Tips Mendampingi Anak di Era Digital: Dari Mata Seorang Ayah

Aku masih ingat malam itu, saat kudapati kamu duduk di sofa dengan tatapan khawatir memandangi ponsel. Bukan karena pekerjaan, tapi karena artikel tentang keamanan anak di internet. Kerutan di dahimu bilang segalanya—kekhawatiran yang sama yang sering kita bagi. Di era yang serba digital ini, rasanya kita seperti sedang belajar berenang di lautan teknologi yang tak bertepi, berusaha menjaga anak-anak tetap aman di tengah gelombang informasi yang tak pernah berhenti.

Memahami Dunia Digital Mereka

Aku perhatikan caramu memperlakukan teknologi bukan sebagai musuh, tapi sebagai alat. Seperti pisau bermata dua, bisa berbahaya tapi juga sangat berguna.

Kita selalu bilang, ‘Kita tidak bisa melarang mereka berenang, tapi kita bisa ajarkan cara tetap aman di air’. Jadi alih-alih melarang gadget, kita belajar bersama – mencari tahu aplikasi apa yang aman, fitur parental control seperti apa yang bisa membantu, dan bagaimana menjelajah internet dengan bijak.

Komunikasi Terbuka sebagai Tameng Terbaik

Yang paling kukagumi adalah caramu membangun percakapan terbuka dengan anak-anak tentang dunia online. Bukan dengan menakut-nakuti, tapi dengan mengajak mereka bicara tentang pengalaman mereka.

‘Ada yang menarik hari ini di internet?’ atau ‘Pernah nemu sesuatu yang bikin tidak nyaman?’ – pertanyaan sederhana itu menjadi jembatan yang membuat mereka merasa aman untuk bercerita.

Karena sekuat apapun filter teknologi, tidak ada yang mengalahkan kepercayaan dan komunikasi dalam keluarga.

Menyeimbangkan Dunia Digital dan Nyata

Aku lihat caramu dengan sabar menetapkan batasan waktu layar, tapi tidak dengan cara yang kaku. Kadang ada fleksibilitas saat mereka sedang asyik dengan proyek kreatif, kadang ada pengurangan waktu ketika perlu lebih banyak interaksi langsung.

Yang paling berkesan adalah caramu menciptakan momen ‘tanpa gadget’ – makan malam bersama, jalan-jalan di taman, atau sekadar bercanda di ruang keluarga. Teknologi hadir untuk mendampingi, bukan menggantikan kehangatan keluarga.

Menjadi Orang Tua yang Terus Belajar

Terkadang aku tersenyum melihat caramu belajar TikTok atau game online yang sedang populer di kalangan anak-anak. Bukan untuk ikut-ikutan, tapi untuk memahami dunia mereka.

‘Kalau kita tidak tahu, bagaimana kita bisa membimbing?’ katamu suatu hari. Dan itu benar – di era dimana anak-anak kadang lebih jago teknologi, peran kita bukan sebagai polisi internet, tapi sebagai pendamping yang terus belajar bersama mereka.

Kan, sebagai orang tua, kita nggak perlu jadi ahli IT, tapi cukup hadir dan mau belajar bersama?

Membangun Kepercayaan, Bukan Sekadar Pengawasan

Yang paling berharga dari semua ini adalah caramu membangun kepercayaan dengan anak-anak. Bukan dengan memata-matai setiap aktivitas online mereka, tapi dengan mengajarkan nilai-nilai yang akan menjadi kompas mereka sendiri.

Seperti nahkoda yang mempercayai anak buah kapalnya, kita memberikan mereka alat dan pengetahuan, lalu memberi ruang untuk mereka belajar berlayar dengan bijak.

Karena pada akhirnya, yang paling penting bukanlah seberapa ketat pengawasan kita, tapi seberapa kuat fondasi nilai yang kita tanam dalam hati mereka.

Dan di sanalah letak keajaiban sebenarnya—bukan dalam mengendalikan setiap klik, tapi dalam membangun kepercayaan yang akan membimbing mereka jauh setelah kita lengah.

Yuk, terus dampingi mereka dengan percaya diri dan penuh cinta—karena di dunia digital ini, yang paling mereka butuhkan adalah panduan dari hati, bukan sekadar pengawasan dari layar!

Sumber: From Goldman To AI: How Rishi Bali Is Building Wall Street’s Transformation Layer With OPCO.AI, Forbes, 2025-09-23

Latest Posts

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top