
Antara Robot dan Krayon
Rabu sore, si kecil pulang sekolah langsung cerita heboh: ‘Ayah, tadi aku jadi robot di layar hp!’ Rupanya dia baru mencoba Snapchat Imagine Lens. Aku langsung tersenyum sekaligus mikir: sebenarnya ini alat kreatif yang keren atau sekadar mainan digital lagi?
Apa Itu Snapchat Imagine Lens dan Mengapa Orangtua Perlu Tahu?

Bayangkan mode specialist foto koboi di kotak foto zaman dulu, tapi versi digitalnya! Imagine Lens ini fitur baru Snapchat yang bisa bikin gambar dari tulisan. Ketik saja “ubah aku jadi dinosaurus” atau “burung pakai topi pesta”, langsung muncul deh gambarnya!
Fitur eksklusif untuk pengguna Snapchat+ ini tersedia di Lens Carousel. Yang keren, selain bikin gambar sendiri, ada juga pilihan jadi karakter komik atau karikatur lucu siap pakai.
Nah, di sinilah kita sebagai orangtua perlu bijak: gimana caranya biar teknologi ini jadi teman kreativitas, bukan pengganti imajinasi?
Potensi Kreativitas vs Tantangan Keaslian: Pelajaran dari Riset

Riset terbaru bilang, alat AI memang bisa meningkatkan jumlah konten yang dibuat, tapi kadang bikin interaksi manusia terasa kurang autentik. Ada efek domino yang perlu kita waspadai.
Studi lain malah menemukan hal menarik: kreativitas buatan justru bisa diterima dengan positif asalkan dipakai sebagai alat bantu, bukan pengganti total. Kuncinya ada di keseimbangan – seperti waktu kita pakai kalkulator untuk hitung matematika dasar, tapi tetap paham cara menghitung manual.
Jadi mungkin tugas kita adalah membingkai tools seperti Imagine Lens ini sebagai krayon digital yang memperkaya palet kreatif, bukan mengganti proses berimajinasi!
Tips Orangtua: Menggunakan AI untuk Stimulasi Kreativitas Sehat

Setelah ngobrol dengan beberapa teman dan baca-baca, ada beberapa strategi sederhana yang bisa dicoba:
1. Jadikan AI sebagai pemanasan kreatif
Contohnya: setelah bikin gambar robot pakai AI, ajak mereka n gambar versi manualnya di kertas, deh. Dari digital turun ke analog!
2. Ngobrol santai tentang keaslian
Kasih analogi sederhana: “Nak, AI itu kayak teman yang bantu kita cari ide, tapi keputusan akhir tetap di tanganmu. Mau pakai warna apa buat robotnya?”
3. Timer itu penting
Kasih batasan jelas: 15 menit main Imagine Lens, lalu lanjut ke aktivitas fisik atau corat-coret pakai krayon.
4. Eksperimen bersama
Coba buat tantangan kreatif: “Ayo kita bikin gambar kakek jadi astronaut!” Lalu bandingkan versi AI dengan gambar tangan. Seru lho!
Masa Depan Kreativitas: AI sebagai Partner, Bukan Pengganti
Yang bikin optimis: tools seperti ini membuka kemungkinan baru. Dulu kita cuma bisa membayangkan dinosaurus, sekarang bisa lihat versi visualnya langsung! Tapi ingat, kunci suksesnya ada di bagaimana kita memakai teknologi – sebagai alat bantu, bukan pengganti proses belajar.
Penelitian di Journal of Interactive Marketing menyebut persepsi autentisitas sangat menentukan keberhasilan penggunaan AI. Dalam konteks parenting, mungkin maksudnya: anak tetap perlu paham bahwa ide orisinal mereka lebih berharga daripada jutaan gambar AI.
Refleksi Akhir: Antara Teknologi dan Kemanusiaan
Di era dimana AI bisa membuat gambar dalam hitungan detik, mungkin yang perlu kita tanamkan adalah apresiasi terhadap proses. Bahwa coretan krayon di kertas bekas kadang justru lebih berharga karena menyimpan kenangan tangan kecil yang sedang belajar.
Jadi, saatnya kita tanya: “Nak, hari ini mau ciptain ide sendiri atau pakai bantuan AI dulu?” Percakapan sederhana ini bisa menjadi pondasi penting. Siapa tahu, lukisan tangan mereka nanti justru jadi kenangan yang tak bisa dihasilkan oleh jutaan prompt.
Sumber: Snapchat’s new Lens lets you create AI images using text prompts, TechCrunch, 2025/09/05
