
Bagaimana cara mempersiapkan anak kita untuk masa depan yang semakin digital? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita sebagai orang tua. Di tengah derasnya arus revolusi AI, Presiden Microsoft India, Puneet Chandok, menyampaikan saran sederhana namun mengena: biarkan anak-anak “bermain-main” dengan alat AI. Menurutnya, keterampilan ini tidak bisa dipelajari hanya dengan teori atau menonton orang lain, melainkan harus dicoba langsung. Sama halnya seperti mengajak anak ke taman bermain—mereka perlu mencoba sendiri alat AI, bukan sekadar menonton! Pernah lihat mata anak berbinar saat berhasil membuat gambar AI pertamanya? Itulah kekuatan pembelajaran langsung! Yuk, kita geluti bersama seperti petualangan seru keluarga untuk membantu anak-anak kita mengasah keterampilan AI dengan cara yang menyenangkan dan efektif.
Mengapa Kemampuan AI Menjadi Kebutuhan?

Puneet Chandok, dalam pidatonya yang penuh semangat, mengatakan bahwa kemahiran AI sudah bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan mutlak. Ia bahkan bercanda, “Anda tidak bisa sehat hanya dengan melihat orang lain ke gym. Anda harus pergi sendiri.” Analogi ini terasa pas sekali: untuk benar-benar bisa, anak-anak harus praktik langsung, bukan sekadar teori.
Tahu tidak? Hasil studi terbaru dari Harvard Business Publishing Corporate Learning dan Degreed menunjukkan hal yang sama. Dari 2.739 karyawan yang diteliti, mereka yang sering bersentuhan dengan AI lebih suka belajar lewat praktik mandiri dan berkelanjutan, dibandingkan kursus kaku yang penuh teori. Kalau dipikir-pikir, sama juga dengan anak-anak kita. Mereka lebih cepat paham saat diajak langsung mencoba, dibandingkan hanya duduk mendengarkan.
Bagi kita sebagai orang tua, ini peluang emas. Membantu anak mengembangkan kemampuan AI sejak dini bisa jadi pengalaman seru yang memperkaya rasa ingin tahu dan keterampilan mereka di dunia digital.
Bagaimana AI Membentuk Masa Depan Kerja?

Chandok juga menyinggung peluang kerja baru yang lahir dari dunia AI, mulai dari manajer agen digital hingga insinyur prompt. Bayangkan, beberapa tahun lalu istilah seperti “insinyur prompt” belum ada, tapi sekarang perannya dicari banyak perusahaan!
Penelitian Hiring Lab bahkan menemukan dari lebih 2.800 keterampilan unik, tidak ada satupun yang “sangat mungkin” digantikan sepenuhnya oleh AI generatif. Pesannya jelas: AI tidak akan menggantikan manusia, tapi mereka yang bisa memanfaatkannya justru akan melesat lebih jauh.
Lalu, apakah kita sudah menyiapkan anak untuk peluang baru ini? Bekal terbaik bukan sekadar hafalan teori, melainkan keterampilan dasar AI agar mereka bisa bekerja bersama teknologi, bukan takut padanya.
Pentingnya Praktik AI dalam Pendidikan

Data menarik lain: 26% manajer perekrutan sekarang menganggap kemahiran AI sebagai syarat dasar. Bahkan 40% di antaranya lebih percaya pada lulusan universitas yang programnya mewajibkan praktik AI di semua mata kuliah.
Artinya, pendidikan yang mengintegrasikan praktik AI kini semakin dihargai. Sebagai orang tua, kita bisa membantu dengan cara sederhana: perkenalkan anak pada aplikasi belajar interaktif atau permainan edukatif berbasis AI yang sesuai usia. Tidak perlu muluk-muluk, cukup hal-hal ringan yang menyalakan rasa penasaran mereka.
Ingat: tujuannya bukan menjadikan anak ahli AI dalam semalam, tapi menanamkan rasa ingin tahu dan keterampilan dasar. Sama seperti saat kita memperkenalkan tentang matahari dan bulan: bukan supaya mereka langsung jadi astronom, tapi supaya mereka belajar menghargai dunia sekitar.
Tips Praktis Mengasah Kemampuan AI Anak

Lalu, bagaimana cara kita membantu anak mengembangkan kecakapan AI? Beberapa langkah kecil bisa kita coba:
- “Bermain-main” dengan alat AI: Ajak anak eksplorasi aplikasi kreatif atau asisten virtual yang ramah usia.
- Fokus pada praktik: Buat cerita bersama atau gambar unik dengan bantuan AI. Pengalaman nyata selalu lebih membekas.
- Seimbangkan dengan aktivitas lain: Sambil merayakan keajaiban teknologi, jangan lupa: tawa mereka saat berlarian di taman tetap jadi musik terindah.
- Ajak anak menemukan cara kreatif: Hubungkan AI dengan minat mereka, entah musik, seni, atau permainan tradisional yang dimodernisasi. Seperti kimchi yang kita modif dengan bahan lokal, AI pun bisa disesuaikan dengan nilai keluarga.
- Belajar bersama: Tunjukkan bahwa kita juga sedang belajar. Dengan begitu, anak melihat bahwa keberanian mencoba hal baru itu penting.
Kesimpulan

Pesan Puneet Chandok tentang pentingnya praktik langsung jadi pengingat berharga bagi kita. Di tengah dunia digital yang terus bergerak cepat, membantu anak mengasah keterampilan AI sejak dini bisa menjadi hadiah terindah untuk masa depan cerah mereka. Dengan pendekatan seimbang dan penuh antusias, kita bisa menyiapkan mereka bukan sekadar jadi pengguna teknologi, tapi pencipta ide-ide baru yang etis dan kreatif.
Setiap alat AI yang kita kenalkan adalah benih kepercayaan diri—suatu hari nanti, merekalah yang akan menumbuhkannya menjadi pohon inovasi. Anak-anak tidak perlu cemas tentang masa depan, sebab merekalah masa depan itu sendiri.
Source: Learn to play around with AI tools, get fluent: Microsoft India President advises youth, Economic Times, 2025-08-24 09:08:26
