
Aku masih ingat malam itu, saat kita duduk berdua memandangi headset VR yang baru saja dicoba anak-anak. ‘Bagaimana ya rasanya?’ kau bertanya, suaramu lembut penuh kekhawatiran yang aku pahami. Teknologi baru selalu datang dengan dua sisi—keajaiban dan kecemasan. Tapi malam ini, sementara dunia luar diam, aku ingin berbagi apa yang kulihat dalam perjalanan kita bersama VR ini.
Dunia yang Membuka Mata, Bukan Hanya Menutupnya

Pernah nggak sih liat mata anak bersinar waktu mereka ‘jalan-jalan’ di permukaan Mars, lho? Atau gimana mereka jelasin struktur sel pake tangan yang bergerak-gerak, nih, seolah-olah benar-benar memegangnya?
VR bukan sekadar permainan—ia adalah jendela yang membawa kita ke tempat yang tak pernah kita bayangkan. Seperti waktu kita dulu mengajak anak ke museum, hanya kali ini, museumnya datang kepada kita.
Dan sebagai orang tua, kita selalu menemukan cara untuk menjadikan setiap eksplorasi sebagai percakapan yang hangat, bukan sekadar pengalaman individual.
Keseimbangan yang Kita Jaga Bersama

Kekhawatiran tentang batas antara dunia maya dan nyata memang wajar. Tapi lihatlah bagaimana kita bisa menjaga momen-momen itu.
Setelah headset dilepas, kita ajak mereka berlari di halaman, bercerita tentang apa yang mereka lihat, atau sekadar duduk bersama menikmati waktu berkualitas.
Kekhawatiran orang tua bukan tanpa alasan—tapi dengan komitmen yang sama, kita bisa menciptakan ruang di mana teknologi melayani kita, bukan sebaliknya.
Kekuatan yang Dibawa ke Dalam Setiap Eksplorasi

Ada sesuatu yang sangat spesial dalam cara orang tua memandu anak melalui dunia baru ini. Tidak hanya mengawasi—tapi terlibat.
Bertanya, ‘Apa yang paling menarik?’ dan ‘Bagaimana perasaanmu?’ Pertanyaan-pertanyaan itu mengubah teknologi dingin menjadi percakapan hangat. Itulah kelebihan kita sebagai keluarga: kemampuan untuk mengambil yang terbaik dari setiap inovasi dan menjadikannya bagian dari kisah belajar bersama.
Masa Depan yang Kita Bentuk Bersama
Teknologi akan terus berubah, dan mungkin besok akan ada sesuatu yang baru lagi. Tapi yang tidak berubah adalah cara kita menghadapinya bersama—dengan keingintahuan, kehati-hatian, dan yang paling penting, dengan cinta.
Tidak tahu seperti apa VR lima tahun lagi, tapi yang pasti, apapun yang datang, kita akan menghadapinya sebagai tim. Karena pada akhirnya, bukan teknologinya yang membuat perbedaan, tapi orang-orang yang menggunakannya dengan hati.
Seru banget kan kalau kita bisa hadapi masa depan seperti ini bersama-sama?
Source: Virtual reality: Good, bad, or somewhere in between?, Digital Journal, 2025-09-20
