Pernahkah merasakan saat berdiri di pintu kamar mereka, menatap mereka yang sedang asyik dengan tablet kecil? Ada perasaan campur aduk—bukan sekadar kekhawatiran, tapi lebih seperti kekaguman yang bercampur pertanyaan. ‘Bagaimana ya masa depan mereka nanti?’ bisik kita dalam hati. Dan ketika membaca tentang bagaimana dunia pendidikan mulai mengintegrasikan AI, tersenyum saja. Karena ternyata, yang kita rasakan itu bukanlah ketakutan, tapi awal dari sebuah perjalanan indah memahami dunia baru bersama.
Belajar dari Cara Mereka Belajar
Pernah kan memperhatikan bagaimana mereka dengan mudahnya berinteraksi dengan teknologi? Seperti ketika anak tanpa diajari sudah tahu meminta bantuan AI untuk menyelesaikan puzzle matematika. Mata kita berbinar—campuran antara heran dan bangga.
Inilah yang terjadi: AI tidak menggantikan peran kita, tapi menjadi asisten yang memahami setiap gaya belajar anak. Seperti memiliki teman belajar yang tak pernah lelah, selalu siap menyesuaikan diri.
Dan kita? Kita di sini belajar bersama mereka. Duduk di sampingnya, mencoba memahami cara kerja aplikasi edukatif itu. Bukan tentang jadi ahli teknologi, tapi tentang jadi pendamping yang mengerti dunia mereka.
Menjaga Keseimbangan yang Tepat
Bagaimana menjaga keseimbangan antara waktu layar dan waktu bermain di luar? Pertanyaan yang sering muncul ya. Ada momen-momen kecil yang berharga, seperti ketika kita dengan sabar menjelaskan bahwa meskipun AI bisa membantu, nilai-nilai kemanusiaan tetaplah yang paling penting.
Teknologi hanyalah alat—tapi nilai-nilai keluarga, empati, dan kebersamaan adalah fondasi yang tak tergantikan. Dalam diam, kita belajar menjadi orang tua yang tidak takut pada perubahan, tapi yang bijak menyambutnya.
Mendampingi Anak Hadapi Teknologi AI
Di setiap aplikasi AI pendidikan terbaik untuk anak yang kita pilih bersama, ada harapan kita yang terselip. Harapan bahwa mereka akan tumbuh jadi pribadi yang technologically literate tapi juga humanly wise.
Kita dengan lembut membimbing mereka untuk bertanya ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’, bukan hanya ‘apa’. Mengajarkan bahwa di balik setiap algoritma, ada manusia dengan nilai dan impian. Inilah warisan terbaik: kemampuan berpikir kritis di tengah kemajuan teknologi.
Bersama Memahami Dunia Baru Ini
Terkadang di malam hari, setelah mereka tertidur, kita duduk dan membicarakan masa depan pendidikan mereka. Bertanya apakah sudah melakukan yang terbaik, apakah cukup mempersiapkan mereka. Dan selalu diingat: yang terpenting bukanlah seberapa banyak kita tahu tentang teknologi, tapi seberapa besar kita hadir untuk memahami dunia mereka.
Kita mungkin tidak akan pernah jadi ahli AI seperti mereka nanti, tapi kita akan selalu jadi ahli dalam memahami hati mereka.
Dan itu adalah teknologi paling canggih yang tak pernah bisa digantikan mesin mana pun.
Refleksi di Akhir Hari
Malam ini, saat melihat mereka sudah tertidur dengan tablet tergeletak di sampingnya—kita tahu apa yang ada dalam pikiran. Bukan kekhawatiran, tapi harapan. Harapan bahwa kita sedang membimbing mereka dengan benar, bersama-sama menciptakan fondasi kuat untuk masa depan mereka.
AI mungkin akan mengubah cara mereka belajar, tapi tidak akan pernah mengubah kebutuhan mereka akan kasih sayang dan bimbingan kita. Kita mungkin tidak selalu mengerti setiap teknologi baru, tapi kita selalu akan mengerti setiap detak jantung mereka.
Itulah keajaiban jadi orang tua di era digital: kita belajar bersama, tumbuh bersama, dan yang terpenting—kita menghadapi masa depan bersama.
Source: Education summit at CU maps future of AI-driven, inclusive higher education, Indian Express, 2025-09-30