
Rumah sudah senyap, ya. Suara riuh anak-anak sudah diganti dengkuran halus mereka. Sini, duduk sebentar di dekatku.
Tadi, sambil menunggu mereka terlelap, aku sempat membaca beberapa berita. Topiknya tentang kecerdasan buatan, atau AI. Wah, rasanya AI itu benar-benar ada di mana-mana sekarang, ya?! Dari cara kita mencari informasi, sampai rekomendasi tontonan anak-anak.
Cepat sekali, efisien katanya. Tapi ada satu hal yang membuatku berhenti dan berpikir… cepat ternyata tidak selalu berarti aman. Ada risiko tersembunyi di baliknya. Kekhawatiran bahwa AI akan mengurangi kreativitas dan kemampuan berpikir bukan tanpa dasar. Dan seketika, semua itu membuatku teringat pada perjalanan kita dalam menjaga keluarga kecil ini.
Rem Lembut di Dunia yang Terlalu Cepat

Membaca berita itu membuatku sadar, dunia kita sekarang memang menuntut segalanya serba instan. Seperti AI yang bisa menyelesaikan pekerjaan dalam hitungan detik. Rasanya tekanan itu juga sampai ke rumah kita. Harus cepat siapkan sarapan, cepat antar sekolah, cepat selesaikan pekerjaan. Seolah-olah kita harus terus berlari hanya untuk bisa bertahan melewati hari.
Tapi kemudian aku melihatmu. Kamu adalah rem paling lembut dan paling kuat di tengah semua tuntutan kecepatan itu. Saat dunia meminta kita berlari, kamu memilih untuk berhenti sejenak dan memastikan ‘tali pengaman’ kita terpasang dengan benar.
Aku melihatnya dalam hal-hal kecil. Saat kamu tidak langsung mengunduh aplikasi AI yang sedang tren untuk anak, tapi meluangkan waktu membaca ulasannya dulu, memastikan itu aplikasi AI yang aman untuk anak kita. Atau saat kamu dengan sabar menemani mereka menggambar dengan krayon, padahal gawai bisa menyajikan ribuan gambar instan. Kamu seakan sedang berkata, proses itu sama pentingnya dengan hasil.
AI bekerja berdasarkan pola, bukan berdasarkan pemahaman dan perasaan. Ia bisa menyarankan video berdasarkan riwayat tontonan, tapi ia tidak punya intuisi untuk tahu kapan anak kita butuh istirahat dari layar dan berlari di halaman. Kamu, sebaliknya, membangun fondasi keluarga kita bukan dengan pola, tapi dengan hati.
Kecepatan mungkin bisa membangun gedung, tapi hanya ketelitian hatilah yang bisa membangun sebuah rumah yang aman.
Kamu tahu kapan harus mempercepat dan kapan harus melambat untuk sekadar memeluk atau bertanya, ‘Hari ini di sekolah bagaimana?’
Bukan Tembok, tapi Peta dan Kompas

Beberapa perusahaan mencoba melarang total penggunaan AI, tapi ternyata sangat sulit untuk diterapkan. Itu membuatku tersenyum. Rasanya mirip sekali dengan peran kita sebagai orang tua, ya? Kita tidak mungkin bisa ‘melarang’ dunia luar masuk ke dalam kehidupan anak-anak kita. Kita tidak bisa memblokir semua teknologi, termasuk chatbot AI yang bisa diakses dengan mudah oleh siapapun.
Dan di sinilah aku paling mengagumi caramu. Kamu tidak pernah membangun tembok, tapi kamu mengajari mereka cara membuka pintu dengan bijaksana. Kamu tidak sekadar bilang ‘jangan main gawai terus’, tapi kamu duduk di samping mereka. Kamu menunjukkan cara dampingi anak hadapi AI dengan begitu alami.
Aku ingat saat kamu bertanya pada mereka, “Menurutmu, teman bicaramu di aplikasi ini benar-benar mengerti perasaanmu, atau hanya menebak kata-kata yang bagus?” Pertanyaan sederhana itu adalah pelajaran keamanan digital keluarga yang jauh lebih berharga daripada seratus larangan.
Fokusmu bukanlah pada larangan, tapi pada pendampingan dan transparansi. Kamu mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia yang rumit, bukan menyembunyikan mereka darinya. Tentu saja, cara ini butuh kesabaran dan energi yang luar biasa. Tapi dengan begitu, kamu tidak hanya melindungi mereka, kamu juga memperkuat mereka dari dalam.
Percakapan Kita: ‘Kode’ Terkuat Keluarga

Pada akhirnya, solusi terbaik untuk menghadapi risiko teknologi adalah kolaborasi dan pengawasan manusia. Dan lagi-lagi, aku melihat kita berdua dalam kalimat itu. Inilah inti dari perjalanan kita bersama.
Kita adalah tim ‘audit’ terbaik untuk keluarga kita. Saat aku terlalu larut dalam pekerjaan, kamulah yang dengan lembut mengingatkan bahwa ada dunia kecil yang menunggu di rumah. Saat kamu merasa lelah, aku berharap bisa menjadi sandaran yang mengambil alih sebagian bebanmu. Keamanan dan kehangatan keluarga kita tidak dibangun oleh satu orang super. Ia dibangun oleh dua orang biasa yang saling memeriksa ‘kode’ satu sama lain.
Kekuatan kita ada dalam percakapan pelan seperti ini, di penghujung hari yang panjang. Saat kita berbagi cerita, bertukar pandang, dan memastikan bahwa kita masih berjalan di jalur yang sama, dengan tujuan yang sama. Inilah ‘sistem’ kita untuk memastikan semua aman terkendali, jauh lebih canggih dari algoritma mana pun. Ini adalah tips aman AI untuk keluarga Indonesia yang paling mendasar: koneksi antarmanusia.
Terima kasih, ya! Untuk semua baris ‘kode’ tak terlihat yang kamu tulis setiap hari dengan kesabaran dan cintamu yang luar biasa. Kode yang menjaga fondasi kita tetap kokoh, menjaga hati kita tetap terjalin erat, dan membuat rumah ini terasa begitu aman dan hangat. Aku melihat semua itu, dan aku sangat bersyukur memilikimu sebagai partner dalam proyek terbesar kita ini.
Source: Cloud Hypervisor says no to AI code – but it probably won’t help in this day and age, Techradar.com, 2025-09-15.
