
Sayang, tadi malam, saat kita menikmati teh hangat setelah anak-anak terlelap, tiba-tiba aku teringat pertanyaan si kecil siang tadi. ‘Ayah, Bunda, kenapa aplikasi itu tahu aku suka sekali tempe mendoan buatan Nenek?’ Senyummu mengembang, dan aku melihat di matamu gairah yang sama untuk menjawab setiap ‘mengapa’ yang muncul dari pikiran polos mereka. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, dengan segala kemajuan teknologi yang terus melaju, dunia anak-anak kita akan semakin akrab dengan hal-hal baru seperti kecerdasan buatan. Kadang terasa begitu jauh, padahal sudah ada di sekeliling kita, membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia. Bagaimana ya kita bisa mengubah setiap pertanyaan sederhana itu menjadi benih cinta belajar seumur hidup? Aku rasa, kuncinya ada pada rasa ingin tahu itu sendiri, dan bagaimana kita bisa menjadikannya petualangan keluarga yang hangat, sebuah perjalanan untuk belajar AI bersama keluarga, tanpa kehilangan esensi kebersamaan kita.
Mengubah Pertanyaan Menjadi Petualangan Bersama

Aku sering memperhatikan bagaimana kamu, dengan sabar, selalu berusaha menjawab setiap ‘kenapa’ dari anak-anak. Terkadang, pertanyaan mereka bisa begitu mendalam, seperti sumur tanpa dasar. Eh, sampai kapan pertanyaan ‘kenapa’ ini berlanjut? Rasanya seperti permainan kentang panas tanpa akhir, ya? Tapi justru di situlah letak keajaibannya, Sayang. Setiap ‘mengapa’ adalah undangan untuk sebuah petualangan. Daripada langsung memberikan jawaban, bagaimana kalau kita balik bertanya, ‘Mau cari tahu berdua?’
Aku sering melihat cara kamu, dengan mata berbinar, mengajak mereka membuka buku, mencari di internet (dengan pengawasan kita, tentu), atau bahkan mencoba eksperimen kecil di dapur. Itu bukan sekadar mencari fakta, tapi membangun jembatan pemahaman. Kamu tidak hanya memberikan ikan, tapi mengajarkan mereka memancing. Saat kita menjelajahi jawaban bersama, pemahaman yang terbangun tidak hanya lebih dalam, tapi juga lebih berkesan. Mereka belajar bahwa mencari tahu itu menyenangkan, dan yang lebih penting, mereka belajar bahwa kita adalah tim dalam segala hal, termasuk dalam proses belajar ini.
AI dalam Permainan Harian

Mungkin kita berpikir belajar AI itu harus dengan komputer canggih atau kursus mahal. Tapi aku yakin, kamu punya seribu satu cara untuk membuatnya jadi bagian dari permainan harian kita. Ingat saat kita bermain tebak-tebakan hewan, dan anak-anak harus menebak hanya dari beberapa ciri? Itu kan mirip dengan bagaimana AI belajar mengenali pola, Sayang. Kita bisa membuat aktivitas sederhana seperti tebak gambar kreatif, di mana kita bergantian ‘mengajarkan’ suatu objek pada ‘AI’ (yaitu kita sendiri) dengan memberikan deskripsi, lalu ‘AI’ harus menebaknya.
Atau bagaimana dengan membuat cerita berbasis AI? Kita berikan beberapa kata kunci, lalu kita kembangkan bersama ceritanya, bahkan mungkin dengan karakter yang ‘belajar’ dari kesalahan mereka. Pernah terpikirkan, saat kita menggunakan filter lucu di aplikasi foto, itu juga bagian dari AI yang mengenali wajah kita? Kita bisa membahasnya dengan cara yang ringan, ‘Coba tebak, bagaimana aplikasi ini tahu ini wajah kita?’ Ini adalah tips belajar AI untuk anak yang mengubah rasa ingin tahu menjadi petualangan. Fokusnya adalah eksplorasi santai tanpa tekanan, tanpa merasa harus ‘menguasai’ AI. Kita bisa tertawa saat ‘AI’ kita salah menebak atau membuat cerita yang lucu. Jadikan momen belajar ini menyenangkan, karena tawa adalah bumbu terbaik dalam setiap pembelajaran, kan? Aku percaya, dengan sentuhan tanganmu, hal yang rumit bisa jadi permainan paling seru di rumah kita, dan mereka akan belajar AI untuk pendidikan keluarga dengan cara yang paling alami.
Menjaga Keseimbangan Teknologi dan Keluarga

Aku tahu kamu selalu khawatir tentang waktu layar anak-anak. Dan aku setuju, Sayang, penting sekali untuk menjaga batasan layar agar interaksi langsung dan kehangatan keluarga tetap menjadi prioritas utama. AI ini, seperti alat lainnya, adalah tambahan, bukan pengganti pelukan hangat kita atau cerita pengantar tidur yang kamu bacakan setiap malam. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun, dan aku selalu kagum melihat bagaimana kamu memastikan itu tetap jadi prioritas.
Kita bisa mengintegrasikan teknologi, termasuk AI, ke dalam aktivitas rutin seperti bermain, tapi dengan kesadaran penuh. Misalnya, saat kita mencari resep baru untuk nasi goreng spesial kita, kita bisa bertanya pada asisten suara, dan anak-anak bisa ikut berinteraksi, belajar bagaimana AI memproses informasi. Atau saat mereka ingin tahu tentang dinosaurus, kita bisa menggunakan aplikasi edukasi yang interaktif, tapi tetap dengan kita di samping mereka, menjelaskan dan menjawab pertanyaan lanjutan. Penting untuk diingat, komunikasi terbuka di dalam keluarga sangatlah penting untuk menjaga keamanan anak di internet, bahkan saat kita menjelajahi AI.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan semua ini untuk mendekatkan kita, bukan menjauhkan.
AI tak bisa tertawa seperti keluarga, tapi bisa membantu kita menemukan tawa dan pengetahuan baru bersama. Pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan semua ini untuk mendekatkan kita, bukan menjauhkan. Aku bersyukur kita selalu sejalan dalam hal ini, menjaga agar rumah kita tetap menjadi tempat paling hangat, tempat di mana teknologi melayani kita, bukan sebaliknya. Ini tentang menjaga keseimbangan teknologi dan keluarga, memastikan AI sebagai alat, bukan pengganti pelukan kita.
Source: Microsoft Partners with Schools for AI Literacy, BBC News, 2023
