Pernah nggak, kesalahan anak malah hasilkan sesuatu menakjubkan? “Ketika kamu salah langkah dan berjalan ke arah tak terduga, di situlah hal menarik, penuh ingin tahu dan ekstrem dimulai.” Andrea Ferro tersenyum lebahi-lebih saat membicarakan ‘kesalahan dalam kreativitas anak’ dalam wawancara soal AI. Bukankah ini seperti kertas dicoret ungu untuk langit, menara dari mainan kayu yang roboh jadi benteng? Di era teknologi yang deras, pesan Ferro ini sungguh-sungguh mengingatkan kita: nilai terbesar lahir dari detour bukan sempurna!
Bagaimana Kesalahan Membentuk Jiwa Kreativitas Anak?
Ferro percaya AI tak bisa tiru sentuhan manusia. Kenapa? Karena ‘kesalahan manusialah yang membuat seni unik’ lalu mempertegas bahwa ‘satu-satunya nilai yang tak bisa ditiru mesin adalah jiwa kreativitas anak’. Ini bukan hanya opini seniman; sebuah studi arXiv menemukan pendengar musik merasa ‘jiwa’ saat ada ketidaksempurnaan suara. “Terasa lebih manusiawi,” kata peserta. Pikirkan anak kala melukis: coretan yang melenceng bakal menjadi karakter baru dalam imajinasi atau origami yang kusut disulam jadi ‘landak tahun 2123’. Gitulah, sering kali yang kita anggap kesalahan ternyata membuka pintu ke dunia imajinasi yang lebih luas lagi!
Kelak jika anak eksplor aplikasi kreatif, ingat kata Ferro: “Anda tak bisa melawan teknologi, tapi bisa memanfaatkannya bijak.” Mereka bisa protes foto kartunnya berubah warna gelap. Tapi dengan izin untuk eksperimen saat anak eksplor aplikasi kreatif, mereka juga belajar resilience. Teknologi adalah asisten dalam kreativitas, bukan kapten kapal. Nah, lalu bagaimana dengan kekhawatiran kita?
Detour Membentuk Resilience & Kekayaan Kreativitas
Orang tua punya kekhawatiran: apakah anak kehilangan ruang untuk salah di era AI yang perbaiki segalanya otomatis? Ferro tegaskan, “Dari kesalahan biasanya hal hebat lahir.” Seperti anak yang nangis karena balon meletus, lalu ibunya ajak berburu daun hati. Dalam momen itu, terasa getir yang berubah jadi tawa riang saat temukan daun hati bersama. Detour ini bukti keajaiban kreativitas anak bisa lahir dari hal tak terencana. Dalam kajian SSRN, studi menunjukkan bagaimana persepsi kreativitas memengaruhi kepercayaan diri anak walaupun salah sketsa. Pertanyaan sederhana: “Kenapa kamu pilih warna biru untuk rambut pohon?” justru memicu eksplorasi dalam kreativitas digital anak.
Kecemasan ini wajar. Tapi ‘warna salah lipat’ saat origami atau ‘nada tertukar’ dalam lagu banteng justru membuka jalan uniknya sempurna. Nah, sekarang teknologi kasih kita alat buat mulai ngerti: keunikan manusia yang tak bisa disentuh AI.
Memanfaatkan Teknologi Sebagai Alat, Bukan Jawaban Pasti
“Saya pilih kreativitas manusia karena manusia hebat karena kesalahan,” tegas Ferro. Di dalamnya ada ‘tekad tua’ bahwa teknologi kreativitas anak harus dihargai, tapi kreativitas digital anak tak jadi kapten. Kita bisa jadikan contoh ke anak: mereka boleh memakai aplikasi kreativitas anak, tapi juga harus gunting dan kertas ditangan. Kita beri waktu untuk eksperimen di luar algoritma—seperti Ferro yang belum takut untung AI, asal memiliki “payung cadangan” untuk kesalahan manusia. Simpan kertas cadangan di lemari untuk setiap proyek kreatif!
Tip praktis: sering buat ‘tantangan detour’ di rumah. Dengan anak, cobalah tantang mereka menggunakan tools sederhana untuk membuat karya tak terduga. Dalam kreativitas digital anak kini, tantangan itu bisa jadi jembatan yang membuat mereka menggali potensi diri dalam alat-teknologi-kreativitas-anak.
Cara Simple Mulai Merangkul Detour Kreativitas Anak
Lewat filsafah Ferro, kita bisa pelan ubah ‘salah’ jadi ‘kejutan’. Saat si Kecil tumpahkan jus mangga ke kanvas? Alihkan ke “Waaah warnanya lebih hidup ya?” Lalu ajak eksperimen bentuk yang muncul. Di rumah, kami suka tantang anak buat komik spontan dari coretan warna hitam. Gitulah, sering kali yang dimulai dari noda justru melahirkan ide paling tak terduga! Hasilnya? Naga marah bernama “Bubarhefo” yang jadi pemicu tawa di meja makan.
Tertawa dan ragam eksplorasi itu membantu anak memahami bahwa ‘kesalahan’ adalah cara kreativitas digital anak menemukan sentuhan manusia. Di sinilah keajaibannya: kepercayaan diri tumbuh subur karena mereka bebas salah! Bayangin betapa hebatnya saat anak menyadari bahwa kesalahan itu bukan akhir, tapi titik awal petualangan baru. Dunia cepat dengan AI tak perlu merenggut keajaiban itu. Di dalamnya, kata Ferro mengingatkan kita: keistimewaan kreativitas adalah jiwa manusia, yang AI tak mampu tiru.
Source: ANDREA FERRO of LACUNA COIL About AI: “The Human Mistakes Are What Makes Art Unique”, Metal Injection, 2025/08/30 17:57:06
