Berkembangnya Minat Siswi Komputer A-Level: Sebuah Harapan di Era Digital

Mengapa Siswi A-Level Lebih Sukses di bidang Teknologinya?

Dari kabar yang sedang trending hari ini, memberikan peningkatan jumlah siswi A-Level yang mengambil jurusan komputer mencapai 3.5%. Wow! Meski secara keseluruhan jumlah peminat turun, data ini seperti menemukan hadiah tak terduga di tumpukan berita digital. Tapi masa seru ini selalu diiringi oleh banyak pertanyaan!

Bayangkan ini—a “puzzle sains” di ruang keluarga kita, gimana kamu melihat gumaman malas yang seperti “Ugh, komputer membosankan” berubah perlahan jadi tanya penasaran “Ada gadget baru nih, Papa-Mama!” Justru di sini kita sebagai orang tua punya pengaruh besar, bisa jadi seperti biar “coding” jadi kaya main Lego untuk anak.

Coba sesekali ajak mereka eksperimen lucu dengan konsep digital, meski cuma lewat main pura-pura “laptop” dengan buku bekas dan kertas warna. Mungkin jadinya malah lebih asyik dari game online!

Belajar Coding A-Level Menurun: Apa Sih, Gara-Gara Kurikulum atau Minat?

Dari hasil tinjauan bareng data, kelihatan bahwa banyak siswa terutama remaja malah mundur dari eksplorasi coding, padahal era digital berkembang super kencang. Tapi coba kita lihat ke belakang sedikit—mungkin godaan game bukanlah satu-satunya penyebab…

Contoh? Saat anak sedang asyik menggambar maze warna-warni, coba geser ke arah “tentu keren kalau kamu buat maze virtual!” Tarik antusiasme mereka seperti biar Lego dan Puzzle 3D jadi “seru bersama” meski beda bentuk.

Masihkah kamu ingat masa kecil, saat komputer di sekolah cuma wujud monitor kusam yang kena debu? atau justru ajarkan coding dengan permainan yang bikin mereka jadi senang karena capek main stack-STACK kreativitas?

Pendidikan Teknologi di Rumah: 3 Tips Sederhana Biar Bisa ”Family Fest”

Apa jadinya kalau teknologi dan coding diubah ke alat keluarga ala-ala ‘fun exploration’? Mungkin langsung automagically jadi pelajaran ‘rasa ketawa bareng-main koding tanpa tekanan’. Ibaratnya seperti kita yang miseat spell kode dengan ketupat lebaran, bisa “edukatif” dan enak banget waktu sharing bareng anak,nek.

  1. Setiap Rabu sore, buat kontrak jelas: 30 menit main Minecraft Education dan bahas konsep pemrograman di belakangnya,
  2. Tawarkan alat-alat murah meriah seperti Raspberry Pi atau Microbit sebagai alat yang kayak mainan sains dengan jadi hasil bisa “nge-hidupin lampu cupboard”! Mungkin selanjutnya justru jadinya mereka ingin bikin pengatur lampu otomatis!
  3. Jangan takut “debating” dengan perjuangan melibatkan coding antusias. Boleh kok punya waktu eksplorasi sendiri dulu setelah itu jam keluarga—biar lebih relatable.

Membuat Fondasi Digital untuk Masa Depan: Seperti Bantuan Bola Salju yang Bergerak

Anak-anak kita hidup sekarang serasa “early adopter” dari masa depan. Mainan “Lego” aja didunia mereka bisa jadi awal dari pemahaman algoritma! Saat mereka menyusun warna-warni blok, bisa jadi seperti mereka menyusun “coding logic” tanpa mereka sadari. Yang penting, fondasi digital ini jangan sampai “run run” canggung, tapi perlu dibangun dengan bantuan benda nyata.

Coba aja kombinasi kimchi stew punya kita plus teknologi: Saat bikin resep, rasanya nggak jauh beda dengan bagaimana program menyusun “formula per detik”. Ada variabel, ada hubungan sebab-akibat, kayak ngitung bahan-bahan yang balance, tapi… ya tetap lezat!

Fakta Ternyata: Bagaimana Pendidikan Digital Bisa Bikin Orang Tua Galau Berujung Optimis

Bagaimana menurutmu hari ini belajar konsep koding bisa dibuat menyenangkan dan nggak bikin anak justru ketergantungan sama gadget? Jadi 100% shareable tanpa takut mereka justru jadi “monyet kloning” ala digital era?

Buat gue sih, ini seperti tantangan naik gunung: Apa pentingnya latihan sendiri tapi nggak bisa naikin keluarga ikut? Jam digital atau main game di tablet buat anak itu di-box sampai 1-2 jam. Hidup masih bisa jalan dengan kimchi stew, eksplorasi coding lewat kertas warna-warni, dan tanya “apa yang akan kamu buat besok?” Wat, this adalah perjuangan!

Biar nggak susah-susah gitu, gue biasanya biarkan anak yang justru bawa pulang ide coding baru dari main dengan teman atau ada tante yang kerja IT, terus dampingi dengan tools aman kayak visual coding GRATIS. Kalau nanti mereka beneran ingin jadi developer? Why not—tapi waktu ini? The main focus harus tetap pada koding = play tetap bisa bertahan seputar sama coding logic,.

Sumber: “More girls take A-level computing despite overall dip in numbers”, Computer Weekly, 2023

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top