outdoor. Yang penting, jadikan proses ini menyenangkan—rasa seperti main di taman! David Jones punya Insights Avalanche; kita punya Kelompok Diskusi Keluarga versi sendiri!
Pada akhirnya, yang terpenting bukanlah kecanggihan teknologinya, tapi bagaimana data dipakai untuk memperkuat hubungan dan memahami satu sama lain. Seperti yang David Jones lakukan untuk bisnisnya, kita bisa lakukan untuk keluarga—bangun komunitas dimana setiap suara didengar, setiap data diberi makna.
