
Malam itu, kulihat dia memandangi cup bayinya yang sudah kosong lama setelah menyusui. Matanya berbinar lelah tapi tangannya masih membelai rambut bayi yang sudah tertidur. “Tidur ya, sayang…” bisiknya pelan. Aku baru sadar: dalam keheningan itu, ia sedang berbicara pada dua orang—bayinya, dan dirinya sendiri yang masih belajar. Gue juga awalnya cuma bisa gigit jari lihat istri nangis, bro.
Baby Blues: Jangan Dilawan Sendiri

Kalian tahu perasaan sedih setelah melahirkan itu wajar, kok. Tapi ketika air matanya tumpah saat melihat baju hamil di lemari, kita sering bingung harus mulai dari mana.
Ngomongin hal-hal baik ke diri sendiri, ternyata bikin mama lebih PD, lho! Coba ajak dia ngobrol ringan: “Aku lihat tadi pagi elo bisa nyusui sambil telponan, hebat banget!”
Pegang tangannya pelan-pelan tanpa banyak bicara. Kadang cukup dengan pegang tangan mereka, rasanya sudah berbeda. Seperti memberitahu: “Kita melewati ini bersama.”
Seni Menjadi Ayah yang ‘Cukup Hadir’

Morning sickness bikin lemas? Aku belajar dari kebiasaannya: sediakan jahe hangat di termos kecil. Bukan sekadar minuman, tapi pengingat bahwa perhatian itu datang dalam bentuk paling sederhana.
Nyuci piring sambil benar-benar hadir, bukan cuma asal geleng-geleng kepala sambil mikin requestan—itu yang kubiasakan sekarang. Ketika tangan sibuk mencuci botol susu, telinga tetap menyimak ceritanya tentang hari yang melelahkan.
Libatkan anak masak? Ide bagus untuk mengurangi beban emosionalnya sekaligus bonding time.
Self-Care: Bukan Egois, Tapi Kebutuhan

Kadang ngurus anak bikin kita lupa diri sendiri… Kamu pernah ngerasain? Aku mulai memerhatikan tanda-tanda kecil: ketika dia memilih baju terlalu lama karena ragu dengan bentuk tubuhnya yang berubah, atau saat wajahnya mendadak kosong di antara tangisan bayi.
Nggak usah perfeksionis! Pesanku padanya sambil menyiapkan piring warna-warni untuk makan malam. Yang penting anak merasa dicintai—dan ibunya juga.
Titik jenuh datang perlahan, tapi jangan diabaikan! Bujuk dia untuk mandi air hangat 15 menit sambil kita jaga bayi. Kecil, tapi bisa jadi penyelamat.
Kekuatan Doa dan Kebersamaan Kecil

Setuju kan, doa sang ibu tu全面升级 punya power. Tapi kali ini, ajak dia berdoa bersama sambil memegang tangan. Sunnah Rasul buat keluarga itu simpel: mulai dari senyum pas pulang kerja.
Aku mulai membiasakan cium tangannya sebelum berangkat, sekadar mengingatkan: “Kita tim yang solid.”
Permainan favorit kami sekarang: saling kirim foto moment kecil saat berjauhan. Foto bayi yang sedang menguap, atau malah foto kopi hangat dengan catatan “Minum dulu, biar semangat”. Sedikit tanda bahwa kita tetap menyadari keberadaan masing-masing di tengah repotnya mengurus bayi. Bahkan AI yang cerdas pun belum bisa nangis bareng pas photo-bayiku dikirim, hehe.
Source: 5 Ways CFOs Are Shaking Off the Finance Function’s ‘Department of No’ Label, PYMNTS, 2025/09/12
