Apa Kata Anak-Anak Tentang AI? Refleksi Hangat untuk Orang Tua

Apa Kata Anak-Anak Tentang AI? Refleksi Hangat untuk Orang Tua
anak sekolah tersenyum ceria

Apa yang Anak-anak Pikirkan Tentang AI di Sekolah?

kelas sekolah dengan anak-anak belajar

Dalam sebuah laporan, banyak anak dan remaja mengungkapkan pandangan menarik. Ada yang merasa aplikasi AI justru dipakai untuk hal-hal yang manusia dulu lakukan dengan sabar, seperti membuat seni. Seorang pelajar mengaku, ia kurang suka dengan cara teman-temannya menggunakan aplikasi AI seperti Grammarly atau alat pintar lain untuk menyelesaikan esai dan PR. Ia merasa belajar jadi kehilangan esensi ketika segalanya diserahkan pada mesin (WIRED).

Ternyata, ada sisi lain! Beberapa remaja yang melihat AI sebagai ‘pendekatan modern untuk belajar.’ Mereka menekankan bahwa tidak semua anak menggunakannya untuk mencontek. Banyak yang menggunakannya untuk memulai tugas, menemukan ide, atau membuat rencana belajar pribadi dengan teknologi pendidikan AI. Bahkan, 31% dari remaja usia 14–22 melaporkan menggunakan AI untuk membuat gambar, 16% untuk musik, dan 15% untuk menulis kode (Harvard).

Lalu ada pula survei yang menemukan 64% anak percaya pembelajaran AI akan membantu karier masa depan mereka. Meski begitu, mereka sadar bahwa ada risiko—seperti menurunnya keterampilan problem solving dan isu privasi data. Anak-anak ingin lebih banyak kesempatan untuk belajar cara menggunakan alat ini dengan benar (EdWeek).

Bagaimana Mengatasi Rasa Takut Anak Terhadap AI?

anak bermain di taman dengan wajah ragu

Jika dipikir-pikir, wajar sekali bila anak-anak punya campuran emosi ketika membicarakan AI. Ada yang takut, karena khawatir dunia belajar jadi kehilangan makna. Ada juga yang penuh penasaran karena melihat peluang luar biasa untuk berekspresi. Seperti saat anak-anak bermain di taman: sebagian memilih berhati-hati di pinggir, sebagian lagi langsung meluncur di perosotan dengan teriakan gembira. Begitu juga dengan dunia belajar online—ada yang ingin menjajal, ada yang lebih suka menonton dulu dari kejauhan.

Sebagai orang tua, penting untuk tidak langsung menilai. Justru, mendengarkan suara mereka bisa jadi pintu masuk yang berharga. Dengan begitu, kita bisa memahami apa yang mereka rasakan, bukan hanya apa yang kita kira.

Bagaimana Orang Tua Bisa Mendampingi?

Inilah saatnya kita menjadi ‘pemandu wisata’ bagi anak-anak dalam dunia belajar online menggunakan AI. Bukan dengan menunjukkan jalan pintas, melainkan dengan menemani mereka menjelajah dengan aman. Misalnya, kita bisa mengajak mereka menggunakan AI untuk hal kreatif: membuat cerita pendek bersama, mendesain gambar lucu, atau bahkan sekadar mencari ide permainan baru saat diskusi sambil makan bakso. Dengan begitu, anak belajar bahwa teknologi bukan pengganti imajinasi, tapi teman untuk memperluasnya.

Selain itu, kita bisa membuat aturan sederhana yang tidak terasa menekan. Misalnya, sebelum menggunakan aplikasi AI, anak harus mencoba dulu dengan usahanya sendiri. Setelah itu, baru gunakan AI sebagai ‘teman diskusi’ untuk membandingkan hasilnya. Dengan cara ini, mereka belajar menyeimbangkan usaha pribadi dengan bantuan teknologi, layaknya anak main layang-layang di Pantai Parangkusumo yang tahu harus berapa banyak menarik atau melepas tali untuk tetap merdeka dan aman.

Bagaimana Menciptakan Momen Belajar Bersama AI?

anak dan orang tua bermain bersama dengan laptop

Mungkin, di rumah kita bisa membuat “permainan banding ide” dengan bantuan aplikasi AI. Anak menuliskan jawabannya untuk sebuah pertanyaan, lalu minta AI memberikan jawabannya. Setelah itu, bandingkan bersama. Di situlah muncul diskusi seru: mana yang lebih kreatif, mana yang lebih logis, dan mana yang lebih manusiawi. Dari momen kecil seperti ini, anak belajar keterampilan yang jauh lebih besar: berpikir kritis dan menghargai proses.

Mengapa Mendengarkan Anak Kunci Penting dalam Pendidikan AI?

anak berbicara dengan penuh semangat

Suara anak-anak tentang aplikasi AI jelas bukan sekadar gumaman polos. Ada rasa penasaran yang menggelora, kritik yang jujur, sekaligus asa besar. Dan yang paling penting, mereka ingin didengar. Mereka ingin kita mempercayai bahwa teknologi bisa jadi kawan, bukan monster, jika kita ajak mereka menyelam bersama.

Bayangkan jika mereka dewasa nanti: akankah tawa riang ini tetap terdengar saat AI jadi bagian hidup? Jadi, mungkin bukan soal apakah AI baik atau buruk untuk anak. Pertanyaan yang lebih penting: Sudah siapkah kita, para orang tua, untuk benar-benar mendengar celoteh polos mereka tentang dunia baru ini? Dengan telinga yang terbuka dan hati yang hangat, kita bisa memastikan bahwa perjalanan mereka ke masa depan bukan hanya aman, tapi juga penuh makna.

Source: What Do Kids Actually Think About AI?, Wired, 2025-08-18 10:00:00

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top