
Masih terbayang malam itu, ketika kau pulang dengan mata lelah setelah seharian rapat virtual. Anak-anak sudah terlelap, rumah sunyi kecuali suara laptop yang masih berdering. Kau duduk di sofa, jari masih menari di atas keyboard, sementara aku memperhatikan bagaimana bahumu masih tegang meski hari sudah larut. Di era di mana segala sesuatu bisa diselesaikan dengan klik, kadang aku bertanya-tanya: apakah aplikasi AI untuk anak dan keluarga benar-benar mempermudah hidup kita, atau justru membuat kita lupa pada hal-hal yang paling mendasar?
Tablet Bukan Pengganti Pelukan

Aku perhatikan bagaimana kadang kita tergoda untuk memberikan tablet ketika si kecil rewel. Layarnya yang terang memang bisa membuat mereka diam sejenak, memberi kita waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Tapi aku belajar bahwa diamnya mereka bukan berarti bahagia. Aku ingat pagi ketika kau mengambil tablet dari tangan anak kita, lalu memeluknya erat. ‘Mama di sini,’ katamu dengan lembut.
Dan dalam pelukan itu, aku melihat ketenangan yang berbeda – ketenangan yang datang dari rasa aman, bukan dari distraksi. Memang penting sih punya tips parenting di era digital, tapi pelukan tetap tidak tergantikan.
Aplikasi Parenting vs Waktu Berkualitas

Kita punya semua aplikasi parenting terbaik di ponsel, bukan? Yang mengingatkan jadwal imunisasi, mencatat perkembangan, bahkan memberi saran aktivitas.
Tapi aku belajar bahwa tidak ada algoritma yang bisa menggantikan rasa keibuan. Ngomong-ngomong soal komunikasi, aku ingat ketika kita duduk bersama di lantai, membacakan buku dengan suara yang penuh ekspresi. Tidak ada notifikasi yang bisa menangkap cahaya di mata anak kita ketika mereka berhasil melakukan sesuatu untuk pertama kalinya.
Teknologi bisa memberi kita informasi, tapi hanya kita yang bisa memberi mereka perhatian. Cara seimbangkan teknologi AI untuk anak memang perlu, tapi waktu berkualitas tetaplah yang utama.
Chat Group Keluarga vs Percakapan Meja Makan

Keluarga besar kita punya grup chat yang aktif, berbagi foto dan kabar setiap hari. Tapi aku paling menghargai ketika kau memasang aturan ‘no phones during meals’.
Di meja makan itu, kita benar-benar bercakap – mendengar cerita lucu anak tentang hari mereka, berbagi rencana untuk akhir pekan, bahkan sekadar tertawa bersama karena sesuatu yang sederhana.
Di saat semua orang sibuk dengan layar mereka, kau mengingatkanku bahwa percakapan yang paling berarti terjadi tatap muka. Orang tua dan penggunaan gadget AI perlu diatur, tapi percakapan langsung tetaplah yang paling berharga.
Teknologi Seharusnya Memperkuat, Bukan Menggantikan

Aku belajar dari caramu menggunakan teknologi. Kau pakai video call untuk mempertemukan anak dengan nenek yang jauh, tapi tetap mengajak mereka menulis surat dengan tangan. Makan bersama di lantai dengan lesehan atau nongkrong di teras, itu yang membuat kita lebih dekat.
Kau gunakan aplikasi untuk merencanakan liburan keluarga, tapi tetap memberi ruang untuk spontanitas dan petualangan. Kau tunjukkan padaku bahwa teknologi terbaik adalah yang memperkuat ikatan kita, bukan yang membuat kita terpisah oleh layar.
Fondasi yang kuat sebelum teknologi memang penting, karena hubungan manusiawi tetaplah yang utama.
Partner Digital, Bukan Pengganti Orang Tua
Di masa depan yang semakin digital, yang akan kita butuhkan bukan lebih banyak teknologi, tapi lebih banyak kebijaksanaan dalam menggunakannya.
Aku belajar dari caramu memilih tools yang benar-benar mendukung perkembangan anak, bukan sekadar menghibur. Bagaimana kau duduk bersama mereka saat menggunakan aplikasi belajar, menjadikannya aktivitas bersama bukan layanan penitipan anak.
Bagaimana kau ingat bahwa tidak ada algoritma yang bisa menggantikan rasa keibuan. Keseimbangan yang kita ciptakan bersama inilah yang membuat teknologi menjadi partner, bukan pengganti.
Yang Paling Dibutuhkan Tetap Sama
Di tengah dunia yang serba cepat dan digital, keluarga kita adalah tempat di mana waktu masih berjalan dengan tempo yang manusiawi. Tempat di mana teknologi melayani kita, bukan kita yang diperbudak teknologi.
Aku bersyukur punya partner sepertimu yang selalu mengingatkan bahwa di balik semua kemajuan, yang paling dibutuhkan anak-anak kita tetap sama: perhatian tulus, waktu berkualitas, dan cinta yang nyata. Teknologi datang dan pergi, tapi pelukan hangat dan cerita sebelum tidur tetap abadi, kan?
Peran orang tua dalam mendukung kesehatan mental anak tidak bisa dianggap remeh, dan teknologi hanyalah alat, bukan tujuan.
Source: AI use by UK justice system risks papering over the cracks caused by years of underfunding, Phys.org, 2025-09-23
