Masa Depan Anak dan AI: Panduan Orangtua dari Dr Wee

Masa Depan Anak dan AI: Panduan Orangtua dari Dr Weeanak dan teknologi cerah

Pernah nggak sih kita bayangkan… dunia kerja anak-anak kita bakal seperti apa sepuluh atau dua puluh tahun dari sekarang? Dr Wee Ka Siong baru-baru ini menekankan bahwa kita perlu cepat beradaptasi agar kecerdasan buatan (AI) benar-benar meningkatkan kualitas hidup, bukan sekadar jadi tren teknologi. Bayangkan wajah cerah anak saat mereka ciptakan solusi AI sederhana—bukankah itu yang kita harapkan? Pandangan ini bikin banyak orang tua merenung: bagaimana mempersiapkan anak yang hari ini masih duduk di bangku sekolah dasar untuk masa depan yang penuh perubahan?

Bagaimana AI Bisa Menciptakan Kesetaraan untuk Anak?

anak belajar bersama teknologi

Dr Wee menegaskan bahwa AI bukan lagi soal laki-laki atau perempuan, atau siapa yang lebih kuat secara fisik, melainkan tentang bagaimana kita menggunakannya untuk membuat hidup lebih baik (The Star). Di sinilah hal yang menarik: teknologi ini membuka ruang yang lebih setara. Riset pun menunjukkan bahwa inklusi gender dalam pendidikan teknologi sangat penting. Studi dari UN Women menyoroti bahwa hanya 29% pekerja STEM di seluruh dunia adalah perempuan, dan kesenjangan digital gender masih nyata (UN Women). Jadi, membiasakan anak-anak—baik laki-laki maupun perempuan—untuk melihat teknologi sebagai alat kreativitas dan bukan sekadar dunia ‘orang lain’, bisa jadi kunci. Bayangkan kalau anak kita melihat AI seperti pensil warna baru dalam kotak krayon mereka: sesuatu yang bisa dipakai untuk menggambar dunia yang lebih indah, bukan untuk membatasi imajinasi.

Apa yang Terjadi pada Pekerjaan Masa Depan Anak?

ilustrasi pekerjaan masa depan anak

Dr Wee mengingatkan sebuah prediksi lama: ketika anak-anak yang sekarang duduk di sekolah dasar masuk ke universitas, 65% pekerjaan yang ada saat ini mungkin sudah tidak relevan. Angka ini terdengar mengejutkan, tapi juga membuka peluang. Justru di sinilah kita sebagai orang tua bisa berperan. Bukannya menakut-nakuti anak tentang ‘pekerjaan yang hilang’, kita bisa semangat bilang, “Ayo kita petualang cari jawab!” Setiap kali anak bertanya tentang sesuatu yang belum kita tahu, itu momen emas. Seperti saat anak saya bertanya, “Apa robot bisa jadi teman main?” sambil corat-coret di kertas—saya ajak dia eksplorasi teknologi sambil tetap menjaga spontanitas bermain. Dari situ mereka belajar bahwa masa depan bukan sesuatu yang menakutkan, tapi sebuah petualangan untuk dijelajahi.

AI dalam Pendidikan: Bantu atau Hambat?

anak menggunakan aplikasi AI untuk belajar

Banyak orang tua khawatir bahwa AI dalam pendidikan bisa membuat anak jadi malas. Namun penelitian dari Universiti Teknikal Malaysia Melaka menunjukkan mayoritas mahasiswa melihat AI sebagai hal yang bermanfaat untuk pembelajaran, meskipun ada catatan serius tentang privasi data dan kesenjangan akses (ResearchSquare). Pertanyaannya, bagaimana kita sebagai orang tua bisa memastikan teknologi ini jadi sahabat, bukan penghalang? Jawabannya mungkin sederhana: keseimbangan. Sama seperti memberi anak mainan baru—kita nggak membiarkan mainan itu menguasai seluruh hari mereka, melainkan memadukannya dengan kegiatan lain. Coba misalnya, setelah 20 menit belajar dengan aplikasi berbasis AI, ajak anak menggambar atau main di luar rumah. Dengan begitu, mereka belajar bahwa teknologi adalah bagian dari hidup, bukan seluruh hidup itu sendiri.

Bagaimana Menciptakan Pendidikan AI yang Inklusif?

anak-anak belajar bersama dalam kelompok

Dari keseimbangan teknologi, kita masuk ke tantangan berikutnya: bagaimana semua anak bisa dapat akses setara? Ada riset yang menyoroti pentingnya pendidikan AI yang inklusif, khususnya bagi siswi dari kelompok yang termarjinalkan (BJET Journal). Kenyataan ini mengingatkan kita bahwa nggak semua anak punya akses yang sama. Sebagai orang tua, kita bisa mulai dari hal kecil: berbagi pengetahuan, saling membantu, atau bahkan mengajak anak-anak untuk belajar bersama teman-temannya. Bayangkan kalau anak kita bisa menjelaskan dengan polos kepada temannya, “AI itu kayak teman robot yang bisa bantu kita belajar.” Itu bukan hanya menumbuhkan pemahaman mereka, tapi juga menanamkan sikap berbagi dan peduli sejak dini. Bukankah itu bekal terbaik untuk masa depan?

Bagaimana Menumbuhkan Harapan di Era Perubahan?

langit cerah penuh harapan

Musim panas yang cerah sering mengingatkan kita pada suasana penuh energi dan harapan. Sama seperti langit yang terbuka luas, masa depan anak-anak kita penuh dengan kemungkinan. Dr Wee mengajak kita untuk melihat AI sebagai peluang, bukan ancaman. Sebagai orang tua, kita bisa menanamkan rasa ingin tahu yang tak terbatas, mengajarkan empati, dan membimbing anak agar berani mencoba hal baru. Coba bayangkan sebuah permainan sederhana: kita sebutkan ‘satu hal lama yang bisa hilang di masa depan’ lalu anak menebak ‘apa yang bisa menggantikannya’. Dari situ lahir tawa, imajinasi, sekaligus pelajaran bahwa perubahan selalu membawa harapan. Inilah cara kecil namun penuh makna untuk merajut resilien—membekali anak kita bukan hanya dengan keterampilan, tapi juga dengan hati yang siap menghadapi dunia yang terus berubah.

Penutup: Kolaborasi Menyiapkan Generasi Mendatang

anak dan orangtua berkolaborasi

Intinya, apa yang disampaikan Dr Wee adalah panggilan buat kita semua untuk nggak tinggal diam. AI akan jadi bagian besar dari kehidupan, tapi bagaimana anak kita menghadapinya tergantung pada bimbingan kita hari ini. Mari dorong mereka untuk bermain, bereksperimen, belajar dengan rasa ingin tahu, dan tetap menjaga keseimbangan. Dengan begitu, mereka nggak hanya siap menghadapi masa depan, tapi juga bisa mewarnainya dengan kebaikan, kreativitas, dan keberanian. Mau tahu langkah pertama yang bisa kita ambil hari ini? Ajak anak diskusi ringan sambil jalan sore: “Kalau kamu bisa ciptakan robot, apa yang mau kamu buat?” Dengan cara ini, kita menjadi pendamping yang siap nyalakan lentera di setiap langkah petualangan mereka.

Source: Dr Wee: Tap into AI to enhance our life, The Star, 2025-08-23 16:00:00

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top