
Aku ingat malam itu, setelah semua lampu kamar sudah padam dan kita duduk berdua di teras. Kau memegang ponsel, memperlihatkan foto-foto yang si kecil ambil hari itu—gambar buram, kaki yang terpotong, langit yang kelewat terang. Tapi kau tersenyum, matamu berbinar. ‘Lihat,’ kau berbisik, ‘dia melihat dunia dengan caranya sendiri.’ Dan dalam keheningan malam itu, aku tersadar: justru mata polos anak kitalah yang mengajarkan kita arti melihat yang sesungguhnya.
Lebih dari Sekadar Teknologi
Aku memperhatikan caramu melihat foto-foto itu. Bukan pada ketajaman gambarnya, bukan pada komposisi yang sempurna. Tapi pada cara dia memotret bayangan sendiri di lantai, pada tetesan hujan di jendela, pada mainan yang berantakan tapi penuh cerita. Kamera tercanggih sekalipun tak akan bisa menangkap keajaiban yang dilihatnya dalam hal-hal sederhana itu.
Kadang aku berpikir, dalam dunia yang serba cepat ini, kita sebagai orang tua justru perlu belajar dari mata mereka yang masih berbinar. Mata yang melihat bukan untuk mengukur atau menilai, tapi untuk mengagumi dan memahami.
Momen yang Tak Tergantikan
Ingatkah foto keluarga kita yang terakhir? Yang dimana si kecil sedang mengedipkan mata dan tertawa terbahak-bahak? Bukan foto yang sempurna secara teknis—tapi itulah yang paling sering kita lihat kembali. Karena yang kita abadikan bukan hanya gambar, tapi cerita.
Aku tersenyum setiap ingat bagaimana kita berebutan mengambil foto yang ‘sempurna’, tapi justru yang paling kita sukai adalah yang penuh canda tawa dan kejujuran. Seperti kata pepatah, yang terindah seringkali datang dari yang paling tak terduga.
Mengajarkan Mata yang Berbinar
Aku melihat caramu mengajak mereka ‘berburu warna’ di taman, mencari bentuk awan yang lucu, atau sekadar memperhatikan semut yang berbaris rapi. Dalam kesederhanaan itu, kau mengajarkan mereka—dan juga aku—untuk tetap melihat dunia dengan rasa ingin tahu.
Di tengah gempuran teknologi, kau mengingatkan kita semua bahwa yang terpenting bukanlah alat yang kita pegang, tapi bagaimana kita memandang.
Bagaimana kita menghargai setiap momen kecil yang bersama-sama kita lalui.
Kompas untuk Kenangan Kita
Malam ini, sementara anak-anak sudah terlelap dengan mimpi-mimpi indah mereka, aku ingin berterima kasih. Terima kasih karena selalu mengingatkanku bahwa keajaiban terbesar bukanlah dalam teknologi tercanggih, tapi dalam cara kita bersama-sama melihat dunia.
Mungkin suatu hari nanti kamera akan semakin pintar, tapi takkan ada yang bisa menggantikan cara matamu berbinar saat melihat foto-foto tak sempurna itu. Karena disanalah letak keindahan yang sesungguhnya—dalam ketidaksempurnaan yang penuh makna.
Source: 8 Photography Fundamentals That Modern Cameras Can’t Replace, Fstoppers, 2025/09/27 21:06:01