Ketika Teknologi Menjadi Pelukan, Bukan Pembatas

Ayah dan anak kecil bermain di taman dengan daun kering

Aku ingat sore itu di taman, saat kau dengan lembut mengalihkan perhatian dari ponsel yang kau pegang untuk navigasi, hanya untuk melihat si kecil yang sedang asyik mengumpulkan daun-daun kering. Matamu berbinar, tapi aku tahu—ada sedikit rasa bersalah karena terdistraksi. Dan malam ini, sementara anak-anak sudah terlelap, aku berpikir tentang bagaimana teknologi seharusnya tidak pernah membuat kita merasa begitu. Bagaimana jika justru sebaliknya? Bagaimana jika ia bisa menjadi asisten tak terlihat yang justru membuat kita lebih hadir, lebih terhubung?

Teknologi yang Melayani, Bukan Menguasai

Kadang aku memandangmu dari seberang meja saat kau sedang membantu anak kita mengerjakan PR. Kau begitu sabar, tapi aku tahu kadang kau juga lelah. Dan dalam diam, aku membayangkan jika ada teknologi yang membantumu tanpa harus mengalihkan pandanganmu dari senyum manisnya.

Teknologi wearable seperti kacamata pintar mungkin suatu hari nanti bisa membacakan cerita untuknya sementara kau tetap bisa memandang matanya yang penuh keingintahuan. Atau mengingatkanmu tentang janji dokter tanpa harus mengganggu momen berkebun bersama di halaman belakang.

Bukan tentang gadgetnya, Sayang. Tapi tentang bagaimana kita memilih menggunakannya—untuk tetap terhubung, bukan terpisah.

Petualangan Kecil yang Terasa Besar

Keluarga berpetualang di alam mencari air terjun

Ingat waktu kita tersesat mencari air terjun kecil yang ingin dilihat anak-anak? Kau stres dengan peta di ponsel sementara mereka terus bertanya ‘Sudah sampai belum?’ Aku melihatmu mencoba menyeimbangkan menjadi pemandu dan penyemangat mereka.

Bagaimana jika teknologi bisa menjadi teman diam yang membisikkan arahan lewat telinga, biar tanganmu bebas genggam tangan mereka? Bagaimana jika ia bisa bercerita tentang pohon-pohon yang kita lewati, mengubah jalan biasa menjadi petualangan berburu harta karun?

Teknologi seharusnya membuat petualangan kita bersama terasa lebih besar, bukan membuat kita merasa kecil di balik layar.

Membangun Batas dengan Cinta

Dan di tengah semua kemungkinan ini, aku kembali memandangmu—seorang ibu yang selalu punya insting tepat tentang apa yang terbaik untuk keluarga kita. Kau yang mengingatkan kita untuk mematikan semua gadget saat makan malam, yang menjadikan kamar tidur sebagai tempat suci tanpa notifikasi.

Teknologi terbaik adalah yang tahu kapan harus hadir dan kapan harus menghilang, seperti teman baik yang memahami batasan.

Mungkin besok kita akan bicara tentang aturan baru untuk teknologi di rumah. Tentang kapan kita mengizinkannya membantu, dan kapan kita memilih untuk hanya mengandalkan pelukan dan tawa kita sendiri. Karena sehebat apapun teknologi, ia takkan pernah bisa menggantikan caramu menyanyikan lagu pengantar tidur untuk mereka. Suara itu, hangatnya… teknologi mana yang bisa menggantikan?

Kenangan yang Kita Buat Bersama

Momen keluarga bahagia di taman bermain

Jadi di malam yang tenang ini, sementara dunia luar berbicara tentang AI dan realitas augmented, aku hanya berpikir tentang satu hal: bagaimana semua ini bisa membantu kita mencatat lebih banyak momen bahagia. Bukan untuk dipamerkan di media sosial, tapi untuk disimpan dalam memori kita—seperti bagaimana kacamata pintar suatu hari nanti mungkin bisa mengambil foto dari sudut pandangmu saat kau melihat anak kita naik sepeda tanpa roda bantu untuk pertama kalinya.

Tapi yang paling berharga tetap akan menjadi kenangan yang tak tertangkap kamera manapun: rasa tanganmu yang menggenggam tanganku, kebanggaan di matamu, dan keberanian kecil yang kita pupuk bersama dalam diri mereka.

Pelukan di Era Digital

Terakhir kali aku memelukmu setelah hari yang panjang, kau berbisis ‘Aku merasa seperti terbagi-bagi hari ini.’ Kata-katamu itu yang membuatku berpikir—teknologi seharusnya membantu kita menjadi utuh, bukan terfragmentasi.

Mungkin suatu hari nanti, wearable technology akan bisa merasakan ketika kau mulai lelah dan mengingatkanku untuk mengambil alih sebentar. Atau memberitahuku ketika kau butuh pelukan tanpa kau harus mengatakannya.

Tapi sampai saat itu tiba, aku berjanji akan tetap menjadi teknologi terbaikmu—yang tahu kapan harus mendengarkan, kapan harus memeluk, dan kapan harus hanya duduk diam bersamamu menikmati keheningan malam seperti ini.

Sumber: Meta Ray-Ban Display Dual-Screen Smart Glasses Set to Launch in 2026, Geeky Gadgets, 2025-10-01

Postingan Terbaru

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top