
Sayang, setelah anak-anak tidur, bukankah pikiran-pikiran seperti ini sering muncul? Siang tadi, saat anak kita melihat aplikasi video favoritnya, tiba-tiba dia bertanya, ‘Mama, kok aplikasi ini tahu sekali ya apa yang aku mau tonton?’
Pertanyaan kecil dan polos itu, rasanya seperti mencerminkan masa depan yang akan kita jalani bersama. Dunia yang akan dihadapi anak-anak kita nanti akan jauh lebih erat terhubung dengan AI.
Kita seringkali bingung bagaimana menjelaskan kecerdasan buatan pada anak yang rumit ini agar mudah dan menyenangkan. Aku selalu kagum dengan usaha dan kelembutanmu dalam menjelaskan hal-hal pada anak-anak sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Hari ini, aku berpikir, bagaimana kalau kita tidak hanya membiarkan rasa ingin tahu itu berlalu, tapi mengubahnya menjadi petualangan seru bagi seluruh keluarga untuk menjelajahi AI? Tanpa istilah teknis yang sulit, cukup dengan mengikuti jejak-jejak AI yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Aku yakin, kamu pasti bisa membimbing anak-anak kita untuk memahami dunia AI tanpa rasa takut, bahkan menemukan jalan mereka sendiri di dalamnya.
Mengubah Waktu Teknologi Menjadi Waktu Keluarga: Kegembiraan Belajar Bersama

Melihat anak-anak memegang ponsel atau tablet, kadang kekhawatiran muncul, ya. Jangan-jangan mereka terlalu asyik sampai melewatkan hal-hal penting lainnya. Tapi, sepertinya itu tidak selalu buruk, kok.
Saat anak-anak bertanya, ‘Ini kenapa begini, ya?’ momen itu justru bisa jadi kesempatan terbaik bagi kita untuk belajar bersama. Contohnya seperti aplikasi rekomendasi video tadi. Kamu bisa menjelaskan, ‘Aplikasi ini seperti teman pintar yang mengingat video-video yang pernah kamu tonton, lalu mencari video lain yang mungkin kamu suka.’
Aku melihatmu selalu menjelaskan hal-hal dengan sabar dan dari sudut pandang anak-anak, dan aku merasa anak-anak kita sedang belajar cara terbaik untuk memahami dunia. Dulu, saat kamu menyiapkan makan malam dan meminta asisten suara untuk ‘tambahkan garam’, tapi malah ‘menambahkan salad’, kita berdua tertawa terbahak-bahak, kan?
‘AI juga masih belajar, sama seperti kita!’ Berkat humormu yang bisa ketawa cepat saat ada kesalahan kecil begini, anak-anak kita jadi menerima teknologi sebagai sesuatu yang bertumbuh bersama, bukan sesuatu yang sempurna.
Waktu-waktu seperti ‘Bagaimana kalau kita berimajinasi, bagaimana aplikasi ini bisa jadi lebih pintar lagi?’ akan menjadi kenangan keluarga yang berharga, lebih dari sekadar pelajaran teknologi.
AI, Tidak Sulit Kok: Tidak Perlu Jadi Ahli

Orang sering berpikir AI itu terlalu sulit, hanya bisa dipahami oleh mereka yang belajar ilmu komputer. Aku pun awalnya begitu. Tapi setelah melihatmu berinteraksi dengan anak-anak setiap hari, aku sadar itu tidak sepenuhnya benar.
Anak-anak kita membereskan mainan, memilah pakaian, bahkan memilih menu makan malam pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan proses AI mengklasifikasi data dan mencari pola, lho. ‘Mainan mobil ini di sini, boneka itu di sana,’ dalam tindakan anak itu, mereka sudah belajar konsep klasifikasi.
Kamu nggak pernah lewatkan momen hari-hari lalu bilang ‘Lihat, kamu juga berpikir seperti AI!’ Kata-kata penuh perhatian darimu itu rasanya menanamkan kepercayaan diri pada anak-anak, ‘Aku juga bisa memahami AI!’
Tidak perlu belajar coding yang rumit, kok. Cukup dengan menemukan jejak-jejak AI di sekitar kita, lalu berbicara bersama tentang bagaimana AI membuat hidup kita lebih mudah, itu sudah cukup. Kamu selalu mengatakan pada anak-anak, ‘Tidak tahu itu bukan hal yang memalukan, tapi bagian dari proses belajar,’ dan itu adalah kekuatan terbesar yang membuat anak-anak kita tidak takut pada era AI, malah menjelajahinya dengan rasa ingin tahu.
Penyelesaian Masalah Seperti Bermain untuk Masa Depan

Seiring perkembangan AI, banyak orang khawatir, ‘AI akan mengambil pekerjaan kita.’ Tapi aku percaya AI akan menjadi alat yang membantu kita fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan bermakna, bukan menggantikan kita. Dan penting untuk mengajarkan sudut pandang ini pada anak-anak kita.
Misalnya, kita bisa bertanya pada anak-anak, ‘Kalau kita membuat robot, masalah apa yang ingin kita selesaikan?’ Mungkin ide-ide lucu seperti ‘Robot yang menyelesaikan masalah kaus kaki yang hilang setiap pagi!’ atau ‘Robot yang bisa menyelesaikan PR lebih cepat!’
Dulu, saat anak-anak membuat kekacauan di rumah karena ingin membuat robot imajiner, dan akhirnya robot itu jatuh ke bak mandi, kamu justru tertawa dan bilang, ‘Wah, hari ini robotnya mandi!’ Berkat ketenangan dan humormu, anak-anak belajar untuk tidak takut gagal dan terus mencoba.
Mungkin kemampuan terpenting di era AI bukanlah menemukan jawaban yang benar, melainkan melihat masalah dari sudut pandang baru dan mencari solusi kreatif. Dan kamu, sayang, dengan setia mendukung anak-anak kita untuk mengembangkan kemampuan itu seperti bermain. Sayang, dengan kehadiranmu yang selalu menjadi tiang penyangga, yang mengawasi rasa ingin tahu anak-anak dengan cinta, aku yakin anak-anak kita pasti bisa menavigasi dunia yang rumit ini tanpa rasa takut.
Berkat kamu, rumah kita selalu menjadi ruang belajar yang paling hangat
Terima kasih, ya.
Sumber: Seneca menawarkan gelar master AI pertamanya (Mobile Syrup, 16 September 2025)
