
Dan seperti biasa, pikiranku kembali padamu. Pada kita. Pada cara kau menghadapi setiap perubahan dengan ketenangan yang membuatku kagum. Aku melihat bagaimana kau membaca berita tentang kebijakan baru, teknologi yang berkembang, dan dunia yang tak pernah berhenti berputar—lalu kau menghela napas pelan sebelum kembali menyiapkan makan malam untuk kita semua. Dalam diam, aku belajar darimu: bahwa ketahanan sejati bukan tentang melawan perubahan, tapi tentang menemukan cara untuk tumbuh bersamanya, sebagai sebuah keluarga.
Belajar dari Cara Kau Beradaptasi

Aku memperhatikan caramu menghadapi hari-hari ketika segalanya terasa berbeda. Seperti perusahaan teknologi yang berinovasi, kau menemukan cara-cara kreatif untuk menjaga semuanya tetap berjalan. Saat aturan kerja berubah, kau menyusun jadwal baru yang memungkinkan kita tetap bisa makan malam bersama. Saat teknologi berkembang, kau belajar menggunakannya untuk tetap terhubung dengan orang tua kita yang jauh.
Kau tidak mengeluh—kau mencari solusi. Dan dalam prosesnya, kau mengajarkan pada anak-anak kita bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang ditakuti, melainkan tantangan yang bisa kita hadapi bersama.
Ada satu momen yang selalu membuatku tersenyum: saat listrik tiba-tiba padam dan rencana kita berantakan. Alih-alih panik, kau malah mengajak kita semua bermain board game dengan cahaya lilin. Anak-anak tertawa, dan tiba-tiba malam yang ‘gagal’ itu menjadi kenangan indah yang masih mereka ceritakan sampai sekarang. Itulah kekuatanmu—mengubah tantangan menjadi kesempatan untuk terhubung.
Percakapan Kecil yang Membangun Ketahanan

Aku selalu terkesima lihat caramu ngobrol sama anak-anak soal perubahan. Kau tidak menyembunyikan kebenaran, tapi kau menyampaikannya dengan penuh kelembutan dan keyakinan. ‘Iya, nak, kadang hal-hal berubah,’ katamu sambil mendekap mereka.
