Masa Depan Anak di Era AI: Bukan Teknologi, Tapi Sistem

Seorang ayah dan anak perempuan melihat tablet bersama di sofa, melambangkan masa depan anak di era AI.

Geoffrey Hinton, sang ‘godfather AI’, baru saja mengeluarkan peringatan serius tentang masa depan pekerjaan di era kecerdasan buatan. Bukan teknologi AI itu sendiri yang dia persalahkan, melainkan sistem kapitalis yang akan memperkaya segelintir orang sementara banyak orang kehilangan pekerjaan. Sebagai orang tua, ini membuat kita berpikir – dunia seperti apa yang akan dihadapi anak-anak kita nanti?

Apa Kata ‘Godfather AI’ tentang Masa Depan Anak?

Geoffrey Hinton, peraih Nobel dan pionir neural networks, menyatakan dengan tegas: “Apa yang akan terjadi adalah orang kaya akan menggunakan AI untuk menggantikan pekerja. Ini akan menciptakan pengangguran massal dan peningkatan keuntungan yang besar. Ini akan membuat segelintir orang lebih kaya dan kebanyakan orang lebih miskin. Itu bukan kesalahan AI, itu adalah sistem kapitalis.

Yang menarik, Hinton menolak solusi seperti universal basic income yang diusulkan beberapa pemimpin tech. Menurutnya, uang tunai tidak akan menggantikan martabat dan nilai yang orang dapatkan dari pekerjaan mereka. Ini bukan sekadar masalah ekonomi, tapi tentang makna dan tujuan hidup.

Bagaimana Dunia Berubah untuk Generasi Muda?

Seorang anak kecil melihat ke luar jendela ke arah kota modern, memikirkan masa depan.

Coba bayangkan—anak kita yang sekarang masih asyik main blocks, suatu hari akan menghadapi dunia kerja yang benar-benar beda! Menurut analisis IMF, hampir 40% pekerjaan global terpapar AI. Beberapa akan hilang, beberapa akan berubah, dan yang baru akan muncul.

Tapi seperti yang ditunjukkan Hinton, manfaatnya tidak merata bagi semua orang. Sebuah studi tentang perusahaan software menemukan bahwa AI meningkatkan produktivitas rata-rata 14%, dengan manfaat terbesar untuk pekerja pemula dan kurang terampil. Ini kabar baik, tapi bagaimana jika keuntungan ini hanya dinikmati segelintir orang?

Tips Mempersiapkan Anak untuk Masa Depan Tidak Pasti

Tangan anak-anak membangun sesuatu dengan balok kayu berwarna-warni, menunjukkan kreativitas.

Tapi jangan khawatir, sebagai orang tua kita bisa mengambil langkah praktis! Bukan dengan menakuti mereka tentang AI, tapi dengan membekali mereka kemampuan yang tetap relevan apapun teknologinya.

Pertama, fokus pada kreativitas dan pemecahan masalah. AI mungkin bisa meniru, tapi imajinasi manusia tetap unik. Kedua, kembangkan empati dan kecerdasan sosial – mesin belum bisa memahami perasaan manusia sepenuhnya. Ketiga, ajarkan fleksibilitas dan kemampuan belajar seumur hidup.

Seperti penelitian MIT menunjukkan, otomatisasi paling memengaruhi pekerjaan rutin. Jadi mari dorong anak-anak untuk berpikir out-of-the-box!

AI dalam Pendidikan: Peluang dan Tantangan untuk Anak

Seorang anak perempuan menggunakan laptop untuk belajar, dengan ikon-ikon pendidikan di sekitarnya.

Di sisi lain, AI dalam pendidikan justru bisa menjadi alat yang powerful untuk kesempatan yang lebih adil. Bayangkan tools AI yang bisa memberikan pembelajaran personalized untuk setiap anak, sesuai dengan gaya belajar dan kecepatan mereka.

Tapi lagi-lagi, akses menjadi kunci. Seperti yang diperingatkan IMF, banyak negara tidak memiliki infrastruktur atau tenaga kerja terampil untuk memanfaatkan manfaat AI. Ini bisa memperlebar kesenjangan antara negara kaya dan miskin.

Sebagai orang tua, kita bisa mulai dengan memperkenalkan AI kepada anak-anak secara positif dan bertanggung jawab. Bukan sebagai pengganti interaksi manusia, tapi sebagai alat untuk memperkaya pengalaman belajar.

Membangun Ketahanan dan Optimisme untuk Anak

Yang paling penting, kita perlu membesarkan anak-anak yang resilient – yang bisa beradaptasi dengan perubahan, bangkit dari kegagalan, dan tetap optimis menghadapi ketidakpastian. Serius, kadang saya sendiri merenung—dunia berubah cepat banget, tapi melihat kreativitas anak bikin saya optimis!

Daripada khawatir tentang pekerjaan apa yang akan hilang, mari fokus pada kualitas manusia apa yang tetap berharga: kreativitas, empati, kejujuran, dan kemampuan untuk berkolaborasi.

Seperti kata Hinton, meski prihatin dengan dampak ekonomi, dia masih berharap AI bisa memberikan terobosan dalam kesehatan dan pendidikan. Begitu juga kita – mari lihat AI sebagai alat yang bisa digunakan untuk kebaikan, asalkan sistemnya adil.

Makanan untuk Pikiran Keluarga tentang Masa Depan Anak

Akhir pekan ini, mungkin kita bisa mulai percakapan sederhana dengan anak-anak tentang teknologi dan masa depan. Tanyakan: “Menurutmu, apa yang membuat manusia spesial dibandingkan robot?” atau “Kalau kamu bisa menciptakan teknologi untuk membantu orang, seperti apa bentuknya?”

Atau coba kegiatan menggambar bersama sambil ngobrol santai: minta anak menggambar seperti apa dunia 20 tahun lagi menurut imajinasi mereka. Anda mungkin akan terkejut dengan kreativitas dan optimisme mereka!

Yang pasti, masa depan mungkin tidak bisa kita prediksi dengan tepat, tapi nilai-nilai kemanusiaan yang kita tanamkan hari ini akan tetap menjadi fondasi yang kuat untuk apapun yang terjadi besok.


Sumber: ‘Godfather Of AI’ Geoffrey Hinton Warns Of Job Losses, But Not Because Of Technology: ‘That’s Not AI’s Fault, That Is The Capitalist System’, Biztoc, 2025/09/07

Postingan Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top