
Pernah nggak sih, lihat anak lebih mahir main tablet daripada kita? Kadang bikin bangga, tapi sekaligus khawatir. Aku sering perhatikan bagaimana mereka asyik dengan dunianya, sementara kita di sebelahnya sibuk mengatur waktu dan kekhawatiran. Sebagai orangtua, rasanya seperti berjalan di atas tali—ingin mereka melek teknologi, tapi takut kecanduan. Gimana ya caranya menemukan keseimbangan?
Batasi Screen Time Tanpa Harus Marah-Marah

Anak main gadget terus-terusan? Itu yang sering bikin pusing ya. Tapi larang dengan marah malah bikin mereka tambah penasaran. Coba deh teknik yang lebih halus—misalnya pakai timer yang bisa mereka lihat sendiri. ‘Nak, lima menit lagi ya waktu mainnya habis.’ Dengan begitu, mereka belajar bertanggung jawab atas waktunya sendiri.
Yang lebih penting lagi—beri alternatif yang seru. Kadang anak main gadget karena nggak ada kegiatan lain yang menarik. Ajak main board game, baca buku bersama, atau sekadar jalan-jalan sore. Mereka butuh kita yang mengajak terlepas dari layar, bukan kita yang marah-marah menyuruh berhenti.
Ajarkan Waspada Kejahatan Online Sejak Dini

Dunia digital memang seperti pedang bermata dua. Manfaatnya banyak, tapi risikonya juga ngeri. Aku sendiri sering khawatir anak ketemu orang tidak dikenal di internet. Gimana cara ngajarin mereka waspada tanpa membuat mereka takut?
Selain mengatur waktu, hal penting lainnya adalah melindungi mereka dari risiko online. Coba deh ngobrol santai aja, kayak, Nak, kalau ada yang chat aneh-aneh, bilang sama Mama/Papa ya. Kayak lagi main petak umpet sama teknologi, kan? Jangan sampai kita hanya melarang, tapi tidak memberi pemahaman. Anak-anak perlu tahu mengapa sesuatu berbahaya, bukan hanya dilarang.
Yang paling efektif? Jadilah teman diskusi mereka. Tanya game apa yang sedang mereka mainkan, youtuber favorit siapa. Dengan begitu, ketika ada sesuatu yang mencurigakan, mereka akan lebih terbuka bercerita pada kita.
Manfaatkan Teknologi untuk Memperkuat Ikatan

Gadget bukan musuh yang harus dijauhi. Justru bisa jadi alat untuk mendekatkan hubungan. Coba main game edukasi bersama, atau tonton video menarik yang bisa jadi bahan diskusi keluarga. Teknologi terbaik adalah yang membuat kita lebih terhubung, bukan terpisah.
Pernah coba teknik bicara yang lembut? Gimana kalau coba teknik bicara positif? Misalnya, saat ingin membatasi screen time, katakan dengan lembut: ‘Waktunya istirahat dari layar ya sayang, nanti mata jadi sehat dan besok bisa main lagi.’
Parenting di era digital memang tantangan baru, tapi selama kita komunikasi dengan baik, semuanya bisa diatasi.
Yang paling penting diingat—kita tidak harus sempurna. Kadang kita emosi karena kecapekan, itu wajar. Yang penting adalah bagaimana kita memperbaiki dan belajar bersama anak. Teknologi itu alat, tapi hubungan kita yang bikin semuanya berarti. Kita terus belajar dan tumbuh bersama mereka.
Sumber: The UNGA Science Summit 2025 Offered A Glimpse On The Future Of AI, Forbes, 2025-09-20
