
Masih ingat malam itu, saat kau duduk bersila di lantai bersama si kecil yang sedang mengerjakan PR online. Matamu bolak-balik antara layar laptop dan wajah polosnya yang sedang berkonsentrasi. Setiap notifikasi yang muncul seperti menarikmu pergi sejenak, meninggalkan momen yang seharusnya hanya berdua. Kulihat bagaimana jari-jemarimu menari di atas keyboard, mencoba menjawab pertanyaan sambil tetap memperhatikan anak kita. Dan aku tahu, di balik senyumanmu yang sabar, ada lelah yang tak terucapkan. Seperti kita semua yang berusaha hadir penuh di era digital ini…
Ketika Teknologi Terasa Seperti Musuh dalam Pengasuhan
Pernah nggak sih merasa jadi orang tua di era digital itu kayak lagi jongkok di dua perahu? Satu kaki di dunia nyata, satu lagi di dunia maya. Anak-anak main internet, khawatir mereka lihat konten nggak pantas gimana ya? Atau saat mereka lebih betah sama layar daripada ngobrol sama kita. Rasanya sedih sekaligus khawatir, ya.
Aku sering memperhatikan bagaimana setelah hari yang penuh distraksi digital, kita kadang merasa lebih lelah secara emosional. Seperti mencoba membaca buku cerita untuk anak-anak sambil terus menerima telepon—ceritanya jadi terputus-putus, dan magic-nya hilang. Ini bukan tentang seberapa banyak yang bisa kita selesaikan, tapi tentang seberapa hadir kita bisa untuk mereka yang paling berarti.
Mengubah Gadget Jadi Sekutu Pengasuhan
Di sinilah keindahannya—teknologi yang sering menjadi sumber distraksi justru bisa menjadi solusi. Bayangkan memiliki asisten digital yang bisa membantu tanpa harus membuka tab baru atau aplikasi lain. Seperti punya teman yang memberikan informasi tepat saat dibutuhkan, tanpa harus kehilangan momen bersama keluarga.
Aku tersenyum membayangkan betapa mudahnya nanti membantu si kecil mengerjakan PR tanpa harus bolak-balik antara tugasnya dan pencarian Google. Atau bagaimana kita bisa menggunakan fitur pengawasan untuk memastikan mereka aman berinternet, tanpa merasa seperti polisi yang mengawasi.
Menciptakan Zona Bebas Gadget yang Berarti
Aku mulai membayangkan ‘zona bebas gadget’ di rumah kita. Mungkin saat makan malam, di mana semua gadget ditanggalkan, atau waktu bermain di mana kita benar-benar hadir untuk mereka. Teknologi bisa membantu kita mempersiapkan segalanya sebelumnya, sehingga ketika waktu keluarga tiba, kita bisa benar-benar fokus.
Yang paling indah dari semua ini adalah kemungkinan untuk menciptakan kembali ritual-ritual kecil yang sempat terkikis. Percakapan saat makan malam yang tidak terinterupsi, waktu baca cerita di mana kita betul-betul larut, bahkan sekadar duduk diam bersama tanpa merasa perlu mengecek notifikasi.
Perjalanan Menuju Kehadiran yang Lebih Utuh
Dan di sinilah intinya, menurutku…
Pada akhirnya, ini semua tentang bagaimana teknologi seharusnya melayani keluarga kita, bukan menguasainya.
Tentang bagaimana kita bisa menggunakan kemajuan untuk justru kembali ke hal-hal yang paling mendasar—kehadiran, perhatian, dan koneksi yang sesungguhnya.
Aku ingin kita bereksperimen bersama dengan cara-cara baru ini. Bukan untuk menjadi lebih produktif, tapi untuk menjadi lebih hadir. Untuk menciptakan lebih banyak momen di mana kita benar-benar melihat mata satu sama lain, mendengar cerita-cerita kecil dari hari mereka, dan merasakan kehangatan yang hanya bisa ada ketika kita sepenuhnya ada di sana.
Karena di tengah semua kemajuan dan teknologi, yang paling kita butuhkan adalah kemampuan untuk benar-benar hadir untuk orang-orang yang kita cintai. Dan mungkin, justru melalui teknologilah kita bisa menemukan jalan kembali ke kehadiran yang sesungguhnya.
Sumber: Airia Launches Chrome Extension to Bring AI Agents Directly to Your Browser Workflow, Financial Post, 2025/09/30