
Aku masih ingat malam itu, saat kulihat pantulan cahaya layar di wajahmu sambil kau memeriksa email terakhir sebelum tidur. Di luar, dunia digital terus berdenyut, membawa begitu banyak kemungkinan sekaligus kekhawatiran. Seperti kita, banyak keluarga Indonesia yang sedang belajar menari di antara keajaiban teknologi dan kebutuhan untuk melindungi yang kita cintai.
Mengenal Ancaman Digital yang Tak Terlihat

Pernahkah kau memperhatikan bagaimana sekarang ini bahkan pesan phishing terlihat begitu meyakinkan? Seolah-olah ditulis oleh manusia sungguhan.
Selain soal pencurian data pribadi, anak juga beresiko terpapar konten pornografi dan kekerasan dari internet.
Aktivitas online anak, apalagi pas lagi belajar dari rumah, memang butuh perhatian kita. Internet kerap digunakan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh, mencari hiburan, dan berkomunikasi dengan teman sebaya.
Tapi bagaimana menjaga mereka tetap aman?
Dengan gawai di tangan, anak dapat dengan bebas mengakses berbagai informasi di dunia internet. Tapi bagaimana kalau yang diakses justru konten negatif? Seperti saat kita mengajari mereka menyeberang jalan—kita tidak melarang mereka keluar rumah, tapi kita ajarkan cara yang aman.
Membangun Kebiasaan Digital yang Sehat

Masih ingatkah waktu kita membuat ‘kode rahasia keluarga’ untuk tablet? Aku tersenyum setiap kali kau lupa kodenya sendiri—tapi itulah yang membuatnya istimewa. Dalam canda dan tawa itu, kita sedang membangun budaya keamanan.
Jangan ragu untuk menetapkan aturan bahwa pukul 18.00-21.00 adalah waktu tanpa gawai. Gunakan waktu sebagai waktu bagi keluarga untuk berkumpul. Kita bisa ajarkan anak cara pakai teknologi yang baik dan benar, lho.
Soal waktu main gadget, kita juga bisa atur bareng-bareng.
Digital parenting adalah sebuah cara pengasuhan yang inovatif untuk mengasuh anak di era yang serba digital ini.
Mereka belajar lebih dari tindakan kita daripada kata-kata kita.
Komunikasi Terbuka sebagai Fondasi Utama

Terlepas dari semua fitur keamanan itu, komunikasi terbuka di dalam keluarga sangatlah penting. Jadi, orangtua bisa mengajarkan dan mempraktikkan keamanan anak-anak saat berinternet.
Selalu buka komunikasi dan tidak langsung menuduh anak. Gali informasi apa yang sesungguhnya terjadi. Orangtua harus tegas tetapi santun.
Orangtua juga bisa memberikan penjelasan dan pemahaman soal dasar-dasar keamanan online yang perlu diketahui anak.
Kalau ada hal-hal negatif, gawai ini ayah ambil. Jadi kalau anak membuka berbagai konten negatif, orangtua berhak mengambil gawai dari anak. Tapi yang lebih penting adalah membangun pemahaman bersama.
Di tengah semua perubahan ini, yang tetap konstan adalah cara kita saling menjaga, saling mengingatkan, dan bersama-sama menavigasi dunia baru ini. Seperti biasa, kita menghadapinya bersama.
